CHAPTER 06

161 17 13
                                    

Happy Reading 🔥

Permainan panas yang dilakukan oleh sepasang manusia itu semakin liar, seakan tidak ada hari esok untuk melakukannya lagi. Bahkan ranjang saja sampai roboh seperti dilanda gempa bumi dashyat.

Tapi meskipun begitu, pasangan yang sedang menggila akibat hasrat yang sudah di puncak itu terus bergerak untuk mencari kepuasan serta kenikmatan. Bahkan 2 anak manusia ini sampai menganga tidak menyangka selama menyaksikannya.

Vinny yang baru saja masuk ke rumah menggeleng melihat hal itu. Tangannya dengan santai memukul kepala mereka yang mengadu kesakitan. Vinny tidak peduli tatapan tajam mereka yang memang adalah Lelena dan Mallica. Wanita berambut pirang itu malah sibuk memakan pizza yang baru saja dia ambil dari kotaknya.

"Aku itu hanya ingin menyadarkan bahwa kalian masih berada di dunia nyata. Bukan sedang berada di film Breaking Down dan menyaksikan secara langsung Edward dan Bella bercinta penuh semangat seperti itu."

Mallica dan Lelena merasa kesal dengan perkataan Vinny. Siapapun akan kesal karena saat sedang fokus pada film yang ditonton, tapi pada saat yang sama ada pengganggu. Tentu rasanya seperti ingin melampiaskan amarah kekesalan yang memuncak.

"Lagipula ini sudah ke-5 kali kalian menonton kisah 2 vampir tidak nyata itu. Mulai dari Twillight 1 sampai Twillight entah ke berapa."

Tanpa memperdulikan ucapan Vinny, kembali mereka berdua menonton film yang begitu banyak disukai orang-orang. Wanita yang menjadi sepupu Cathy itu berdecak ketika melihat sebuah DVD yang isinya membuat orang yang menonton mungkin bisa langsung terangsang.

Fifty Shades. Film yang menggambarkan tentang BDSM ini memang menjadi pilihan Lelena dan Mallica. Entah apa yang ingin mereka dapatkan dari menonton film-film seperti ini. Untung saja Cathy tidak disini. Lagian Vinny juga tidak akan membiarkan kedua manusia ini menodai otak suci sepupunya.

"Kalian berdua ini!" Vinny menggeram. "Kenapa harus menonton film seperti ini, hah? Jika ingin kepuasan seks, ajak saja kekasih kalian yang tampan itu untuk bercinta."

Mallica mendengus. "Kekasihku sedang pulang ke negara kami."

"Kalau tunanganku sedang sibuk konser," lanjut Lelena melirik Vinny. "Kami tahu jika kau juga mau ikut menonton. Jadi jangan sok munafik."

Vinny menatap malas. "Terserahlah. Asal jangan karena kelakuan kalian Cathy jadi ingin tahu tentang hal dewasa."

Mallica menatap malas. "Jika Cathy tahu tentang dunia dewasa ya wajar saja, Vinny."

"Benar kata Lica." Lelena menambahkan. "Andai bukan dari atau kita yang mengajarkannya, mungkin orang lain yang akan memberitahu bahkan mengajarkan Cathy tentang hal dewasa bernama kenikmatan yang manis," sambungnya dengan nada menggoda yang sayangkan malah mendapatkan pukulan khas tangan seorang Vinny.

"Kau sedang mendoakan Cathy mendapatkan hal semacam itu?"

Tatapan mengerikan dari Vinny membuat Mallica sedikit takut. Namun orang yang mengucapkan kata itu malah bersikap santai yang membuat Vinny agak kesal dengan wanita yang sering berpakaian seksi ini.

"Apa kau tidak ingin Cathy bisa memahami hal-hal yang berbau dewasa, Vinny? Lebih baik kita mengajarkannya secara pelan-pelan dan itu bisa dimulai dengan menonton film seperti ini," ungkap Lelena yang sedang serius menonton film di depannya.

"Benar yang dikatakan Lena. Bagaimana jika ternyata tanpa kita tahu Cathy telah mengetahui hal-hal seperti itu?" Mallica menyambung ucapan sahabatnya itu.

Vinny tampa berpikir. Dia tetap yakin pada pendiriannya, mengingat sifat Cathy yang masih lugu namun bijak. Tapi saran dari Mallica dan Lelena patut dicoba juga untuk berjaga-jaga dan membuat Cathy mengerti sedikit tentang dunia kenikmatan dalam gairah panas.

Mallica terlebih Lelena merasa senang karena tampaknya vinny akan setuju. "Baiklah, tapi kita hanya akan mengajari Cathy garis besarnya saja. Jangan ada yang macam-macam, termasuk kau Lena." Dan itu disambut senyum menyebalkan milik Lelena.

***

"Silakan keluar!"

Sosok yang baru masuk hanya mampu menggeleng melihat pelamar wanita yang seksi itu keluar dengan lesu. Sebenarnya dia sebagai sekretaris sudah lelah dengan sikap semena-mena sang Bos besar sekaligus sahabatnya itu. Namun jika membantah bisa bahaya juga urusannya.

Spincy memutuskan untuk duduk daripada menanyakan apa yang sedang terjadi pada sang Bos. Memperhatikan ponselnya lebih penting daripada ikut campur dan malah dampaknya lebih berbahaya untuknya. Masuknya Jeff membuat Spincy sedikit lega denan suasana yang agak mencekam ini.

"Apa tidak ada pelamar yang benar-benar masuk kriteria, Jeff?" Jeff menelan saliva karena bingung mau menjawab apa. Hari ini sudah ada 10 pelamar yang datang dan 8 orangnya sudah ditolak mentah-mentah secara sadis oleh sang Bos. Bahkan pimpinan HRD sampai pucat karena mendapatkan petuah ganas.

"Berapa orang lagi?"

Jeff menjawab. "Tinggal 2 orang lagi, Tuan Castello. Mereka saat ini berada di ruangan HRD sesuai dengan perintah Anda," ujarnya cukup tenang. Ingat cukup!

Marcus melirik Spincy yang sedang senyum-senyum sendiri sambil melihat ponselnya. Tanpa merasa bersalah, pria itu melemparkan sesuatu yang mengakibatkan Spincy berteriak terkejut dan malah senyum menyebalkan khas Marcus Grey Castello yang muncul. Memang sialan sahabatnya ini!

"Kau ini ya, Bos. Suka sekali menganggu kesenanganku," ucap Spincy penuh kekesalan. Jeff yang disebelahnya berusaha menenangkan.

"Aku tidak peduli kesenangan apa yang kau maksud. Aku hanya mau minta laporanmu tentang data perusahaan HJK. Mana laporannya?" tanya Marcus dengan sikap seenaknya itu.

"Aku sudah mengirimkan semuanya melalui e-mail. Kau saja yang sibuk dengan pelamar. Entah siapa dan bagaimana yang sedang kau cari ini, Bos."

Marcus tidak memperdulikan cibiran Spincy. "Itu bukan urusanmu!"

Spincy juga tidak ingin berniat mengganggu konsentrasi sang Bos itu lagi. Malah Jeff lebih memilih melihat profil 2 pelamar yang tersisa. Spincy tidak sengaja melihat sebuah kertas yang memuat profil satu pelamar.

"Alexa Cathy Olivie," ucapnya pelan dan Jeff ikut memperhatikan profil yang tengah di baca Spincy. "Cantik, walaupun hanya dari foto saja."

Jeff mengiyakan. "Iya, Nona Cathy sangat cantik dan juga sopan." Spincy menatap bingung. "Nona Cathy ini salah satu pelamar yang tinggal menunggu interview sang Bos besar." Jeff berkata sembari ujung matanya melirik si Bos yang masih fokus dengan pekerjaannya. Mungkin sedang memeriksa laporan yang dia ucapkan tadi.

Mengerti maksud Jeff, Spincy hanya mengangguk. "Menurut Paman, Nona Cathy ini kira-kira sudah punya kekasih atau suami, belum?"

"Jika menurut perkiraan, aku rasa Nona Cathy ini sudah memiliki kekasih."

Spincy sedikit lesu. "Ya sayang sekali. Padahal aku mau mencoba peruntungan untuk mendapatkannya.

Asisten yang sudah berumur namun tetap gagah itu menepuk bahu Spincy. "Masih banyak wanita lain, Spincy. Nona Christine contohnya."

Jeff tampak bahagia menertawakan ekspresi kesal Spincy akan nama yang dia sebutkan. Tentu saja kesal, karena Christine itu adalah putri pemilik Neaoil yang waktu itu dia datangi perusahaannya, namun begitu saja dibatalkan sang Bos besar sana. Tanpa mereka sadari, Marcus tersenyum karena mendengar pembicaraan kedua orang yang dia hormati dan sayangi itu.

"Alexa Cathy Olivie!" gumamnya.

See you next chapter 👋

Lüste on LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang