11. Perpisahan

218 48 4
                                    

"Dita meminta cerai" ucap Seokjin lirih, matanya memandang langit langit ruang kerja dengan putus asa.

Jungkook memandang bos nya dengan rasa kasihan. Walaupun apa yang dilakukan Seokjin salah, namun dia tak tega melihat bosnya dalam keadaan putus asa.

"Kalau saya jadi Dita ssi, saya juga akan melakukan hal yang sama. Anda sering kali tanpa kabar, pulang larut, membatalkan janji, dan terakhir Dita ssi melihat anda bersama orang lain. Pasti di dalam pikirannya anda berselingkuh."

"Tapi aku tidak berselingkuh. Aku orang yang memegang janji, memegang komitmen. Harusnya dia percaya itu."

"Tapi perkataan anda dan sikap anda berbanding terbalik. Siang itu setelah Dita ssi memergoki anda makan sianv dengan Yeri ssi, anda tidak langsung pulang ke rumah dan menjelaskan apa yang terjadi, anda malah kembali ke kantor dan sibuk bekerja. Wanita juga tidak akan bisa mengerti apa yang laki laki sedang rasakan/inginkan apabila laki laki itu tidak menjelaskannya, wanita bukan cenayang. Setelah semua yang terjadi, pastinya membuat Dita ssi sadar bahwa hati anda bukan buatnya, Dita ssi bukan prioritas anda. Apa yang Dita ssi putuskan itu karena dia ingin berdamai dengan kenyataan"

"Aku bodoh...." Seokjin menangkup wajahnya lesu, mengingat seminggu ini dia selalu pulang dengan disambut keheningan. Tidak ada lagi suara husky dan senyum manis Dita saat menyambutnya pulang. Tidak ada lagi bau masakan yang menggugah selera. Tidak ada lagi pipi lembut yang selalu dia cium diam diam saat Dita tidur. Tidak ada lagi canda tawa yang membuat hati Seokjin hangat dan tingkah genit manja Dita yang selalu membuat Seokjin salah tingkah. "Apakah aku terluka sangat dalam, sehingga aku tidak bisa membuka hatiku untukmu dengan mudah"

Flashback on

"Sebelum rasa yang aku punya berkembang menjadi tambah besar, sebaiknya kita akhiri saja disini.." Ucap Dita lirih

"Apa yang harus diakhiri???" Seokjin menatap tajam Dita

"Bukankah ini yang kau inginkan?" Dita menatap pias Seokjin.

"Dita...jangan bercanda" Seokjin menarik tangan Dita pelan dan mengenggamnya erat.

"Tolong...jangan memberiku harapan palsu..jangan buat aku berharap ketika akhirnya kau mengecewakanku." kedua mata Dita berkaca kaca menahan air mata yang akan tumpah karena rasa kecewa di dadanya dan itu berhasil membuat Seokjin bingung.

"Kenapa tiba tiba kau ingin pisah? Aku bisa jelaskan apa yang terjadi." Seokjin meremas tangan Dita perlahan.

"Apa yang harus aku lakukan ketika kau lebih memilih mengurusnya ketimbang menjemputku??? Berulang kali kau membatalkan acara kita berdua, kau selalu pulang larut dan tidak memakan makan malam yang sudah susah payah aku buat...jawab aku" akhirnya apa yang dia rasakan dan tahan selama sebulan ini tak dapat dia bendung lagi, Dita menatap Seokjin dengan sedih.

"Apapun yang ada di pikiranmu....yang pasti aku tidak selingkuh...." ucap Seokjin yakin dan menatap lurus tepat di mata Dita.

"Bagaimana bisa kau berkata seperti itu...aku melihat dengan mata kepalaku sendiri..." Dita meremas bajunya menahan emosi.

"Dia butuh bantuan...Dia sendirian...aku hanya membantunya" ucap Seokjin pelan

"Benarkah? Hanya itu alasannya? Sedangkan aku bagaimana? Apakah aku tidak membutuhkanmu??? Apa kau pikir aku tidak sendirian..kesepian... Kenapa kau lebih mementingkan dia dibanding aku...aku istrimu...apakah itu menunjukkan bahwa hatimu tertuju padanya? Bukan padaku??? Aku bukan prioritas mu kan!!!!"

"Bukan seperti itu...kau bicara hal yang tidak tidak...percayalah padaku" Seokjin menatap Dita serius

"Aku tahu...aku sadar...kita menikah bukan didasari cinta. Tapi sesuai janjiku...aku akan berusaha mencintai suamiku...tapi aku bisa apa...kalau hatimu tak pernah tertuju pada ku?" Dita menatap Seokjin pias, jari jemarinya saling bertaut, menahan rasa sesak yang terus hadir di dadanya.

Im Sorry, I Love U [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang