19. Fall For You Harder

218 43 6
                                    


"Bayinya sehat...." Dokter kandungan tersenyum ramah pada pasangan suami istri yang ada di depannya.

"Senang mendengarnya." Dita tersenyum tipis

"Dok...kira kira apa lagi yang harus kami persiapkan untuk perjalanan kami kembali ke Korea." Tanya Seokjin semangat.

"Hati hati dengan kram kaki dan pinggul yang pegal akibat duduk yang terlalu lama."

"Kami menggunakan private jet...kurasa perjalanan-nya cukup nyaman" ucap Seokjin semangat sedangkan Dita memutar bola matanya, jengah dengan sifat sombong suaminya.

"Baiklah....berarti tidak perlu khawatir. Nyonya Dita akan nyaman selama perjalanan" Dokter kandungan tertawa ringan.

"Saya berusaha membuat nyaman istri dan anak saya." Seokjin tersenyum bangga.

"Baiklah...semoga perjalanannya nyaman dan lancar" Dokter Kandungan mengulurkan tangannya.

Dita menyambut jabat tangan sang dokter dan minta undur diri kemudian beranjak pergi dengan menarik tangan Seokjin. Seokjin tersenyum simpul melihat tangan Dita yang merengkuh tangannya erat. Seokjin merasa Dita sudah mulai bersikap mesra. Semoga hubungan mereka ada kemajuan dan semakin baik.

Setelah masuk ke dalam mobil, Seokjin mengamati hasil usg 4 dimensi yang ada ditangan-nya dengan senyum yang terus mengembang. Tersenyum bahagia membayangkan rupa anaknya ketika lahir nanti. Melihat hidung mancung si bayi, sepertinya akan mirip dengan dirinya. Seokjin tersenyum bangga, sedangkan Dita sibuk memasang sabuk pengaman.

Seokjin menoleh ke arah Dita. "Terimakasih sudah mau mengandung putraku."

"Hmmmm...."

"Aku.............." suara Seokjin tercekat

Dita menaikkan satu alisnya heran.

"Sepertinya dia sangat mirip denganku." Seokjin mengusap lembut foto usg yang ada di tangannya."Sepertinya aku membuatnya terlalu semangat, sehingga semua yang ada diriku dicopy sempurna olehnya." Seokjin tersenyum konyol.

"..........." Dita semakin mengernyitkan alis-nya.

"Malam itu aku tidak bisa menahan perasaanku dan hasratku. Aku menumpahkan semua yang aku rasa padamu."

Nafas Dita tercekat mendengar apa yang Seokjin ucapkan. Malam panas yang selalu mampu membuat pipi Dita bersemu merah. Jauh di lubuk hati, Dita menyukai kenangan malam itu dan tidak bisa melupakannya. Namun sekaligus menyedihkan, karena semua itu terjadi saat dia di bawah pengaruh alkohol.

"You fall for me first but i fall for you harder." Seokjin menatap Dita penuh puja.

"Memang terkesan seperti rayuan murahan. Tapi kalau tidak aku katakan, aku takut kau akan bertanya tanya seperti apa sebenarnya perasaanku padamu. Aku takut nanti kita terkungkung dengan pemikiran kita masing masing, terjebak pada kesalah pahaman dan akhirnya saling menyakiti" ucap Seokjin jujur.

Dita terdiam, matanya terkunci pada Seokjin.

"Aku tidak butuh kata kata manis. Lidah manusia tidak bertulang dan manusia suka lupa diri" Dita diam menjeda ucapannya, menatap Seokjin serius.

"Prove it to me walaupun aku tidak menjamin bahwa aku bisa membalas perasaanmu..." Ucap Dita datar

Seokjin meraih tangan Dita dan menggenggamnya erat. "Aku akan membuktikannya dan aku akan membuatmu mencintaiku lagi" Ucap Seokjin penuh keyakinan sedangkan Dita hanya tersenyum tipis.

*****

"Dita....." Lea menatap Dita serius dengan tetap mengaduk jus jeruk yang ada di depan-nya.

"Hmmmm...." Ucap Dita lembut dengan tetap memandang lautan yang membuat matanya tak berkedip.

"Bagaimana perasaanmu saat ini? Apa kau masih mencintai Seokjin."

Lea mengajukan pertanyaan yang sama yang selalu orang lain tanyakan kepada Dita. Saat Dita memilih untuk mempertahankan bayinya, orang orang menganggap bahwa Dita masih mencintai Seokjin.

"Entahlah...." Dita tersenyum hambar.

Lea memandang Dita sedih. Niat baik mereka berujung pada penderitaan baru bagi Dita, terbelenggu dengan bayi-nya dan Seokjin. Semula rencana mereka hanya ingin Seokjin dan Dita berbaikan, memulai hubungan mereka dari awal lagi, namun yang terjadi adalah kebodohan seorang Seokjin yang tidak bisa menahan perasaannya, nafsunya, dan berakhir bermain sembrono tanpa pengaman. Tidak ada yang salah, karena hal itu terjadi tanpa diduga dan tanpa persiapan.

