21. Doubt

213 43 7
                                    

"Hai....." senyum Yeri mengembang

Dita menoleh dan seketika membeku. Tak disangka dia akan bertemu dengan mantan dari sang suami. Dita tidak tahu harus bersikap seperti apa, dia terdiam tak membalas dan hanya memasang muka datar, malas, tak berminat. Perempuan itu merusak mood nya hari ini. Kesialan apa yang menimpanya hingga harus bertemu dia.

"Berbelanja?" Ucap Yeri basa basi

Dita diam tak menanggapi dan terus sibuk memilih baju baju bayi yang akan dia beli.

"Apa kau tahu apa yang dilakukan suami mu di belakangmu?" Ucap Yeri dengan sikap tak peduli terhadap keengganan Dita.

Dita terdiam sejenak, namun kemudian melanjutkan memilih baju.

"Apa kau ingin tahu?" Yeri membalik tubuh Dita dengan kasar dan menyerahkan tumpukan foto ke tangannya.

Dita mendesis kesal karena sikap Yeri yang tidak sopan. Dita dengan malasnya mengamati satu per satu foto yang ada di tangannya, kemudian memasang bermuka datar.

"Suamimu selingkuh." Yeri tersenyum licik

Dita menatap Yeri sinis "aku tidak peduli."

"Kau tidak peduli atau kau pura pura tidak tahu?" Yeri menaikkan satu alisnya meremehkan lawan bicaranya. "Masa lalu akan selalu menang. Cinta Seokjin sudah habis buatku...sedangkan kau...baginya kau hanya teman menjalani hidup, tidak ada cinta di dalamnya." Yeri tersenyum merendahkan.

Dita tersenyum tipis mendengar ucapan Yeri. Berdasarkan pengamatannya, perempuan di depannya adalah tipe perempuan egois, playing victim, dan serakah. "Kalau aku hanya teman menjalani hidup dan tanpa cinta, kenapa Seokjin mengejarku, menghamiliku, dan memilih setia di sampingku."

Yeri mendengus kesal "itu karena Seokjin terpaksa."

"Benarkah?" Ucap Dita provokatif. "Orang yang ingin pergi, bagaimanapun kita menahan-nya dia akan tetap pergi. Sedangkan orang yang ingin tinggal akan tetap tinggal walaupun sudah ratusan kali kita mengusirnya."

"Aku bilang Seokjin terpaksa melakukan itu." Suara Yeri mulai meninggi.

"Apa Seokjin mengucapkannya sendiri padamu?" Ucap Dita angkuh

"Kau......" Yeri mulai naik pitam.

"Apa kau tahu???? Seokjin suka padaku karena punya-ku manis...." Dita tersenyum bangga dan dengan sengaja memprovokasi kemarahan Yeri sekaligus meremehkan lawan bicaranya "Sedangkan punyamu....punyamu pasti bau..kau tahu comberan...comberan baunya tidak sedap karena tempat buangan semua orang. Itulah kamu."

Yeri melotot karena marah. Ingin sekali dia menampar wajah Dita, namun dia urungkan karena pandangan orang orang yang mulai memperhatikan keributan yang mereka ciptakan. "Mulut mu sangat tidak sopan. Jangan men-judge hidup orang lain. Jangan sok tahu. Begitukah sikap seorang Chaebol? Dan juga hidupku bukanlah urusanmu. None your business"

"Aku tidak menjudge. Tapi yang aku katakan sesuai dengan apa yang aku lihat. Setiap orang memang punya alasan dibalik sikapnya, tapi itu semua disertai dengan pilihan-pilihan, dan yang membedakan adalah pilihan yang orang itu pilih. Dan...tentu saja ini berkaitan denganku...Seokjin adalah suamiku...ayah dari anak yang aku kandung" Dita menatap Yeri tajam.

Dita menatap tajam Yeri "Tenanglah...aku tidak suka sisa orang lain. aku akan kembalikan Seokjin padamu jikalau memang dia ingin kembali padamu." Ucap Dita sinis kemudian melenggang pergi.

Yeri tersenyum lebar mendengar perkataan Dita. Akhirnya Dita mengaku kalah. Kebahagian akan dia dapatkan kembali.

Baru beberapa langkah, Dita berhenti dan berbalik. Ada hal yang sangat mengusik hatinya "Apakah kau selamanya akan seperti ini, menggantungkan hidup pada seorang laki laki. Apa kau tidak ingin hidup dengan baik?."

Yeri menatap Dita curiga "Jangan bersikap seolah kau peduli."

Dita berpikir orang di depannya adalah orang yang sangat bebal. "Memang susah berbicara dengan orang egois, keras kepala, dan bodoh sehingga tidak menyadari kesalahan yang dia buat." Dita mengendikkan bahunya dan berlalu pergi.

"Kau.....kau yang egois.....kau wanita tidak tahu malu yang masih mempertahankan suaminya padahal dia tidak pernah mencintaimu...." teriak Yeri geram. Wajahnya mengeras, nafasnya terengah, dan dia meremas tangannya kuat karena tersinggung.

Dita menggelengkan kepalanya, kaget dengan jawaban Yeri. Tak ingin menjadi stress karena terus berdebat dengan Yeri, Dita memilih abai kemudian berjalan ke tempat parkir mobil.

"Pak...kita pulang." Dita membuka pintu penumpang kemudian duduk.

"Baik nyonya......."

Sepanjang perjalanan pulang, begitu banyak yang Dita pikirkan. Matanya menatap jalanan namun pikirannya terbang. Pak sopir sesekali melirik melalui kaca dalam, melihat majikannya yang sedang melamun.

"Kenapa ketika aku sudah memantapkan diri atas pilihanku. Kenyataan menghempasku, dan membuatku kembali ragu"

Tanpa sadar Dita meremas lembaran foto yang Yeri beri.

"Kenapa dia tak berhenti mengganggu."

"Apakah dunia sudah sangat materialistis, sehingga orang menghalalkan segala cara. Yeri benar benar sudah gila"

"Apakah manusia sudah tidak punya hati sehingga tidak bisa melihat dan membedakan hal baik dan buruk?"

"Bahagia seperti apa yang kita cari?"

"Sepertinya ada yang salah dengan manusia. Rasa syukur sudah hilang dari diri mereka"

"Nyonya......"

Dita masih fokus melihat ke luar jendela mobil.

"Nyonya...kita sudah sampai...."

Dita menengok ke arah pak sopir. "Iya Pak...kenapa?"

"Nyonya...kita sudah sampai rumah."

Dita melihat ke sekeliling-nya "Ah....baiklah....terimakasih." Dita bergegas turun dan masuk ke dalam rumah.

"Bibi...tolong bawakan belanjaan saya ke dalam kamar"

"Baik Nyonya..." Bibi bergegas ke halaman rumah dan menurunkan barang belanjaan dari mobil.

Sedangkan Dita mempercepat langkahnya masuk langsung menuju kamarnya. Dia butuh istirahat, dia buuh menyegarkan tubuhnya sekaligus menenangkan pikirannya yang sangat kacau hari ini.

Dita masuk ke kamar mandi dan melepas satu per satu helaian baju yang dia pakai. Kemudian masuk ke dalam Bath Up yang sudah dicampur sabun aromatherapy kesukaan-nya. Memang mandi air hangat di siang hari tidak lazim dilakukan. Tapi tidak untuk siang ini. Dia berharap air hangat dapat mengendorkan otot tubuhnya yang menegang karena pikiran kalutnya.

"Ini sangat menenangkan....." Dita menghirup sangi sabun aromatherapy dalam dalam.

Walaupun dia sudah tahu bahwa Seokjin tidak selingkuh dengan Yeri, tapi kehadiran Yeri yang terang terangan sangat menganggu.

Pihak ketiga yang dengan tidak tahu malunya memaksa masuk. Dan mau sampai kapan hal seperti itu terjadi. Seokjin sudah pasti tidak akan menanggapi, tapi kita tidak tahu kapan Seokjin tertimpa sial dan masuk perangkap Yeri. Dita merasa harus mengambil tindakan yang tegas.

Dita membasuh sabun aromatherapy ke seluruh tubuhnya dan menggosoknya pelan. Dia butuh menyiapkan hati, pikiran, dan energinya untuk memperjelas semuanya malam ini dengan Seokjin.

"Tenang....tenang...rileks...rileks....ayo bahagia....pasti bisa..." Gumam Dita terus menerus sambil memejamkan kedua matanya.

Tanpa Dita sadari ada sesosok tegap yang membuka pintu kamar mandi pelan kemudian bersandar di kusen pintu, melihat dengan penuh minat aktivitas yang Dita lakukan.

*****

Siapa tuch???? 🤔🧐

Im Sorry, I Love U [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang