vahalla, eunbi

339 77 2
                                    

Jeno mengetuk ngetuk kemudi mobilnya sembari menunggu di tempat parkir sebuah bandara. Ini jam delapan lebih lima belas menit tapi orang orang yang ditunggunya belum juga datang. Waktunya terus berjalan tapi belum kelihatan pula batang hidung milik sang adiknya.

Jeno yang sedang asik melamun menoleh saat jendela mobilnya yang terkunci diketuk dari luar. Seorang wanita dengan celana jeans serta blus warna pink muda dibalut jaket hitam yang hanya menggendong ransel miliknya dengan rambut yang dikuncir tinggi itu.

"om jeno?" ujarnya sambil mencocokan mobil nya dengan ponsel. Jeno menurunkan kaca mobilnya. "eunbi?"

eunbi, keponakannya menyengir. "hai om" ujarnya sambil melambaikan tangannya. Jeno tersenyum tipis kemudian memberikan kode kepada keponakannya untuk masuk ke dalam mobil. Eunbi kemudian berlari mengelilingi mobil untuk duduk di kursi passenger.

"mama ngga jadi ikut?" ujar jeno setelah eunbi menyalami pamannya. Eunbi menggelengkan kepalanya. "engga om, papa pulang kerja badannya panas banget. Sakit kayanya kecapean. Ini maaf ya om, eunbi cuma bisa semalem aja. Besok udah harus pulang karena mau kencan" anak sulung dari yeonjun itu menyengir.

Jeno melihat eunbi yang memang kaya mau piknik aja ke kebun binatang. Pakai sneakers, ransel yang isinya sedikit, bisa jeno tebak kalau dia hanya membawa satu pakaian ganti disana.

"kalau kamu bisa nyelesaiin semuanya dalam semalam, oke" ujar jeno sambil menjalankan mobilnya.

"san sama wooyoung di rumah om?" jeno menggelengkan kepalanya. "sayangnya engga. Mereka masih di asrama, besok baru pulang karena weekend" 

eunbi menganggukan kepalanya. "ooh. Terakhir kali ketemu waktu mereka lahir soalnya. Mereka udah segede apa?" eunbi bertanya penasaran kepada pamannya. Terakhir kali dia bertemu si kembar yaitu ketika dia berusia lima tahun. Dia juga sudah lupa bagaimama rupa si kembar. Mereka jarang berkomunikasi, mamanya melarang eunbi untuk menghubungi keluarga pamannya jika bukan mereka sendiri yang menghubungi.

"udah hampir mirip om, besok kamu jemput mereka aja  ke asramanya" ujar jeno. Eunbi menganggukan kepalanya. "oke" ujarnya sambil menyandarkan diri di kursi tempatnya duduk. 

"makannya nanti di rumah ya, tante udah masak soalnya" eunbi menganggukan kepalanya. "oke. Santai aja om, aku low maintenaince kok" ujarnya sambil tersenyum lebar. Jeno tidak bisa menahan diri untuk mengacak rambut keponakannya yang dulu ia perjuangkan ketika usianya begitu belia.

Jeno memarkirkan mobilnya di depan rumah nya. Eunbi kemudian turun dengan menggendong ransel nya. Benar benar seperti orang yang sedang piknik.

"tante, eunbi datang" ujarnya sambil melepas sepatunya. Ia kemudian berlari ke dalam rumah mencari keberadaan tantenya yang ia rindukan. Jeno hanya menggelengkan kepalanya. Keponakannya dua duanya perempuan, ia juga ingin punya anak perempuan. Tapi sudah, dia tidak mau punya anak lagi. sudah cukup dua jagoan saja. Itu saja dia sudah pusing untuk mengawasi maaa pubertas keduanya.

"loh cece ngga sama mama?" yeji langsung memeluk keponakannya. Sabrina menggelengkan kepalanya. "eunha lagi ujian. Papa juga tadi sakit. Kalau ditinggal berdua nanti kerepotan yaudah cece ke sini sendirian. besok juga cece pulang ke surabaya" ujarnya. Yeji masih mengusal usal rambut sabrina.

"ce, makan dulu. Kita diburu waktu soalnya" jeno menegur. Eunbi menoleh. "oh iya benar" ujarnya sambil melepas pelukannya kepada tante nya.

"cece mau makan apa? tante masakin semuanya buat cece. Ayo habisin ce" ujar yeji sambil mengambilkan nasi kepada ponakan yang jarang sekali dia temui. Keponakan yang dulu kecilnya ia timang timang bersama jeno sekarang tumbuh menjadi gadis cantik yang sangat pintar.

"woah, kenyang nih. Bentar, mau pamer dulu ke papa sama mama. Biar iri" jeno hanya tertawa saat eunbi memotret menu makanan yang ada di meja sebelum mulai menghabiskan nya dengan lahap.

Dugaan jeno mengenai ransel milik eunbi yang berisi setelan baju ternyata salah, eunbi membawa peralatan yang dia bawa dari rumahnya langsung yang aman ketika ia bawa naik pesawat. "mana sampel nya?" ujar eunbi. Jeno mengambilkan botol berisi sample urine milik yunho. Yeji sudah memeriksa yunho dan memang membutuhkan hasil uji urine milik yunho.

Ketika yeji memutuskan hendak mengeceknya di rumah sakit. Jeno menolaknya. Tentu saja karena orang yang bekerja di sebuah institusi adalah orang orang yang terikat. Datanya dimiliki institusi dan akan sangat mudah diambil oleh orang orang. Dan jeno tidak mau ambil resiko karena yunho bisa menjadi kelemahan jaehyun.

Sebagai lulusan S1 Kimia di salah satu universitas terkenal dan sekarang sedang nganggur karena malas mencari kerja, eunbi tentu saja senang senang saja membantu pamannya. apalagi ketika tiket pesawat dan semua keperluannya di cover om dan tante nya.

"gimana ce?" yeji bertanya. Eunbi melihat hasil tes urine sambil tersenyum tipis.

"positif. Yang dimakan yunho ada narkobanya, untung dosisnya rendah" kedua nya saling pandang.

"kamu yakin ce?"

Eunbi mengangkat bahu. "kita akan cari tahu nanti. bukannya itu tujuan aku kesini kan?" 

***

"kalian balik sama siapa?" hongjoong bertanya kepada wooyoung dan san. Dia sudah duduk di motornya tinggal menunggu yeosang turun.

"kata ayah dijemput kakak sepupu, tapi gue juga ngga tau yang mana orangnya" san berujar kebingungan. Hongjoong mengerutkan keningnya. "loh? kok bisa?"

aneh banget kok ada yang ngga kenal sama sepupunya.  se nggak kenal kenalnya sama sepupunya, nggak se buta mereka berdua sih. Asli. Mereka berdua kelihatan clueless sekali. Mereka  bahkan melongok ke arah jalan untuk memastikan siapa yang nantinya menjemput mereka.

wooyoung mengangkat bahunya. "ya karena emang kita ngga pernah ketemu" jawabnya apa adanya.

"itu mobil bunda kalian ngga sih?" hongjoong menunjuk sebuah mobil yang mulai melipir hingga berada di dekat mereka bertiga.

Kaca kemudi diturunkan, mereka bisa melihat  seorang perempuan yang beberapa tahun lebih tua dari mereka dengan rambut nya yang diikat tinggi. "cece?" san bertanya pelan.

eunbi tersenyum. "yuk masuk. Udah baca chat dari bunda kan?" mereka menganggukan kepalanya. "mas,  duluan ya" wooyoung berujar kemudian memilih duduk di bangku belakang membiarkan san mendampingi cece nya di depan.

"diantara kalian siapa yang bisa nyetir?" wooyoung mengangkat tangannya. Diantara dirinya dan san, wooyoung lebih awal belajar mengendarai mobil. "aku ce, tapi ngga bisa jauh jauh. Soalnya masih belum punya sim" jujur wooyoung. Eunbi menganggukan kepalanya. "oh gitu. Ya udah cece anterin pulang aja dulu. Ntar cece balik ke bandara pake taksi aja" ujar eunbi sambil memutar kemudi nya kembali ke rumah si kembar.

"cece langsung pulang? Ngga nginep lagi?" san bertanya. Mencoba memecah kecanggungan diantara ketiganya karena demi apapun dia bahkan tidak pernah tahu wujud kakak sepupunya yang ternyata cantik sekali ini.

"ngga. Ada acara nanti malam, jadi  cuma nginep semalam. Maaf ya wooyoung, semalam cece pinjem kamarnya buat tidur sebentar. Tapi cece ngga liat apa apa kok, beneran. Cece cuma tidur aja. Ngga liat liat barang wooyoung" wooyoung yang disebut namanya langsung tersentak. "oh iya ce, nggak papa. Santai aja" ujarnya tidak mempermasalahkan karena memang dia tidak ada masalah dengan itu. Kamar di rumah mereka memang minimalis, dan kamar wooyoung yang berada di depan, bunda nya sudah mengatakan kalau memang  kamarnya sewaktu waktu digunakan sehingga wooyoung tidak meletakkan benda benda berharga disana.


"cece ngapain kesini? maksudku, cece ada acara apa kesini? ngga biasanya cece kesini. Apalagi cuma semalam" san mengutarakan rasa penasarannya. Eunbi hanya tersenyum. "ada urusan sama ayah kalian aja"

"urusan..apa?" wooyoung bertanya bingung.

eunbi lagi lagi tersenyum. "rahasia"

—————

jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini ya bestie! thank you for reading💗

Cafe [reborn] : VAHALLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang