CHAPTER 02

238 23 7
                                    

Happy Reading🔥

Buku besar dan lebar itu menjadi objek bacaan yang begitu nikmat. Apalagi ditambah suasana yang tercipta saat matahari terbenam semakin memperindah ruangan. Langkah kaki yang terdengar dari arah luar tidak mempengaruhi kegiatannya. Ketukan disertai pintu terbuka membuatnya tersenyum miring.

"Tuan Castello!"

Sosok yang sejak tadi serius membaca itu menurunkan sedikit bukunya dan menatap orang yang menyebut namanya barusan. Tanpa berkata, sosok itu kembali membalikkan halaman selanjutnya.

"Apa semuanya sudah beres?"

"Sudah, Tuan. Semuanya sudah sesuai dengan perintah Anda," jawabnya penuh sopan."

"Bagus!"

Seseorang yang ternyata asisten pribadi sosok itu tersenyum geli ketika melihat judul buku yang sedang dibaca sang Bos besar.

"Tuan, tumben sekali Anda membaca buku Atlas?"

Sosok itu tertawa kecil saat mendengar pertanyaan tersebut. "Memang salah jika aku ingin membaca Atlas? Bukannya Atlas juga bisa memberitahu kita informasi tentang banyaknya negara di dunia ini?"

"Tuan tentu benar. Hanya saja saya merasa geli karena baru pertama kali melihat Tuan membaca buku Atlas," ungkapnya jujur.

"Jika ingin tertawa ya tertawa saja. Jangan ditahan."

"Tidak, Tuan. Saya tidak akan berani menertawakan Anda. Atlas juga buku yang memuat ilmu pengetahuan. Maaf kalau sikap saya kurang sopan, Tuan Castello!"

Sosok tersebut menutup bukunya dan melirik asisten pribadinya itu. "Kau sungguh lucu, Jeff." Kembali buku Atlas itu dibuka.

Mendengar ketukan pintu, Jeff berinisatif membukanya dan masuklah manager yang memegang kendali di cabang yang saat ini didatangi sosok yang masih setia membaca buku itu. Miranda Stevie yang dengan pakaian seksinya, berjalan ke depan sosok yang dikaguminya sejak pertama kali melamar pekerjaan di tempat ini.

"Pak, saya membawa laporan yang Anda minta," ucapnya seraya meletakkan beberapa berkas diatas meja. Tidak ketinggalan nada menggoda yang membuat Jeff menatap heran pada wanita itu.

"Apa masih ada yang ingin kau katakan?"

Miranda terkejut karena mendapatkan pertanyaan tersebut. "Tidak ada, Pak." Wanita itu menahan malu saat melihat kodean jari sang Bos. Miranda pun akhirnya keluar dari ruangan dan disambut tawa Jeff yang berusaha menutup mulutnya dengan tangan. Orang di depan pintu juga menatap heran pada Miranda yang tampak kesal.

"Paman Jeff!"

Jeffry Antonius atau yang biasa dipanggil Jeff tersenyum kepada orang yang memanggil namanya itu. "Apa kabar, Spincy?"

Spincy membalas dengan senyuman yang mampu membuat para wanita mengantri ingin mendapatkan pria itu. "Aku baik, Paman Jeff. Bagaimana dengan Paman?"

"Paman sangat baik karena Bos besar kita sedang tidak berulah." Tawa mengudara karena kalimat itu.

Spincy lalu berjalan dengan sebuah laporan di tangannya. "Bos, aku membawakan dokumen kerjasama dengan perusahaan Neaoil."

"Batalkan!"

Spincy maupun Jeff terkejut mendengar satu kata yang baru saja mengalun. "Apa?"

"Ma-maksudnya Tuan tidak jadi pergi rapat hari ini?"

Masih dengan buku di tangannya, sosok itu tertawa geli karena mendengar nada kepanikan mereka. "Iya."

"Tapi ini perusahaan minyak kelapa sawit, Bos. Kau serius ingin membatalkannya?"

"Tentu saja aku serius. Memangnya kita akan rugi banyak kalau memutuskan kontrak?"

Ini yang dimaksud Jeff tadi, yaitu jika Bos besar tidak sedang berulah. Semua ulah tingkahnya langsung membuat terbitnya bintang-bintang yang berputar diatas kepala atau bisa disebut pusing.

"Bos, andai aku tahu akan seperti ini, aku tidak akan pergi tadi." Jeff hanya diam saja ketika Spincy bicara. "Kau harus tahu kalau otakku hampir meledak karena putri pemilik perusahaan itu sungguh kecentilan."

"Aku tidak peduli. Intinya jika memang kita harus mengganti kerugian karena memutuskan kontrak begitu saja, maka berikan lebih ganti rugi itu dan kalau perusahaan itu berulah, kau pasti tahu apa yang harus kau lakukan, bukan?"

Jeff menepuk bahu Spincy guna menenangkan pria itu. Bos besar sudah memerintah dan itu harus mutlak dilakukan. Spincy menarik nafasnya guna mengontrol tangannya sendiri untuk tidak menghajar sosok pemilik sekaligus sahabatnya itu.

"Baiklah, aku akan melakukan apa yang kau katakan, Bos. Tapi apa yang membuatmu sampai harus membatalkan kontrak kerjasama ini?" tanyanya dan Jeff yang pada akhirnya ikut penasaran dengan pembatalan kontrak itu.

Sang Bos besar menurunkan buku Atlas yang sejak tadi dibacanya, kemudian memberi kode dan langsung dimengerti Spencer dan Jeff. Sang Bos menunjuk sebuah nama di buku Atlas yang sudah terbuka lebar.

"Frankfurt/Jerman?" Sosok itu tertawa geli ketika telinganya menangkap jawaban yang begitu kompak.

"Tuan Castello, bukannya kita sudah pergi ke Jerman untuk meninjau cabang?" Jeff bertanya setelah mengingat sesuatu.

Spincy berdecak setelah melihat senyuman miring di wajah sang Bos. "Jika kau sudah tersenyum seperti ini, maka aku dan Paman Jeff tidak akan bisa membantah lagi. Benarkan?"

Sosok tampan nan rupawan, si Marcus Grey Castello menatap Spencer dan Jeff dengan senyum mematikannya. "Tentu saja. Kita berangkat malam ini!"

See you next chapter 👋

Lüste on LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang