07. Kawan.

859 156 4
                                    

"Teman sejati tidak akan meninggalkan
Kita sendiri namun menghadapi nya
Bersama sama."

***

Pulang.

Itulah kalimat yang ingin Raden katakan untuk Hasta. Memang memiliki banyak arti namun maksudnya di sini adalah kembali untuk bersama dengannya.

Danu benar benar sudah kembali dan akhirnya mereka memilih untuk turun, tanjakan penuh lumpur membuat mereka kesulitan berjalan, apalagi getaran yang terus menerus.

"Pegangan!"

Seruan Danu untuk saling menjaga, walaupun getaran terus berlanjut namun akhirnya dia diam lagi. Raden terus memanjatkan doanya di dalam hati paling dalam, semoga Tuhan mendengar doanya.

"Gpp bang, ada Tuhan yang bantu jangan takut ya?" ucap Madya yang mencoba untuk menenangkan Raden.

"Gak bisa dya, gue punya perasaan yang nggak enak, lo tau kan perasaan saudara kandung lebih kuat?" kata Raden.

Mau sebanyak apapun kalimat obat namun Raden tidak bisa di obati, Raden hanya ingin Hasta datang dan itulah obatnya tidak perlu dengan kata kata penenang seperti tadi.

'Ta ayo balik, abang janji bakal peluk kamu mau berapa lama abang ikutin, asalkan lo balik ta.'

🥀.

Hasta yang sedang berjalan dan merasakan getaran langsung memutar arah dia tau semakin kedepan semakin aneh buatnya, kenapa rasanya sama saja? Tidak ada yang berubah.

"Jan, ayo kita turun aja."

Janu yang mendengar perkataan Hasta langsung mengangguk. "Bang, gue mau turun dan seterah lo mau ikut turun atau nggak, tapi gue rasa ini makin aneh," kata Hasta.

Bisma menghela nafasnya. "Seterah," ucapnya dan membuat Hasta semakin gencar untuk pergi dari sini dan bertemu kakaknya.

"Gue ikut!"

Sahutan Nadi membuat Hasta menoleh kembali. "Gue, Janu sama Nadi turun," kata Hasta yang mungkin berpamitan oleh Bisma.

Setelah kepergian Hasta dan 2 pengikutnya membuat Bisma muak dengan segala perkataan Hasta yang membuatnya terasa di tantang oleh bocah itu.

"Ayo jalan lagi."

Kini Hasta, Janu dan Nadi memilih berjalan berlawanan dari tim Bisma. Mereka benar benar turun tanpa adanya yang berpengalaman dalam mendaki, Hasta yakin jika dia bisa menuntun sahabatnya untuk keluar dari hutan ini.

"Kenapa jarang ada hujan ya? Malah makin panas," kata Janu yang mengelap keringatnya.

Hasta juga sama memiliki pertanyaan seperti itu namun dia juga bingung kenapa semakin ke atas semakin panas. "Iya juga, udahlah kita cari tempat buat mendirikan camp," kata Nadi yang ingin mengusir pikiran negatif nya.

Mereka berjalan dan akhirnya ada tempat untuk mendirikan camp namun waktu masih banyak untuk maju ke depan, Hasta menjadi gencar untuk maju ke depan.

"Kita ke depan dulu deh, baru aja jam 3 nanti kalau ada tempat buat ibadah kita berhenti di situ gimana?"

Nadi dan Janu akhirnya mengangguk dan mengikuti apa yang Hasta katakan. Mereka juga ingin pulang namun entah kenapa perjalanan mereka seperti masih panjang.

SEMERUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang