4. Malam Tak Ternilai

151 67 103
                                    

Sore ini, gerbang SMADHABA terbuka lebar bagi siapa saja yang ingin mengunjungi festival open house yang diselenggarakan selama 3 hari ke depan. Di hari-hari menuju pergantian tahun, banyak anak muda yang sudah merencanakan libur akhir tahun, hal itu pula yang menjadikan rata-rata pengunjung di festival ini di dominasi oleh remaja berusia antara 14-19 tahun.

"NOTHWAYME? Nama yang unik," kata seorang laki-laki dengan kaos putih dan outer kemeja kotak-kotak yang baru saja memarkirkan motornya di lapangan depan yang diubah menjadi tempat parkir para panitia Festival NOTHWAYME.

"NOTHWAYME" merupakan tema yang disepakati oleh panitia festival tahun ini. Kepanjangan NOTHWAYME sendiri adalah "Nice Other Way to Back Home". Bukan tanpa alasan, NOTHWAYME memiliki filosofi sebagai ucapan salam datang kembali di SMA Dharma Bangsa bagi para alumni dan peserta yang mengikuti perlombaan serta seminar yang diadakan.

Lelaki tersebut kemudian merogoh saku celana jeans hitamnya untuk mengambil gawainya. Jemarinya mulai menggulir layar benda persegi tersebut dan memencet icon yang bertuliskan "contact".

Tuutt...

Ya, dia berniat untuk menelepon seseorang sebelum memasuki area sekolah lebih dalam.

"Gue udah sampai, lo dimana?"

"Gile cepet banget, naik buroq, Mas?"

"Iya."

"Keren Mas Bro, aku otw ke parkiran yo."

"Okay, gue tunggu."

Selepas mengakhiri panggilannya, laki-laki tersebut menunggu di atas motornya. Tak lama seseorang yang memakai kaos bertulis "crew" datang menghampiri dirinya. Laki-laki tersebut membalas salam pertemanan pada orang itu.

"Akhirnya gitaris tokcer semasa SMA datang juga nih! Gimana kabar lu, Rez?"

Laki-laki tersebut terkekeh menatap sohib lamanya, "Lo bisa lihat kan? Gue baik-baik aja."

"Syukur kalau gitu. Ya sudah, langsung ke ruang musik aja, yang lain udah nunggu buat gladi bersih nanti malam."

"Okay.."

Lalu kedua orang itu berjalan memasuki gedung SMA Dharma Bangsa menuju lapangan belakang dimana panggung berada. Semenjak keduanya berjalan di antara lalu lalang panitia, keduanya menjadi pusat perhatian. Mereka——terutama kaum hawa, tak dapat melepaskan pandangannya dari alumni band SMADHABA tersebut.

"Kak, Reza?!"

"Gilaaa dilihat dari langsung lebih ganteng daripada di akun insta-nya!"

"OMG, GBL GBL GANTENG BANGET LOH!"

Yap, lelaki yang baru saja sampai di SMA Dharma Bangsa tersebut adalah anak angkatan ke 17, Alfareza Kiell Juna. Ia memiliki tinggi sekitar 180 cm, berkulit seputih susu, otak secerdas Einstein, tampangnya tak perlu diragukan lagi, ia nampak seperti Pangeran yang baru saja turun dari langit. Oh iya, dia ini termasuk jebolan farmasi, alias apoteker. Paket lengkap banget ya Bun untuk dijadikan masdep :)

"Mas Reza!" sapa seorang perempuan berkaos yang sama dengan teman laki-laki tersebut.

"Ini aku udah bawain Mas kaos panitia. Sebelum gladi bersih bisa dipakai dulu ya.."
Alfareza menerima pemberian kaos tersebut dengan wajah datar. Melihat laki-laki itu tak ingin melihat wajahnya lebih lama, perempuan itu pamit undur diri.

"Umm.. udah kok, aku Cuma mau kasih ini aja. Mohon bantuannya ya Mas, Kak Tyo," katanya lalu segera berjalan cepat meninggalkan keduanya.

"Wajahnya manis banget. Adek lu kan, Rez?"

2021: EphemeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang