09. Kehilangan

926 135 9
                                    

"Kehilangan adalah kalimat yang
Paling menyakitkan bagi mereka yang
Belum siap ditinggal."

Raden kini duduk di bangku ruang darurat. Dia mencoba tenang dan berdoa semoga Tuhan berada di pihaknya, Hasta di temukan di tempat yang aman jika kata orang orang namun lukanya cukup parah akibat erupsi panas dan gempa yang saling berseteru.

Dokter akhirnya keluar dengan cepat Raden mendekatinya. "Dok, bagaimana kondisi adik saya?" tanya Raden.

"Pasien masih belum terlihat stabil, sebenarnya sangat kecil memungkinkan pasien selamat, jadi jangan pernah berhenti berdoa ya, saya permisi."

Raden mengangguk dan masuk ke dalam ruangan yang serba putih, beberapa alat bantu di tubuh Hasta terpasang rapih, sebenarnya banyak korban bahkan hampir memakan seribu jiwa yang belum tentu selamat.

Raden bersyukur jika Hasta bisa di temukan namun yang lain masih belum ada titik terang, Raden takut jika ada terjadi sesuatu di antara mereka apalagi gempa itu sangat besar.

Terekam jelas bagaimana rusak nya bangunan dan gugurnya beribu orang di benak Raden. Ketakutan Raden ternyata benar terhadap adiknya, Hasta tidak bisa melakukan apapun selain tidur, kakinya tidak bisa ia gerakkan.

"Ya Allah... Kenapa harus adik saya... " lirih Raden dengan menggenggam tangan yang dingin milik Hasta.

Raden menangis sesegukkan di sana. Raden merasa bersalah akibat tidak bisa menjaga adiknya dengan baik, Tuhan boleh menghukumnya tapi jangan Adiknya yang belum tentu sekuat Raden.

"Hasta... Maafin abang... Maafin abang nggak bisa jaga Hasta... " purau Raden yang menatap wajah tenang milik adiknya.

Boleh Raden egois sedikit saja? Dia tidak ingin kepergian ke 2 kalinya, cukup ibu yang pergi jangan bawa Hasta juga di sampingnya.

Sampai detik kemudian tangan Hasta bergerak di genggaman Raden. "Alhamdulillah," lirih Raden dan menggenggam kuat tangan Hasta.

Kini mata Hasta terbuka sedikit dan menatap Raden yang menangis di samping kanannya. "B-bang... " panggil Hasta.

"Iya, abang di sini, Hasta mau apa? Bilang ke abang sekarang," kata Raden cepat yang melebarkan telinganya untuk mendengar apa yang adiknya mau.

Hasta meringis dan menatap Raden dengan senyuman kecil. Bibir pucat itu di angkat dan terbentuklah senyuman yang Raden rindukan saat ini, Raden menghapus air mata nya dan ikut tersenyum.

"B-bang... Sakit... Badan Hasta sakit semua..." purau Hasta yang mengeluarkan air matanya begitu saja.

Tidak bohong jika seluruh badannya sakit seakan akan ada jarum besar yang menusuk seluruh tubuhnya, semua tubuh Hasta tidak mampu untuk di gerakkan.

"Iya, abang tau ta, maafin abang ya?"

"Ini bukan salah abang... Ini salah Hasta... Maafin Hasta ya bang?"

Raden runtuh begitu saja dan mulai menatap Hasta kembali dengan air matanya yang keluar deras. "I-iya... Iya abang maafin... Hasta mau apa? Bilang sekarang," tanya Raden kembali.

Hasta bungkam lalu setelahnya tangan itu bergerak ke wajah sang kakak.
"Bang... Hasta boleh minta sesuatu?"

"Iya boleh, minta apa aja nanti abang kabulin."

SEMERUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang