Reyshena diam-diam memasuki rumahnya dan menutup pintu garasinya sepelan mungkin. Gadis itu tidak ingin ibunya sampai tahu kondisinya saat ini. Iya, semenjak mendekati tahun baru 2021, sampai kini kondisi rumahnya belum kembali normal.
Reyshena yang sebenarnya ingin menginap di rumah sepupunya, namun ia urungkan karena tidak ingin ibunya kesepian di rumah. Keduanya, jika sudah berhadapan dengan masalah keluarga akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk kembali ke rumah lagi, berbeda dengan Reyshena yang tidak dapat jauh-jauh dari rumahnya. Tipikal anak rumahan ini, Bun. Hanya nyaman kalau di rumahnya sendiri.
Gadis berambut gelombang itu kemudian berjalan tertatih menuju tangga sembari memegang perutnya dan merasakan engkel kakinya yang terasa nyeri.
Sebelumnya Reyshena berhenti sejenak dan menatap pintu kamar kerja Yuna, ibunya. Ia menghela nafas panjang. Ibunya sepertinya masih membutuhkan waktu untuk memulihkan mental dan hatinya semenjak bertengkar hebat dengan sang ayah.
Perlahan, Reyshena kemudian menaiki tangga dan menuju kamarnya.
Gadis itu menatap miris dirinya dari cermin lemarinya. Seragam yang bernoda darah dan usang karena terkena sol sepatu Baitita. Rambutnya yang acak-acakan seperti tidak pernah disisir, plester yang menempel pada dagu dan pipinya, sudut bibirnya dengan darah yang mengering, dan kaki kirinya yang dibalut perban pada engkelnya, serta lecet pada tulang keringnya yang masih basah dengan balutan obat merah dan kain kasa.
"Reyshena.. kenapa kamu berantakan sekali?" monolognya pada cermin di hadapannya.
🦋Hari beranjak menjadi malam, gadis 16 tahun itu meringkuk dalam kesepian dan rasa bersalah yang menghantui dirinya. Benarkah semua kekacauan ini disebabkan oleh dirinya? Apakah kehadirannya di sini hanya merepotkan dan mengusik ketenangan orang-orang?
Tiba-tiba, ia terbesit untuk mengakhiri hidup. Sebenarnya, sudah lama gadis itu tidak mengambil aksi. Reyshena kemudian membuka laci nakas yang ada di balkon untuk mengambil cutter.
Saat hendak menggoreskan cutter itu pada pergelangan tangannya, Reyshena menoleh pada pintu kaca rumah tetangga di depannya. Ya, salah satu balkon rumah Oma Rini menghadap ke balkon kamarnya. Jaraknya hanya sekitar 60 cm saja. Gadis itu mengerutkan dahi ketika mendapati seseorang tengah memukul sesuatu hingga menimbulkan suara yang mengganggu dirinya. Ia tidak dapat melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi di dalam sana karena pintu kacanya dihalang oleh tirai abu-abu.
Reyshena mendengus, "Kenapa jadi mikirin itu, sih!"
Gadis itu kemudian berbalik dan hendak masuk ke dalam kamarnya dengan cutter yang masih menempel pada pergelangannya. Namun, tiba-tiba pintu balkon rumah Oma Rini terbuka, refleks tangan Reyshena yang ingin menutup pintu balkonnya terhenti.
"Devan..." Reyshena tertegun melihat sosok di seberang sana.
Cukup lama terdiam melihat Reyshena yang menempelkan cutter pada perngelangan tangannya, cucu Oma Rini kemudian melangkahkan kakinya ke pembatas balkon.
"Kita harus bicara," katanya.
Lelaki itu tidak sadar bahwa saat ini dirinya hanya mengenakan celana training tanpa mengenakan atasan. Otot dari kedua lengannya sedikit terbentuk dengan perutnya yang mulai membentuk abs. Tidak lupa, peluhnya yang membanjiri pelipis dan seluruh badannya membuat seorang Reyshena yang berjiwa anak kecil itu segera menutup pintunya. Jantungnya berdebar melihat laki-laki yang tidak mengenakan atasan. Matanya berdosa T.T
"ARGHH!"
Terdengar sebuah teriakan dari luar sana. Reyshena tertawa kecil. Pikirnya mengatakan kalau laki-laki itu pasti sedang malu setengah mati karena tidak mengenakan baju.
KAMU SEDANG MEMBACA
2021: Ephemeral
FanficBisingnya keramaian pantai mengingatkan Reyshena akan buku hariannya yang berlogo kupu-kupu biru dengan cover ungu pastel. Mari kita intip list gadis sapu-sapu yang pada tahun 2021 ini akan menginjakkan umur 17 tahun. Rey's wish list : 4. ....... 5...