Dita menatap Lea lurus dan mulai berbicara dengan nada serius "Berani berbuat, harus berani bertanggung jawab. Bukankah itu nilai dari seorang manusia. Aku bukan hewan yang bisa dengan bebasnya pergi setelah melakukannya. Tidak ada alasan medis ataupun keadaan mental yang memperbolehkan aku menggugurkannya. Ini bukan hasil perkosaan, walaupun ada paksaan." Dita mengalihkan pandangannya, menatap lautan luas di depannya.

"Betapapun aku ingin pergi, ingin bersikap egois, ingin mencari kebahagian-ku sendiri...." Dita terdiam dan menghela nafas. Beberapa saat kemudian kembali menatap Lea dengan sendu "Namun sekarang aku punya seseorang yang menggantungkan hidupnya padaku dan aku memilih mewujudkan kebahagianku bersama dengannya." Dita menunduk dan mengusap perutnya lembut.

Lea merengkuh tubuh Dita mendekat kemudian memeluknya erat. "Terimakasih sudah memilih untuk mempertahankan-nya. Aku tahu kamu bisa....dan aku tahu kamu akan bahagia."

"Aku akan bahagia dengan caraku...." Ucap Dita berulang ulang, berusaha mengafirmasi dirinya sendiri.

Hari terakhir di Bali membuat perasaan Dita semakin sendu. Selesai sudah pelarian dia selama ini. Dia akan kembali pada kenyataan hidup bahwa dia adalah seorang istri, anak, menantu, dan sebentar lagi menjadi seorang ibu.

*****

Dita mengamati pemandangan di sekelilingnya dan menghirup udara sebanyak banyaknya. Dia tidak percaya telah menginjak korea lagi. Hampir dua tahun dia meninggalkan tanah kelahiran. Menjauh dari orang yang membuat dia sakit hati, dan meminta orang orang dekatnya memberi jarak dan ruang kepadanya untuk menyembuhkan diri. Lebih baik menjauh dan melupakan demi kesehatan mental.

Tapi kenyataan memaksa dia kembali, kenyataan yang ternyata sebuah konspirasi dari orang terdekatnya. Merasa tertipu tapi tidak bisa marah. Itulah yang Dita rasakan selama delapan bulan ini. Ingin marah tapi tidak bisa. Terlalu banyak pertimbangan yang membuat dia menerima kenyataan dengan ikhlas. Apakah ini pengorbanan? Mungkin iya...atau pasti iya. Bukankah sebuah pilihan mempunyai konsekuensinya masing masing. Dan Sepantasnya sebagai seorang dewasa mampu menanggung konsekuensi atas pilihannya tanpa menyalahkan siapapun.

Tuhan hanya memberi takdir jalan hidup seorang manusia setengah jadi, tapi yang membuat takdir itu sepenuhnya terjadi adalah karena usaha dan pilihan dari manusia. Jadi jangan menyalahkan takdir, karena terjadi atau tidak sepenuhnya ada pada pilihan manusia.

Pemandangan pantai, sawah, sungai, dan pohon pohon hijau di Bali sudah tergantikan dengan gedung pencakar langit yang menjulang. Sudah tidak ada gunanya lagi menangis. Dita bertekad untuk bahagia. Namun, untuk jatuh cinta lagi rasanya sulit.

"Dita......" seru Nyonya Jung yang terdengar begitu Dita masuk ke halaman rumah.

Kerinduan terampang jelas di wajah Ibunya yang masih cantik walaupun sudah memasuki umur enam puluh tahun.

"Sayang.....akhirnya kau pulang." Jerit Nyonya Jung dengan merengkuh tubuh Dita dan memeluknya erat. Air mata mengambang di kedua matanya. Semua hal tentang anaknya selalu membuat emosional. Apalagi anak yang sudah hampir dua tahun tidak pernah pulang, Ditambah kepergiannya karena hatinya yang patah. Rasa sedih yang Nyonya Jung tanggung sebagai tanggung semakin berlipat ganda.

"Syukur kau baik baik saja....eomma sangat khawatir karena kau begitu keras kepala tidak ingin dikunjungi. Padahal eomma ingin menemuimu sekaligus liburan." Ucap Nyonya Jung emosional.

"Eomma....gwencana...putrimu audah pulang" Dita mengusap lembut punggung Ibunya. "Bersama dengan cucumu." Ucap Dita lembut.

Pelukan mereka semakin erat tampak sulit dipisahkan. Sedangkan Seokjin yang menyusul di belakang melihat pemandangan itu dengan perasaan bahagia.

*****

Betewe...Author lagi bingung nentuin endingnya....😅

Im Sorry, I Love U [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang