Dengan buru-buru dan rasa panik Jeno berjalan masuk ke kamar Jaemin, lalu ekspresi paniknya langsung berubah datar.
"Jeno udah dateng," sapa Jaemin manja.
"Bangsat! Lo kibulin gue, Bajingan! Bilangnya sakit perut, ternyata enak banget minum alkohol!" kesal Jeno.
"Karena kalau gue bilang yang sebenarnya, lo gak akan dateng. Jadi, gue kibulin aja biar dateng," jawab Jaemin sambil tersenyum lebar.
Jaemin menarik Jeno agar duduk di sampingnya.
"Kenapa lagi sih, Na?!" kesal Jeno.
"Masa gue diselingkuhin sama si Zarae!" jawab Jaemin sedih sambil mengerucutkan bibirnya.
Tuk!
Sentilan kecil berhasil Jeno layangkan pada kening Jaemin.
"Loh! Kenapa malah disakitin, sih?!" drama Jaemin.
Jeno rolling eyes.
"Bukan Zarae yang selingkuhin lo. Lo aja yang sering gonta-ganti dominan. Jadi submisif kok berengsek banget," heran Jeno.
Jaemin merengek.
"Gue gak suka diselingkuhin, Jen. Kenapa Zarae selingkuhin gueeee!" teriak Jaemin keras dan jangan lupakan dia yang semakin mengeraskan tangisannya.
"Lo udah mabuk banget, Bangsat! Lo kalau gak mabuk, mana mau lo nangisin cowok!" kesal Jeno.
"Buruan tidur! Nanti gak usah masuk kampus!" kesal Jeno.
"Gak mauuuu! Mau sama Jeno ajaaaa!" manja Jaemin.
"Ya udah kalau gitu, gak usah manja," malas Jeno.
Jaemin mendongakkan kepalanya, lalu Jeno dengan lembut menghapus air mata Jaemin.
"Tidur, Na," pinta Jeno.
Jaemin sesegukan.
"Temenin tidur tapi," minta Jaemin.
"Iya!" kesal Jeno sambil membaringkan Jaemin di atas kasur dengan lembut.
"Gak Kakak! Gak Adek! Manja semua!" keluh Jeno.
Jeno berdiri.
"Mau kemana?!" teriak Jaemin.
"Nonton di ruang tamu," jawab Jeno.
"Nggak boleh!" teriak Jaemin.
"Na!" kesal Jeno.
Dengan gerakan cepat Jaemin menarik Jeno agar berbaring di sampingnya, membuat Jeno semakin kesal saja.
"Ck! Nih bocah sebijik!" keluh Jeno.
Tanpa aba-aba, Jaemin menindih tubuh Jeno, lalu dengan lembut dia menjamah bibir tebal sang dominan.
Jeno mendorong Jaemin dengan kesal.
"Ngapain gue tanya?" kesal Jeno.
Tak mengindahkan pertanyaan Jeno, Jaemin kembali melumat dan menghisap bibir Jeno dengan lembut dan sedikit berantakan.
"Ini yang bikin gue kesal sama Nana, kalau mabuk, bawaannya mau perkosa gue!" batin Jeno mengeluh.
Dengan segera Jeno mendorong tengkuk Jaemin agar ciuman Jaemin semakin dalam, lalu Jeno membalas ciuman Jaemin dengan panas.
Kedua kaum Adam ini bermain lidah dengan cukup lihai. Kalau satunya player, maka boleh dikatakan kalau satunya adalah pawangnya.
Anggap saja Jaemin sang player dan Jeno sang pawang.
Ciuman itu terjadi cukup lama, hingga akhirnya berakhir menjadi adegan seks panas antara mereka.
Seks yang mereka lakukan berlangsung sekitar tiga jam lebih. Katakanlah mereka berdua kelebihan hormon sampai-sampai mereka melakukan hubungan badan berjam-jam. Sungguh gila sekali.
Mungkin karena efek alkohol dan lelah, Jaemin akhirnya tak sadarkan diri saat pelepasan terakhirnya, membuat Jeno yang sudah hampir sampai mendengkus kesal.
Mau tak mau, Jeno masih menjamah lubang anal pemuda yang ada dibawah kungkungannya itu. Sudah nanggung.
"Ah..." desah Jeno setelah berhasil menembakkan sperma penutupnya pada lubang Jaemin.
Dengan kesal Jeno melirik Jaemin, lalu menyelimuti tubuh sang submisif yang bertelanjang tanpa sehelai kain sedikitpun.
"Sialan! Bilangnya suka sama Mark tapi napsuan sama gue!" kesal Jeno.
Jeno berjalan masuk ke kamar mandi dan mulai membersihkan seluruh tubuhnya, lalu setelah itu dia bersiap-siap.
Tanpa pamitan sedikitpun pada Jaemin, Jeno pergi meninggalkan Jaemin.
•••••
"Lo bakalan ikut seleksi lomba itu, Chan?"
"Gak tahu."
"Bagus lo ikut, Chan. Gunain kepintaran lo biar bisa ngeharumin nama kampus kita."
"Gue gak ada niatan mau ikut lomba itu."
"Kenapa?"
"Ngerasa takut aja kalau buat nama sekolah jelek kalau kalah. Semua pelajarannya itu mulai dari tingkat dasar. Gue takut."
"Tapi, lo pandai, Chan."
"Hum ... Nanti gue pikirkan ya."
Haechan tersenyum kecil.
"Ya udah," jawab lawan bicara Haechan.
"Anyway, lo balik sama siapa?" tanya teman Haechan.
"Balik sama Jeno. Tadi katanya dia mau jemput gue," jawab Haechan.
"Cielah! Makin dekat aja kalian!" ledek sang teman.
Haechan tertawa.
"Namanya juga calon Adik ipar."
"Heh! Maksudnya apa nih?"
"Kan Nana sama Jeno, sedangkan gue sama Abangnya Jeno."
"Ah ... I see ... I see ... Lo demannya sama Abangnya Jeno."
"Hum..."
Haechan tersenyum malu.
"Si manis milik si tampan," ledek sang lawan bicara.
"Tapi, kalau boleh berasumsi nih ya. Jeno kayaknya suka sama lo deh, Chan-" pria itu menjeda ucapannya
"Dia yang dingin dan gak perduli sama lingkungan sekitar malah luluh banget sama lo. Perhatian banget," jelas pria itu melanjutkan.
Haechan tertawa.
"Mana mungkin gue sama dia, sih? Mau dikemanakan Abangnya dia kalau gue sama Jeno?" tanya Haechan.
Sang lawan bicara tertawa.
"Habisnya Jeno natap lo beda banget. Jadi, gue menyimpulkan," jawabnya.
"Udah akh! Lo random banget. Mending kita ke depan, takut jemputan kita nungguin," ajak Haechan.
Pria itu mengangguk, lalu mereka berdua berjalan menuju halte untuk menunggu jemputan.
- 🏛️🏛️🏛️ -
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Contact | MarkHyuck
Ficção Adolescente"Aku udah berusaha buat gak lost contact sama kamu. Tapi, kamu gak perduli." -Lee Haechan "Menjauh dari gue. Gue orang jahat." -Mark Lee ------------------------------------------ Pertemuan terakhir Haechan dan Mark saat acara ulang tahun Mama Haech...