BAB 45. KEGILAAN BERLIAN
Adistia mempunyai jadwal baru mulai bulan ini, yaitu mengambil kelas baking khusus untuk menghias kue tart. Dia perlu menambah inovasi menu di toko kuenya, dan karena banyak pelanggan yang menanyakan kue tart belakangan ini, maka gadis itu memutuskan untuk belajar. Kelas yang dia ambil adalah jadwal satu bulan sekali untuk kelas offline, sementara ada beberapa hari untuk kelas online.
Adistia mampir ke salah satu toko buku yang berada di seberang komplek perumahan karena persediaan buku serta pulpen di rumahnya habis. Biasanya sang bunda yang menyetok banyak di rumah, tetapi sejak tadi dicari tidak ditemukan.
Dari toko buku, Adistia langsung memesan ojek online untuk menuju tempat kursus. Perasaan khawatir yang pernah dialaminya sudah menghilang penuh karena selama hampir dua minggu ini hidupnya baik-baik saja. Sepertinya orang yang berniat menganggu sudah memutuskan untuk menyerah. Entah siapa pun itu, mungkin merasa menganggu dirinya tidak memiliki keuntungan sama sekali sehingga memutuskan untuk berhenti.
Sebenarnya nama Berlian masih menjadi kandidat pertama orang yang dicurigainya sampai saat ini. Dia juga sempat menceritakannya pada Arman, tetapi tunangan Namira itu tidak terlalu menanggapi dan malah menyuruhnya untuk tidak terlalu memikirkan hal tersebut.
Tanpa Adistia tahu jika sebenarnya diam-diam Arman sudah menceritakan itu, dan merasa lega saat Evans berkata sudah mengutus orang untuk selalu menjaga Adistia. Informasi yang sengaja tidak Arman beritahukan pada Adistia karena Namira melarang laki-laki itu untuk menyebut nama Evans lagi.
Adistia sedang menoleh ke arah kiri untuk memeriksa apakah ojek online yang dipesannya sudah terlihat. Tidak pernah menyangka jika saat itu juga terlihat sebuah mobil melaju kencang dan seperti akan menubruknya. Insting Adistia untuk menghindar datang tepat pada waktunya. Gadis itu melompat ke belakang saat yakin mobil berwarna merah itu benar-benar menuju tepat ke arahnya.
*
"Sudah tahu lokasinya?" Berlian melajukan sedan merahnya menuju lokasi yang disebutkan oleh orangnya di seberang.
Akal sehatnya tidak sedang bekerja dengan baik saat ini karena tertutup oleh emosi dan juga cemburu. Hal yang terpikirkan dalam kepalanya saat ini hanyalah untuk mencelakai Adistia. Malah kalau bisa, gadis itu lenyap saja dari dunia ini agar tidak lagi menjadi pengganggu di hubungannya dengan Evans. Berlian lupa jika ada hukum yang bisa menjeratnya karena niat yang sedang dia rencanakan ini adalah tindakan kriminal.
Gadis itu semakin gelap mata saat pada akhirnya sampai di lokasi, di mana kini Adistia tampak tengah berdiri di pinggir jalan. Gadis itu tengah menoleh tepat ke arah mobilnya kini melaju. Tanpa berpikir panjang, dengan emosi yang sudah melumpuhkan sisi kemanusiaannya, Berlian menginjak gas mobil, berniat untuk langsung menabrak tubuh Adistia. Namun sial, gadis itu malah langsung bisa menghindar, dan tidak menyentuh mobilnya.
Berlian sempat menghentikan mobil, menoleh ke belakang di mana kini Adistia sedang menatap ke arah mobilnya dengan wajah meringis kesakitan. Dan saat sadar beberapa orang mulai mendekat ke arah mobilnya, Berlian langsung menancap gas untuk kabur.
"Kita lihat, apakah setelah ini lo bakalan cuekin gue lagi, Vans," bisik Berlian dengan perasaan yang sebenarnya sedikit kacau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. COFFEE and Miss COOKIE
RomanceEvans membutuhkan pacar pura-pura untuk menyingkirkan satu pengacau di hidupnya dan fokus pada kedai kopinya. Adistia membutuhkan pacar pura-pura untuk membatalkan perjodohan yang ayahnya atur dan fokus pada bisnis kuenya. Keduanya saling tertarik...