15. Keputusan

208 43 3
                                    

Sudah seminggu berlalu, Dita tenggelam dalam pikirannya dan terus merenung. Mengumpulkan sebanyak mungkin alasan dan keberanian atas keputusan yang akan dia ambil.

Dita dibesarkan dengan nilai nilai tanggung jawab, menjadi orang yang bisa menerima dan berani menanggung segala resiko dari perbuatan yang dia lakukan. Dia yakin orang tuanya akan mendukung apapun keputusannya. Namun, saat ini apa yang dia alami tergolong masalah yang berat, tidak mudah membesarkan anak seorang diri. Jikapun dia memilih membesarkan anaknya seorang diri, yang paling Dita takutkan adalah pertanyaan dari sang anak ketika sudah dewasa mengenai sosok laki laki yang harusnya bertanggung jawab dan dipanggil papa.

Beulang kali Dita mengusap wajahnya, menghela nafas, dan mengusak rambutnya karena kebingungan yang dia alami dalam mengambil keputusan "Ottoke....what should i do..."

Pintu kamar terbuka

"Bu bos......" Nadia menatap Dita dengan swdih karena penampakan wajah Dita yang pucat dan semakin kurus "Makanlah...." Nadia mengangsurkan roti ke tangan Dita dan meletakkan buah buahan segar yang menggugah selera ibu hamil seperti mangga, jeruk, stawberry, pepaya dan apel di atas nakas.

"Terimakasih...." Dita tersenyum manis

"Bu Bos mau makan buah apa? Nanti saya kupaskan." Nadia menggenggam tangan Dita mencoba memberi semangat.

"Tidak perlu...biar nanti mbok Wayan yang mengupaskannya untukku. Kau balik saja ke kantor."

"Bu Bos yakin???"

Dita menganggukkan kepalanya

"Baiklah...saya pamit dulu..." Nadia mengelus tangan Dita lembut berulang kali seakan mengatakan bahwa semua baik baik saja, kemudian dia beranjak menuju pintu, namun sebelum menghilang di balik pintu terdengar suara orang memanggil.

"Nad...apa aku bisa membesarkan anakku seorang diri?" Dita memandang  Nadia sendu seakan meminta dukungan.

Nadia terdiam kemudian berbalik, duduk di pinggir ranjang dan menatap Bos nya lembut "Tentu anda bisa karena saya tahu anda orang yang sangat bertanggung jawab dan menjaga diri dengan baik. Saya tidak bermaksud ikut campur, tapi apa boleh tahu siapa laki laki itu???"

Dita menatap Nadia ragu, tidak yakin apakah dia akan mengatakan yang sebenarnya atau tidak.

"Maaf..setidaknya ketika saya tahu siapa laki laki itu, saya bisa memberikan saran yang objektif buat Bu Bos."

Dita menatap sorot mata Nadia yang memancarkan kesungguhan tanpa ada maksud jelek di baliknya. Dita menghela nafasnya pelan " Dia mantan suamiku"

Nadia lega mendengarnya, sebelumnya dia takut bahwa si janin milik laki laki tidak jelas hasil ONe Night Stand atau hasil perkosaan. "Semua terserah Bu Bos, namun kalau boleh saya beri saran, lebih baik anda menikah lagi dengan mantan suami Bu Bos. Tidak mudah memang, tapi dengan pernikahan, ada hitam di atas putih, sehingga hak Bu Bos dan anak anda terjamin di mata hukum." Nadia menjawab secara logis.

Dita membulatkan matanya kaget mendengar usulan asisten-nya. "Andai semudah itu..." Dita mendengus kesal.

"Apakah anda membenci mantan suami anda?" Tanya Nadia menyelidik

Dita tersentak dengan pertanyaan Nadia. Dia terdiam, menelisik perasaannya yang sebenarnya. "Tidak...." ucapnya lirih.

"Apa kalian masih sama sama single?"

"Entahlah...." Dita mengalihkan pandangannya ke luar jendela, memerawang jauh, bertanya tanya dimana Seokjin berada. Apakah dia sedang bersenang senang dengan wanita itu?.

"Jadi bisa saya simpulkan bahwa tidak ada alasan jelas yang menghalangi anda untuk kembali bersama. Apapun alasan dia ada di dalam perut anda, dia berhak hidup. Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan...kuncinya hanya satu...semua sudah terjadi...menerima dengan ikhlas, maka semua akan menjadi lebih mudah. Mempertahankan dan membesarkan anak anda tidak akan percuma dan sia sia. Karma baik akan anda terima karena sudah mempertahankan sebuah kehidupan.. Dan juga karena saat kalian melakukannya, kalian lakukan dengan rasa cinta dan sayang sehingga tumbuhlah dia di perut anda" ucap Nadia bijak.

Im Sorry, I Love U [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang