CHAPTER 09

169 17 13
                                    

Happy Reading 🔥

Suara Lelena yang tengah mengikuti alunan lagu dari penyanyi di layar televisi menggema di seluruh ruangan. Cathy yang sedang menyiapkan makan malam hanya menggeleng kecil saat Mallica menatapnya.

"Gyuana sayang, aku mencintaimu!" Seruan itu membuat Vinny yang baru saja pulang langsung melempar sepatu miliknya dan hal tersebut disambut sorakan tidak terima dari Lelena.

"Apa kau tidak tahu jam berapa sekarang?"

Lena berdecih. "Aku bahkan tidak peduli. Aku itu hanya memperdulikan Gyuana kesayanganku yang sedang tampil."

"Setelah acara itu kau bisa menghubunginya. Bukan malah berteriak seperti orang gila di malam hari begini," Vinny tampaknya mulai menyindir Lelena.

"Kau itu tidak mengerti bagaimana berada diposisiku. Aku tidak bisa jauh dari Gyuana. Tapi—"

"Tapi karena pekerjaannya sebagai penyanyi membuat kami tidak bisa bertemu terus." Wanita yang bisa DJ itu menyahut perkataan Lelena yang sudah sering dilontarkan wanita seksi itu. "Aku sudah bosan dengan kalimatmu itu."

Vinny langsung melenggang menuju dapur yang dimana tuan rumah sedang sibuk dengan urusan masak-memasak tanpa memperdulikan Lelena yang kesal karena ucapannya. Tangannya langsung mencomot satu Laddu. Ini sudah pasti masakan Mallica, karena Laddu adalah makanan khas negara kelahiran wanita itu, India. Apalagi saat ini lagu Tereliye dari film Veer Zaara menemani acara memasak ini.

"Tumben sekali membuat Laddu?" Vinny bertanya setelah duduk di kursi.

Mallica menatap Vinny sebentar lalu melanjutkan masakannya yang lain. "Apa kau lupa kalau Cathy sudah bekerja hari ini? Aku sebagai sahabat tentu harus merayakannya dengan membuat manisan Laddu. Ini suatu kewajiban di negara kami. Jadi harus dirayakan dengan sukacita."

Cathy terharu mendengar ucapan itu. "Terima kasih, Lica."

Vinny menatap malas. Sepupunya itu mudah sekali tersentuh dengan apapun. Mungkin efek dari sifatnya. Bahkan Cathy bisa menangis hanya dengan lagu yang diputar dan itu sudah dibuktikan dengan isakan kecil.

"Apa kau harus selalu menangis saat mendengar lagu ini, Cathy?" Lelena menyahut setelah tampaknya dia mulai bosan dengan acara itu. Mungkin saja kekasihnya sudah selesai tampil. Hanya wanita seksi itu yang tahu.

"Lagunya sedih, Lena. Apalagi saat Veer di penjara atas tuduhan fitnah. Dia dan Zaara dipertemukan setelah tua," jawab Cathy seraya menghapus air matanya.

"Oh ayolah, Cathy! Berhenti bercerita tentang film itu. Aku sampai bosan mendengarnya." Vinny bergerutu saat tahu Cathy akan kembali menceritakan film bergenre sedih itu dan Mallica hanya tertawa geli. Dia memang mengerti bagaimana cinta sahabatnya itu dengan film asal negaranya.

Veer Zaara, Kabhi Khushi Kabhie Gham, Kuch Kuch Hota Hai, Mohabbatein dan Dilwale Dulhania Le Jayenge. Ke-5 film India ini sangat Cathy sukai dan begitu hafal juga alur ceritanya dan hal tersebut yang membuat Vinny dan Lelena kadang kesal karena sahabatnya ini mau menceritakannya kembali. Sungguh membosankan!

"Sudah, sebaiknya kita makan dulu dan Lena, jangan ambil lagi Laddu itu!" Orang yang disebut Mallica hanya memasang senyum tanpa dosa.

***

Gelas bening berisi wine kualitas terbaik itu langsung mengalir lancar ke kerongkongan sang peminum. Belum lagi disamping kanan dan kiri ada wanita-wanita seksi menemani. Jangan berpikir itu sang penggemar wine yang minta. Tapi sang sahabat yang menyediakan saat sang bos sedang menginginkan club sebagai tempat untuk menghilangkan penat.

"Jangan hanya minum saja, Bos. Sesekali nikmatilah mereka," tunjuknya pada wanita-wanita yang sedang memasang senyum menggoda. Namun Bos besar tidak bereaksi sama sekali saat tangan-tangan itu mulai mngelus dadanya yang bahkan masih terkancing rapi.

Spincy sedikit kesal saat tidak ada minat sekalipun yang terlihat di wajah Marcus. Entah bagaimana tipe yang diinginkannya. Padahal dia sudah bersusah payah mencari wanita yang mungkin sesuai keinginan nafsu Bos besar itu. Spincy hanya menghela nafas saat melihat kodean jari yang menyuruh para wanita keluar.

"Sekarang kau lebih menyebalkan, Marcus. Aku serius mengatakan ini."

"Kalau begitu, silahkan saja kau pergi dan bawa wanita yang kau cumbui tadi ke salah satu kamar di club ini." Mendapatkan persetujuan sang Bos membuat Spincy dengan cepat pergi melakukan tugas yang tertunda. Tugas memuaskan nafsu tentunya.

Marcus hanya menatap datar saja. Sahabatnya itu memang pria bejat. Namun Spincy juga orang yang bisa diajak bekerja sama. Kembali wine itu dia tuangkan ke gelasnya dan meminumnya dengan perlahan dan tampaknya pria itu tengah menikmati minuman miliknya.

(*)

Aroma mawar yang menguar membuatnya menggila. Dengan gerakan seduktif, bibirnya mulai menjelajahi leher putih yang tampak merona itu. Nada gumam semakin membuatnya bertindak lebih. Lidahnya yang basah menyapu cuping telinga yang disambut desahan merdu.

Penglihatannya dipenuhi gerakan manja sosok dibawahnya. Apalagi kini bibir yang tadi dia jamah dengan guluman nikmat menunjukan reaksinya. Hanya sedikit saja digigit, namun efeknya sungguh seksi.

"Aku sungguh ingin memujamu. Apakah aku diberikan kesempatan?"

Sosok yang ditanya perlahan membuka matanya dan kemudian memasang wajah yang lebih menggoda. Siapapun yang melihat pasti tidak akan menyia-nyiakan kesempatan. Namun dirinya bukan pria bejat yang langsung melakukannya.

Tangan itu merambat ke arah rambut hitamnya dan mulai meremasnya. "Lakukanlah dan ajari aku cara menikmati ini. Aku sangat menyukai aroma tubuhmu. Persis seperti tengah berada di hutan yang lebat."

"Aroma jantan maksudmu?" tanyanya dan disambut anggukan sosok manis itu.

"Rasanya aku ingin terus merasakannya," ucapnya yang malah mengumamkan nada nikmat saat tangan itu mulai menyelurusi lekuk tubuhnya.

(*)

Spincy menatap bingung saat melihat Marcus yang tengah terpejam. Apa sahabat sekaligus Bos besarnya itu tertidur? Ini tidak mungkin terjadi mengingat Marcus bukan tipe seperti itu.

Kembalinya Spincy ke ruangan ini karena dia mendapatkan panggilan dari Antonius yang mengatakan jika proposal yang diajukan oleh perusahaan real estate asal Afrika Selatan sudah diterima dan asisten Marcus itu membutuhkan persetujuan sang Bos besar agar bisa diproses terlebih dahulu. Spincy mencoba membangunkan Marcus dan ternyata malah mendapat tatapan tajam khas Marcus Grey Castello.

"Aku kira kau tertidur, makanya aku ingin membangunkanmu," ujar Spincy membela diri.

Marcus masih menatapnya. "Apa kau sudah melupakan sesuatu tentangku?"

"Tidak, tapi aku yakin jika tadi kau sempat tertidur."

"Terpejam bukan berarti tidur, Spincy Gelardo."

Untuk saat ini iyakan saja ucapan sang Bos daripada nanti jadi repot andai diperpanjang.

See you di chapter 10 👋

Lüste on LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang