"Ayah berangkat dulu yah,... Nanti kita ketemu di Bandungtimur. Oke..." Setelah kami menyalami Ayah, Ayah beranjak pergi mengendarai mobilnya.
Aku baru ingat, semalam memesan makanan di cafe Arbanis, tapi keburu kena Demam Salting...ish! Sayang bgtttt!!!
"Pulang jam berapa semalem hah?" Mama bertanya kepada bang Zakey, namun tangannya fokus mengajari Zayn. "Jam 10 kayaknya mam." Balas bang Zakey, Dijawab dengan anggukan oleh Mama."Selamat pagi tante..." Samuel yang tiba-tiba datang, menyapa kami yang sedang berkumpul di bangku kayu di halaman rumah. Terlihat Sam membawa bingkisan kecil, entah apa. Bang Zakey langsung menghampiri Sam, "Ngapain?" Ucapnya menghalangi pagar seolah Sam tidak boleh masuk tanpa seizinnya. Wajah Sam terlihat khawatir dengan pertanyaan bang Zakey. Lalu dia segera menyodorkan bingkisan yang dibawanya itu.
"i..nii bang, buat tante Astri."
"Lo Sam? Dulu gue izinin lo maen kesini, karena Zakiya masih bocah. Nah sekarang Zakiya dah gede gabisa sembarangan maen ama cowok! Pergi deh.."
Tanpa menerima bingkisan itu, bang Zakey meninggalkan Sam begitu saja."Bang! Gausah lebay!... Sini Sam" aku membuka pagar rumah, lalu menerima bingkisan dari Sam.
"Wah..udah lama ya Sam.." sapa Mama.
"Iya tante, apa kabar??" Sam menghampiri Mama.
"Sehat, wahh pangling tante liat kamu"
"Ehh tante... Biasa aja kok"
"Kenapa Sam?" Ucapku sembari mempersilahkan Sam duduk bersama kami.
"Bang, boleh gak Zakiya main sebentar sama saya?" Sam tidak menjawab pertanyaanku, dia malah meminta izin kepada Abang untuk mengajaku bermain. Mata abang mendelik melihat Sam, seolah itu adalah jawaban dari pertanyaan Sam. "Gak!" Ucap abang singkat. Tapi Mama berbeda dengan Abang, Mama ramah kepada Sam, ia lantas mengizinkan Sam mengajaku bermain. Maksudnya jalan-jalan gitu, bukan maen boneka!
"Kalo pulangnya sore, gua injek harga diri lo!" Walaupun menyebalkan, Sam tetap ramah tersenyum mendengar celoteh bang Zakey itu.
_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_
"Maryam... Sebentar lagi yah, tunggu sebentar lagi..." Pria yang adalah Ayahnya Zakeeya, terlihat sedang menangis dan mengusap salah satu makam yang bertuliskan nama Maryam. Dia tidak pernah memperlihatkan aliran airmata didepan anak-anaknya, karena ia harus selalu terlihat kuat sampai kapanpun, itu prinsipnya."Maaf...saya jarang datang..."
"Perasaan ini..masih sama sampai sekarang...kamu masih tetap dihati saya..." Lelaki paruh baya itu terus berbicara meratapi makam wanita yang bernama Maryam itu. Tangan kanannya mengelus nissan, dan sesekali tangan kirinya mengusap air matanya yang berjatuhan."Komandan Ruslan??" Suara yang tiba-tiba meneriakinya, membuat lelaki paruh baya itu segera berdiri.
"Aydan... Wah.. lebih baik sekarang?" Ia merasakan pelukan badan kekar yang datang memeluknya.
"Saya sangat senang, bertemu komandan disini!!!" Lelaki yang bernama Aydan itu menunjukan senyum lebarnya menatap Ruslan.
"Ziarah juga??" Ruslan memulai percakapan."Iya..saya... abis Ziarah ke Makam ibu saya ..." Balasnya.
"Bagus itu!..udah lama yah gak ketemu.." Ucap Ruslan, merangkul Aydan sembari berjalan meninggalkan Makam wanita itu. "Iyah 4 tahun yang lalu,Komandan sehat??" Ruslan menjawab dengan anggukan kepada lelaki yang bernama Aydan itu.
"Komandan..saya sangat berterimakasih!!! Berkat komandan saya tidak menyerah sampai detik ini. Saya harap komandan selalu sehat..." Ucap lelaki itu.
Ruslan memutar kenangannya mundur melihat Aydan yang dulu, ia merekahkan senyumnya karena melihat Aydan yang sangat berbeda hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keputusan Zakeeya [TAMAT✓]
Short StoryBELUM REVISI_- "Cinta itu Sakral, dan membahagiakan. Yang menyakitkan adalah pelakunya, alias pecinta." _________________________________ Genre : Family, relationship, Love. Follow jika berkenan:)