22. Touch

279 45 10
                                    

"Bolehkah aku bergabung?" Ucap Seokjin dengan senyum menggoda

"Eeee....." Dita menoleh kaget. Tidak menyangka Seokjin sudah berdiri di ambang pintu kamar mandi dengan tatapan penuh hasrat.

"Oppa sudah pulang?" Dita masih dalam keadaan kaget dan heran.

"Apa aku tidak boleh pulang?" Seokjin menjawab pertanyaan Dita dengan pertanyaan yang tentu saja membuat si penanya mendengus kesal.

"Bukan begitu..." Dita memainkan buih buih sabun yang ada di tangannya. "Tidak biasanya....tiap hari oppa pulang paling cepat jam 7 malam, ini masih siang dan oppa sudah pulang. Apa pekerjaanmu sudah selesai? Atau kau kabur dari pekerjaanmu?" Wajah Dita mengernyit penuh tanya.

Seokjin melangkah maju mendekat ke arah Dita, bersimpuh kemudian mengusap pipi Dita lembut. "Aku pulang segera setelah mendapatkan kabar kalau Yeri menganggumu." Seokjin menatap Dita dalam. "Apa dia melukaimu? Kau baik baik saja kan..." tanya-nya penuh penekanan.

Dita menghela nafasnya dan menatap Seokjin datar. "Aku baik baik saja."

"Syukurlah....." Seokjin tersenyum lega dengan tetap mengusap pipi Dita lembut.

Dita mulai tidak nyaman karena sensasi sentuhan tangan Seokjin mulai memberi efek pada tubuhnya, rasa hangat mulai menjalar "Sampai kapan kau akan mengusap pipiku?" Cicit Dita.

"Sampai kau mengijinkan ku bergabung bersamamu di dalam bath tub." Senyum mesum tersungging di bibir Seokjin.

"Eh....." Dita menarik wajahnya hingga terlepas dari usapan Seokjin. "Kau mesum sekali." Dita menatap Seokjin sinis.

Bukannya marah, Seokjin malah menyeringai penuh arti. Dia berdiri kemudian melepas bajunya satu per satu hingga tak tersisa satu helaipun.

Dita melotot melihat apa yang dilakukan suaminya.

"Dont you dare....." Dita berteriak dan hendak berdiri.

"Tunggu..." Seokjin memegang kedua tangan Dita. "Santai....jangan bergerak tiba tiba....kehamilanmu sudah 36 minggu....hati hati..lantai kamar mandi sangat licin karena sabun...nanti terpeleset."

Dita terdiam, tak percaya dengan pemandangan yang ada di depannya. Wajahnya memerah, sudah begitu lama....sangat lama malah sejak Dita melihat tubuh tegap suaminya yang polos tanpa sehelai kain pun. Pemandangan yang sangat menggoda iman.

Dengan santainya Seokjin masuk ke dalam bath tub dan duduk di depan Dita. Seketika air tumpah ke lantai kamar mandi.

"Oppa...kau" Dita menjerit kesal.

"Sstttt....." Seokjin menaruh telunjuknya di bibir Dita. "Jangan berteriak, nanti semua orang di rumah ini curiga."

"Apa peduliku...." ucap Dita dengan memalingkan muka.

Seokjin tersenyum melihat reaksi Dita.
"Apa kau ingin aku menggosok tubuh-mu." Tanya Seokjin tidak tahu diri.

Dengan wajah memerah karena malu sekaligus marah, Dita menjawab dengan sengit. "Tidak perlu, aku sudah selesai." Dita hendak berdiri namun lagi lagi tangannya tertahan.

"Tunggu....aku ingin memandikan anakku." Dengan sigap Seokjin memeluk Dita dan mencium perut besarnya dengan lembut.

Dita terkesiap, badannya kaku, otaknya dengan segera memberi sinyal peringatan. Dia merasa bahwa apa yang sedang terjadi akan sangat berbahaya bagi nya.

"Oppa....pintar sekali kau membuat alasan." Dita menggeliat pelan memberontak "Apa kau bisa melepaskan pelukan mu...aku sudah selesai mandi." Lirih Dita dengan wajah yang masih merah.

"Tunggu...aku belum puas mencium dan mengusap anakku." Jawab Seokjin tidak peduli dengan senyum misterius.

Entah karena hormon kehamilan atau karena dia sudah memutuskan memaafkan dan menerima Seokjin kembali, di usia kehamilan yang semakin tua, tubuh Dita menjadi sangat sensitif terhadap sentuhan. Sentuhan Seokjin membuat Dita sangat, sangat ingin melakukan itu. Dita mengeram pelan menahan hasratnya.

"Oppa...." lirih Dita dengan terus menggeliat pelan.

"Hmmmm..." jawab Seokjin tidak peduli dengan terus mencium dan mengusap perut Dita.

"Oppa...aku sudah berendam cukup lama. Nanti aku kedinginan kalau tidak segera membilas tubuhku" Kilah Dita yang mencoba menekan perasaan hangat dan debaran di dadanya. Perutnya terasa geli sekaligus nyaman.

"Tunggu aku....aku akan mandi sebentar." Seokjin segera menggosok tubuhnya secara merata.

Dita menatap aktivitas suaminya dengan wajah merah padam bak kepiting rebus. Seokjin dengan sengaja menggosok badannya secara seductive, sesekali menyunggingkan senyum dan mengerlingkan matanya.

Tak berapa lama "Ayo...kita bilas." Seokjin meraih tangan Dita lembut dan menuntun-nya ke arah shower. Dan mereka berakhir mandi bersama. Seokjin membasuh lembut tubuh Dita dan dirinya dengan air, menghilangkan sisa sisa sabun yang menempel ditubuh Dita maupun tubuhnya. Adapun Dita hanya bisa pasrah, diam tak berkutik.

Seokjin mengamati tubuh istrinya dengan cermat. Leher jenjang, Sepasang buah dada yang membucah, perut besar, dan sepasang pantat sekal sungguh sangat seksi dan tentu saja menggoda. Dorongan dari dalam dirinya ia tekan sekuat tenaga. "Sabar...tunggu waktu yang tepat. Tidak aman jika aku melakukannya di kamar mandi."

Begitu dirasa sudah bersih, Seokjin membungkus tubuh istrinya dengan jubah mandi seperti juga dirinya. Kemudian jalan berdampingan menuju kamar.

"Aku akan keringkan rambutmu..." Seokjin mengambil hair dryer dan membuat Dita duduk di depan meja rias. "Rambut mu wangi sekali." Perlahan Seokjin mengeringkan helai demi helai rambut Dita dan menciumnya beberapa kali.

Dan sekali lagi Dita hanya bisa terdiam. Bukan karena tidak tahu harus apa, namun karena dia sedang bergelut, berusaha mati matian menahan nafsu yang mulai naik dan menggelora. Hilang sudah susunan kata kata yang akan dia tanyakan ke Seokjin mengenai Yeri. Otak Dita kosong seketika semenjak Seokjin bergabung dengannya di bath-up.

"Rambutmu sudah kering, selanjutnya kita tidur saja. Bobok siang." Seokjin membuka lemari dan meraih salah satu baju tidur dan mengangsurkannya ke Dita.

"Aku tidak mau...." Dita mendelik ke arah Seokjin.

"Ayo tidur...aku tahu kamu lelah karena ketemu Yeri."

"Omong omong tentang Yeri." Dita menatap Seokjin serius. " Dia berniat merebutmu sampai dapat."

"Tidak usah kau pedulikam dia." Jawab Seokjin serius

"Kalaupun tidak kupedulikan atau tidak kau pedulikan, dia tidak peduli. Dia pasti akan berbuat nekat." Dota menatap lekat Seokjin.

"Aku tidak akan pernah kembali padanya." Ucap Seokjin tegas.

"Apa oppa yakin? Tapi dia tidak berpikir seperti itu. Dia akan selalu mengganggu kita. Aku takut saat dia masuk saat oppa lengah" Nada suara Dita terdengar khawatir.

"Apa sebaiknya aku penjarakan dia saja" Seokjin menyentuh dagunya mencoba menyusun rencana.

"Oppa.....jangan setega itu. Dia punya anak yang masih perlu diasuh" Dita menjerit takut.

"Hei....aku hanya becanda. Tapi kenapa kau peduli padanya?" Seokjin mengernyitkan dahinya penuh tanya.

"Aku tidak peduli padanya. Aku hanya peduli pada nasib anaknya." Dita mengusap penuh kasih perutnya. "Sebentar lagi aku juga akan menjadi seorang ibu. Aku tahu, pasti sakit rasanya dipisahkan dengan anak kita." Nada suara Dita melembut.

Dirasa suasana yang semakin akrab, dan sikap Dita yang melembut, Seokjin mendekati Dita, tak mau menyia nyiakan kesempatan yang ada.

Seokjin meraih kedua tangan Dita dan menempelkan ke dadanya. "Fokus saja pada kebahagian keluarga kecil kita. Aku Kim Seokjin, suamimu, tidak bisa menjanjikan apapun. Namun, aku ingin meraih kepercayaanmu dengan sikap dan tindakan-ku. Aku memilih setia padamu." Seokjin mencium kedua tangan Dita bergantian.

Wajah Dita kembali memerah karena perlakuan lembut Seokjin.

"Bukankah menurut dokter, sekarang adalah waktu yang tepat dan sangat dianjurkan untuk berhubungan sex dengan tujuan memperlancar kelahiran." Ucap Seokjin tenang dengan menatap Dita penuh arti.

"Oppa....." Dita menjerit, namun Seokjin bergerak cepat. Dia mengangkat tubuh Dita dan meletakkannya dengan lembut di atas kasur.

"Sebagai perkenalan, anakku ingin bertemu bapaknya." Bisik menggoda Seokjin di telingga Dita. Dan berhasil membuat tubuh Dita meremang seketika.

*****
WADIDAW....OMG...SEOKJIN NAKAL🤪🤭

Im Sorry, I Love U [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang