05. Pendapat berbeda.

893 158 1
                                    

Hai sudah mau menanjak nih masalahnya yakin masih jadi reader hitam?

***

Brukk...

"Hasta!?"

Pekikan milik Raden membuat 12 pemuda menoleh ke arah belakang. Ini yang Danu takutkan, memang benar semakin hari semakin panas apalagi air semakin kering.

"Sini, lo bawa karier nya aja den, gue bawa Hasta," ucapan Bisma terdengar begitu panik. Bukan apa apa, Bisma dikenal orang yang super panikan kalau terjadi sesuatu di antara mereka.

"Udah ayo, lanjut."

Semuanya mulai mendaki lagi dengan perasaan campur aduk, rasa ingin turun namun sangat tanggung bagi mereka. "Kita turun aja gimana?" seruan Pandhu terdengar begitu saja sejak dia tidak mengeluarkan suaranya.

"Maksud lo? Kita nanggung banget gila!" kesal Jaya.

"Lo jangan egois dong! Temen kita hampir sekarat goblok!"

"Jaga omongan kalian!"

Danu kini menjadi tidak bisa mengontrol emosinya, mereka memang boleh beradu argumen namun tidak sekarang, Hasta sedang dalam keadaan yang mengkhawatirkan bukan saat nya mereka memperkeruh keadaan.

Pandhu menghela nafasnya kasar. "Terserah!Cepet! Kita harus cari tempat istirahat, biar Hasta bisa rehat sebentar," kata Pandhu.

"Adu pendapat nanti dulu kenapa? Kasian adek gue!" sungut Raden yang sedang panik akibat adiknya yang tiba tiba pingsan begitu saja.

🥀.

"Jaga adikmu den, bapak percaya kamu bisa jaga dia."

"Jaga kesehatan kalian di sana, pulang cepet ya? Nanti bapak sendirian."

Jika diingat lagi Raden merasa bersalah dengan dirinya sendiri. Hasta dehidrasi dan dia butuh banyak minum, walaupun Hasta sudah bisa membuka matanya kembali tapi perasaan Raden tidak bisa di kendalikan.

"Gue nggak apa apa bang, sumpah! Tadi lupa minum aja."

"Bukan apa apa ta, bapak udah percaya sama abang, abang nggak mau bapak kecewa karena abang gagal jaga lo."

Hasta tersenyum. Kini mereka berada di pos 3 dimana sedikit lagi mereka menuju Shelter Ranu Kumbolo, itulah yang mereka tunggu tunggu untuk membangun tenda.

Hari semakin sore dan semoga saja mereka bisa berada di Shelter Ranu Kumbolo untuk mendirikan Camp dan bermalam di sana.

"Abang nggak salah yang salah Hasta karena nggak pernah denger omongan abang, jangan salahin diri abang terus kali kali salahin Hasta."

Tangan Hasta berada di pundak lebar milik Raden, terlihat wajah khawatir sang kakak tampak sangat jelas, wajah yang kelelahan dan penuh dengan keringat membuat Hasta menjadi beban untuknya.

"Bang, lo boleh keluarin semua beban lo sama gue, salahin gue, marah sama gue gapapa, gue dengerin bener bener biar gue bisa menjadi adik yang berguna buat lo. Ibu pernah bilang ke Hasta, kalo anak pertama juga butuh rumah bukan anak kedua, ketiga aja tapi anak pertama juga, asalkan abang nggak gengsi keluarin semua masalah, pasti Hasta dengerin."

SEMERUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang