24. Conclude

355 39 10
                                    

"Apa kau yakin ingin menemuinya?" Seokjin memperhatikan istrinya yang sedang sibuk berdandan di depan cermin.

"Iya oppa...aku yakin sekali." Dita memoles bibirnya dengan lipstick kesukaannya.

"Aku akan menemanimu..." Seokjin bangkit dari duduknya dan menuju lemari di depannya dan dengan cepat berganti pakaian.

Dita menatap suaminya bingung. "Oppa...jangan khawatir.. aku akan baik baik saja."

"Aku akan memastikannya sendiri apakah kau baik baik saja. Aku khawatir dia akan berbuat nekat dan mencelakaimu. Aku memastikan keselamatan 2 orang, dirimu dan anak kita." Seokjin meraih dagu Dita kemudian mengecup lembut bibirnya.

"Apa mungkin dia akan berbuat nekat???" Dita menaikkan satu alisnya.

"Apapun bisa terjadi. Kita tidak tahu isi hati dan kepala manusia. Manusia adalah pribadi yang sangat kompleks. Aku mencoba mengantisipasi saja. Mencegah lebih baik"

Dita menatap Seokjin sayu. Dia memandang suaminya dengan seksama. Memastikan bahwa kekhawatiran yang Seokjin ucapkan adalah kebenaran dan tulus dari dalam dirinya. Dan Dita tidak menemukan kebohongan di mata Seokjin. Dita dapat merasakan perasaan cinta Seokjin yang tulus dan nyata.

"Gomawo...." Dita menyentuh lembut pipi Seokjin kemudian menciumnya.

Seokjin menempelkan hidungnya ke hidung Dita "Kalau kita terus berciuman begini, aku jamin kita akan berakhir di tempat tidur lagi....." Seokjin menyeringai jahil.

"Eh......" Dita reflek mendorong wajah Seokjin menjauh.

"Hei....kau yang menggoda duluan." Seokjin mencondongkan tubuhnya ke arah Dita.

Dita menaikkan satu alisnya "aku tidak pernah menggoda oppa."

"Kau sadar atau pura pura?"

"Aku bukan wanita penggoda."

"Tapi di mataku kau selalu menggoda." Seokjin tersenyum mesum.

"Ughhh...." Dita menutup telinganya dengan kedua tangannya. "Sudah...hentikan debat kusir ini oppa..."

"Baiklah...." Seokjin meraih tangan Dita kemudian menggenggam-nya. "Ayo berangkat....."

Mereka berjalan bersisian dengan wajah penuh bahagia. Hari ini mereka akan menyelesaikan permasalahan Yeri dengan damai.

*****

Dita memandang Yeri dengan wajah sebiasa mungkin, tidak ada aura permusuhan yang dia tampilkan. Dia ingin berbicara dengan Yeri tanpa menimbulkan keributan. Namun hal itu sangat berbeda sekali dengan apa yang Yeri tunjukkan.

"Kau berani sekali mengajakku bertemu. Apa sebenarnya rencanamu." Yeri menatap curiga.

Dita mencoba bersikap tenang dan tidak terprovokasi. Dia menyesap lemon tea nya sebelumnya membuka pembicaraan. Sedangkan di sudut lain restoran ada sepasang mata yang memperhatikan dengan seksama interaksi antara Dita dan Yeri.

"Yeri ssi....ini akan menjadi terakhir kalinya kita bertemu. Ke depannya, aku berharap kita tidak akan bertemu lagi."

"Apa maksudmu?"

"Yeri ssi....jangan ganggu rumah tangga kami."

Yeri menaikkan satu alisnya dan berkata tajam "Mengganggu? Yang benar saja. Aku tidak menganggu, tapi aku mengambil apa yang menjadi hak ku."

Dita menghela nafas kesal mendengar jawaban Yeri. Kebebalan Yeri sudah melebihi ambang batas.

"Apapun yang terjadi pada kalian di masa lalu itu adalah masa lalu..atau malah sebenarnya tidak ada appun yang terjadi." Dita menjeda ucapannya.

Im Sorry, I Love U [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang