Kejutan#2

32 4 0
                                    

Aku dan Zayn mendapati Ayah berdiri didepan pintu kamarku, aku tidak tahu apakah ayah baru saja datang, atau sudah lama memperhatikan kami.

"Maaf Ayah ganggu..." Ucap Ayah dengan wajah yang terlihat lelah.

"Zayn mau belajar aja ah.." Zayn beranjak meninggalkan kamarku.

"Ayah?" Panggilku

"Putri Ayah, mau ikut gak? Ke Bandungtimur?" Tanya Ayah, tiba tiba.
"Kita Ziarah yah..." Jelas Ayah menatapku dengan mata sayu.

"Ziarah ke siapa Ayah? Kita punya saudara disana?"

"Punya, sodara deket." Ucap Ayah sambil mengelus rambutku.

"Oh yah? Kok Kya baru tau sekarang?"

"Hm Kya tau kan ayah sibuk? Jadi baru sempet sekarang Ziarahnya."
"Kasihan, gak ada keluarganya yang Ziarahin." Tutur Ayah.

"Sodara dari Ayah atau Mama? Emang dia gak punya sodara selain kita?" Aku masih terus bertanya.

"Ada. Dia Muallaf, jadi gak ada yang bisa do'a, sekaligus Ziarah gimana semestinya Umat Islam. Keluarganya masih dengan keyakinan sebelumnya." Jelas Ayah terus meyakinkanku.

"Mama, bang Zakey, Zayn ikut?"

"Hm,, Ayah tanya mereka dulu yah.." balas Ayah, dengan raut wajahnya yang berduka.

"Meninggalnya kapan Yah? Udah lama?" Aku masih penasaran.

"Pas usia kamu 14 tahun .." tutur Ayah, memelukku.

Persekian detik setelahnya, Ayah meninggalkan kamarku. Dia masih terus memasang wajah berduka nya itu. Begitupun aku yang masih keheranan, karena baru mendengar mempunyai saudara dekat yang tidak pernah bertemu denganku, dan baru tahu setelah saudaraku itu meninggal.

_*_*_*_*_*_*_*_*_*_

"Astri... jadi gimana? Kamu mau ikut? Ziarah ke Makam Margaretha?..Ehm maksud saya, Maryam?"

"Kamu maunya saya ikut atau nggak?"

"Ikut."

"Iyah saya ikut."

"Kamu yang ajak Zaky! Dia juga harus ikut."

"Iyah, nanti disampaikan."

Kemudian ibu dari 3 anak itu, berjalan pelan menjauhi suaminya. Puluhan tahun abdinya kepada suami dan anak anaknya, masih tetap tak di pandang berharga oleh suaminya. Disaat ia ingin menyerah akan suaminya, ia selalu gagal oleh cinta yang begitu besar kepada suaminya. Ia senantiasa mengabdi kepada suaminya, tidak pernah berbohong, apalagi sampai berkhianat. Melihat anak-anaknya yang tumbuh dengan menerapkan moral Agama, kesopanan, serta kedisiplinan yang tak lepas dari didikan suaminya, membuat dia tetap bertahan dan menyingkirkan luka yang puluhan tahun tertumpuk dihatinya. Ia memilih diam, patuh, dan siaga sebagai seorang istri dan ibu.

"Kamu hebat menjadi Ayah, namun gagal menjadi suami!" Ucapnya dalam hati.

           *_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_

"Mama kok bengong? Kenapa?" Ucapku, menghampiri Mama yang sedang berdiam tanpa ekspresi.

"Ehh putri Mama.. ada apa nih..?" Jawab Mama dengan senyum mekarnya.

"Nggaaak,, udah hampir semingguan aku gak peluk Mama." kupeluk Mama, kucium pipi kanannya.

"My sunshine...." Balas mama, menciumku.

"Are u okay mam?"

"Because of you..." Mama terus memelukku erat.

Kala Zayn menceritakan perihal Mama yang sering melamun, aku juga merasakan khawatir sama seperti yang dirasakan Zayn. Hanya saja aku tidak memperlihatkannya kepada Zayn. Terus kupandangi muka cantik Mama, kulit wajahnya yang mulai diisi kerutan menunjukan usianya yang tak lagi muda. Tenaga Mama dikerahkan untuk mengurus kami, hingga Mama mungkin lupa akan kebahagiaan yang seharusnya ia nikmati.

Keputusan Zakeeya [TAMAT✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang