08. Gugur.

997 166 5
                                    

"Gugur sudah semuanya tanpa
Sisa dan mengorbankan mimpi
Mimpi besar."

Kalau kata orang, hidup tanpa cita cita itu rasanya ada yang kurang. Percuma ada prinsip tapi Cita cita masih bingung, kadang Cita cita juga tidak bisa menetap buktinya semakin bertambah tahun jadi gonta ganti Cita cita.

Awalnya mau Jadi Dokter, tahun ke depan mau jadi Polisi, tahun lagi ke depan mau jadi Tentara sekarang sudah dewasa jadi seterah mau jadi apa aja, asalkan halal di kerjakan.

"Ta, jangan melamun napa lo! Jangan jangan lo kesambet ya? Gegara gibah sama setan semalem?"

Suara Janu membuat Hasta menatap laki laki itu. "Enak aja! Gue gini gini imannya kuat," kilah Hasta dengan cepat.

"Halah! Kuat imannya apaan, liat senyuman dek Risma aja lo langsung lembek," sahut Nadi yang datang dengan muka bantalnya.

Hasta menatap Nadi dengan tatapan tak Terima. "Mana ada! Ogah banget gue sama Risma," sungut Hasta yang meminum minumannya dengan perasaan jengkel.

Janu tertawa di samping Hasta. Janu tau jika Hasta tidak menyukai Risma, karena Hasta maunya perempuan yang tidak bisa ia gapai contohnya Jisoo BlackPink, Girlband Korea yang sekarang naik daun itu, itulah yang Hasta suka.

Sekarang anehnya Hasta ingin bercita cita menjadi pacar Jisoo, sifat bodoh milik Nadi ternyata merembet ke Hasta, jangan sampai aja Janu ikut tertular karena sering bermain dengan Nadi.

"Eh, dulu kalian punya cita cita apa?" tanya Nadi.

Hasta yang sedang sibuk dengan pikirannya kini matanya menatap langit. Kalau soal cita cita Hasta jadi bingung ingin menjawab apa tapi tak lama dia mengeluarkan jawabannya.

"Mau jadi CEO, eh tapi jadi Dokter enak juga, pokoknya antara dua itu."

Nadi mengangguk setelah mendengar jawaban Hasta. "Lah katanya mau jadi suaminya Jisoo? Labil amat hidup lo ta," sahut Janu.

"Itu mah nggak bakal jadi, ya sadar aja gue sama mbak Jisoo nggak bisa bersama kayak Nadi sama Nata," ucap Hasta yang tiba tiba membawa Nadi.

"Apaan? Gue lagi yang di seret."

Janu tertawa di sana. "Kan emang bener, Hasta aja sadar diri masa lo kagak Nad?" kata Janu.

"Udah sadar diri tapi nggak bisa, lo tau nggak kalo cinta itu nggak bisa di paksa buat melepaskan, susah butuh tahapan."

"Makannya lirik perempuan di masjid bukan di gereja," ujar Hasta.

Nadi diam di sana. Entah kenapa hatinya masih berada di Nata padahal gadis itu selalu mengatakan untuk menyuruh Nadi melupakannya, benar kata orang orang, jangan pernah jatuh cinta terlalu dalam nanti bakal susah berdiri lagi.

"Btw mau jalan lagi nggak?" tanya Janu kepada sahabatnya.

Hasta menatap langit untuk memikirkan berapa lama lagi dia berdiam di sana. Akhirnya manik milik Hasta menatap manik Janu yang masih menunggu jawabannya.

"Gue mah ayok aja, Nadi gimana lo mau kagak?"

"Hah? Napa nanya gue? Gue mah seterah kalian, kalo mau jalan sekarang ya ayuk," kata Nadi. Hasta langsung berdiri untuk merapihkan tendanya.

Beberapa menit mereka merapihkan kini Carier sudah berada di bahu masing masing. Hasta berdoa dalam hati untuk menguatkan fisiknya pagi ini, semoga Sabtu ini dia bisa pulang.

Dengan selamat.

🥀.

Raden yang duduk sambil menatap langit dengan menumpukan kedua tangannya untuk kepalanya. Bingung, resah, gundah itulah yang Raden rasakan sekarang, kenapa Tuhan harus kasih ujian seperti ini?

SEMERUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang