Cathy POV
Apa yang harus dilakukan? Pikiranku saat ini langsung tidak jalan ketika Jeff menemuiku dan mengatakan kalau bos Marcus memanggil. Ini pasti karena masalah yang tadi.
Aku begitu merutuki diriku yang sok hebat. Nada dering pada ponsel membuyarkan pikiranku dan aku tersenyum ketika tahu kalau Ayah yang menghubungiku melalui panggilan video.
"Daddy, i'm miss you so much!" seruku riang dan dapat aku lihat Ayah tersenyum dari seberang sana.
"Daddy juga merindukanmu sayang. Oh ya, bagaimana kabar putri daddy ini?"
"Aku baik, Dad." Seharusnya aku tahu kalau Ayah mengenal diriku.
"Apakah putri Daddy sedang ada masalah?"
Aku menggeleng. "Hanya masalah kecil, Dad."
"Berarti hari sabtu ini tidak jadi pulang, sweety?"
"Tentu saja aku jadi mengunjungimu, Dad. Sudah hampir 4 bulan aku tidak pulang. Lagi pula, aku begitu merindukan roti buatanmu."
"Daddy sudah menitipkan roti kesukaanmu kepada Patrick, karena katanya dia ingin mengunjungimu hari ini. Apa dia belum tiba di rumahmu, sweetheart?"
"Aku tidak tahu, Dad. Aku masih di kantor dan sebentar lagi harus menemui bos." Aku tahu kalau saat ini Ayah ingin tertawa saat melihat wajah cemberutku .
"Jangan merasa takut, kalau putri Daddy ini memang tidak berbuat salah."
Aku mengangguk. "Baiklah, Dad, nanti aku hubungi lagi." Panggilan berakhir setelah Ayah mengatakan mencintaiku. Baru ingin melangkah, aku melihat Mery yang sedang berjalan ke arahku.
"Ada apa dengan wajahmu itu?"
Aku menghela nafas, sedikit menghilangkan rasa takut yang muncul begitu saja.
"Aku kesal, tentu saja! Entah apa salahku sehingga harus di panggil pak Castello," ujarku.
"Hei, kau lupa apa yang sudah kau lakukan tadi? Ya ampun, Cathy! Makanya jangan sok menjadi pembela si nenek sihir Linda, kalau tidak ingin dipanggil bos Marcus."
"Aku itukan tidak tahu kalau akan seperti ini akhirnya."
Mery menepuk bahuku, berusaha menenangkan. "Sudahlah, Cathy. Berdoa saja kalau bos Marcus hanya memarahimu dan bukan memecatmu."
Aku berjalan bersamanya dan kami akan berpisah di lift. Jika Mery ingin turun untuk pulang, maka aku harus naik ke lantai atas dimana letak ruangan pemilik perusahaan.
"Apa kau tahu, Cathy? Entah mengapa aku merasa kalau kau dan bos Marcus itu cocok. Aku akan doakan semoga kau menjadi nyonya Castello!"
Sialan!
Mery sudah lebih dulu masuk ke lift dan menutupnya sebelum aku sempat memukulnya. Sudah aku katakan untuk jangan pernah bermimpi menjadi Cinderella. Aku menarik nafas dan membuangnya. Jangan takut Cathy!
"Semangat!" gumamku, lalu membuka pintu ruangan setelah mengetuknya dan tersenyum ketika melihat Jeff yang menyambut.
"Terima kasih, Tuan Antonius!"
"Duduk saja, Nona Cathy. Tuan Castello sedang memeriksa berkas untuk pertemuan malam ini."
Aku sungkan melakukan ucapan Jeff. Mataku melirik pria yang menjadi bosku itu dengan tatapan kesal.
Aku mengakui kalau pria itu tampan dan tampak keren sekali ketika fokus membaca map yang berisi kertas yang pastinya masih menyangkut tentang Castelyur.
Namun aku masih menyukai sosok yang mengajariku hal dewasa dan menjadikanku tidak sadar kalau itu berhasil mengakibatkan tubuhku terasa aneh saat ini.
Sial! Aku jadi mengingat betapa panasnya sosok Magrey.
Aku tersentak karena Jeff menyadarkanku. Bagaimana bisa aku melamun membayangkan sosok Magrey ketika di ruangan ini? Padahal Magrey dengan pria di depan sana yang saat ini menatapku tajam jelas berbeda sekali.
Bodoh, itulah sindiran untuk diriku.
"Nona Cathy baik-baik saja?"
Kepalaku mengangguk. "Aku baik-baik saja, Tuan Antonius."
"Berikan ini kepada Spincy, Jeff!"
Aku memang tidak menyukai sikap tidak sopan pria ini. Meskipun Jeff adalah asistennya, namun tetap saja kalau menurut usia tentu Jeff lebih tua.
Terkutuklah kau Marcus!
"Baik, Tuan Castello."
Aku merasakan aura mencekam setelah kepergian Jeff dari ruangan ini. Melalui ujung mata bisa aku lihat pria itu kini berdiri dan berbalik menghadap jendela kantornya. Kota Frankfurt memang indah saat senja dan aku menyukainya.
Sudah lebih sepuluh menit dan belum ada satu kalimat apapun yang aku dengar dari pria di depan sana.
Apa-apaan ini? Aku tahu dia pemilik perusahaan, tapi bukan berarti bisa sesuka hati terhadap karyawan bukan?
"Pak Castello!"
Aku mencoba memanggil namanya dan tidak ada sahutan sama sekali. Ingin sekali aku mengambil gelas yang berisi air itu dan menyiramnya ke wajahnya yang sialnya tampan itu.
Aku benci mengakui, tapi wajah Marcus memang sungguh amat mempesona.
Shit for you Marcus!
Aku terkejut ketika merasakan tarikan kuat pada tanganku yang kini berakhir di dalam dekapan pria yang saat ini dengan kurang ajarnya mengendus leherku yang membuatku gelisah.
Double shit, ini sungguh nikmat!
"Hentikan!" Meskipun sedikit tersendat, aku berusaha mengatakannya. Tapi sialnya pria ini semakin menjadi.
Aku bisa merasakan jari tangannya begitu lihai menelusuri lekuk tubuhku yang sungguh menjadikanku meremang dan teringat sentuhan sosok yang mengajariku hal dewasa pada musim dingin tahun lalu.
"Aku sudah pernah mengatakan, kalau kau itu sudah menjadi milikku sejak malam itu, karena kita itu saling membutuhkan, cantik!"
Semakin meremang saja diriku ketika suara beratnya berbisik. Sial, aku merasa terbakar gairah karena merasakan jilatan pada leherku. Namun tetap saja aku berusaha menolak sentuhan yang diberikannya saat ini.
"Aku tidak pernah mendengar hal semacam itu. Jadi lepaskan aku, Pak Castello!"
Tubuhku menegang saat dengan kurang ajarnya pria itu meremas bokongku.
Sejujurnya sentuhan ini semakin membuatku teringat pada malam itu. Tapi sekali lagi aku menepis, kalau sosok itu lebih baik daripada Marcus yang bersikap bejat saat ini.
"Seharusnya kau itu bisa mengenali sentuhanku, cantik. Bukankah malam itu kau begitu menikmatinya dan memintaku untuk mengajarkan hal dewasa lainnya padamu?"
Apa? Bagaimana bisa Marcus mengetahuinya? Hanya sosok pria yang aku kenal dengan nama Magrey itu yang tahu.
Apa jangan-jangan?
"Ya, aku si Magrey, singkatan dari Marcus Grey Castello."
Oh God, please help me!
See you next Chapter 👋
Follow 👇
Instagram: @rapunzelayu_sk
KAMU SEDANG MEMBACA
Lüste on Love
RomanceHanya karena iseng saat mencoba melamar kerja melalui website Castleyur, Cathy tidak pernah menyangka jika dia akan kembali bertemu dengan Magrey, si pria yang sudah membuat rasa penasarannya terwujud. Bahkan Cathy mengingat jelas semua pengalaman y...