04. Satu titik masalah.

888 163 0
                                    

"Semua masalah pasti ada, dan hal
Itu pasti ada alasan nya."

***

Akhirnya perjalanan mereka di mulai. Hasta yang sibuk memandang kesana kemari dengan Raden yang selalu di belakangnya, benar benar indah tidak pernah lelah Hasta yang Notebane nya bukan anak pendaki berdecak kagum yang Tuhan ciptakan.

"Hati hati ya jalannya di liat liat!"

"Siap kapten!" seru Madya yang berada di depan Hasta.

Tanjakan demi tanjakan mereka pijak, jadi ini yang membuat orang orang ingin pergi ke gunung? Memang lelah namun demi menghilangkan stress mereka memilih untuk healing di gunung, selain menghilang kan stress mendaki juga bisa mendekatkan kita di alam yang bebas.

"Bang, capek dah gue," keluh Hasta yang memegang pundak Madya yang tepatnya di depan.

"Lebay ah! Baru berapa menit jalan lo udah letoy!" ledek Madya. Satu tampilan milik Hasta mendarat begitu saja di lengan kiri milik Madya.

"Katanya gunung ini masih aktif ya?" tanya Raden di tengah tengah perjalanannya.

"Iya, jadi belum tentu juga kapan dia keluarin semua isinya, semoga aja nggak di saat saat kayak gini," sahut Guntur yang berada di belakang Raden.

"Amin paling serius," kata Madya.

Selama beberapa menit akhirnya ada satu papan yang tertancap apik di tanah. Semuanya bersyukur Resor Ranu Pani yang terletak di 2.100 mdpl ada di depan mata mereka.

"Semuanya keluarin identitas kalian dan barang barang yang mungkin kalian bawa," kata Danu yang berbicara tegas di sana.

Semuanya mulai menjatuhkan Cariernya untuk pengecekan di sana, apakah mereka bisa lanjut atau turun. Syukurnya 14 remaja itu tidak ada yang harus turun paksa karena kesehatan atau hal hal yang tidak di izinkan untuk naik.

"Kalian boleh lanjut, hati hati ya."

"Iya Pak Terima kasih," kata Danu yang mewakili 13 sahabatnya.

🥀.

Di perjalanan mendaki menuju Pos 1 Danu benar benar menuntun mereka agar tidak ada yang tertinggal, sebenarnya perasaan khawatir di dalam dirinya masih menyeruak.

"Abang Leader yang hebat!"

Satu kalimat manis dari saudarinya yang kini hilang terus terputar. Jika dia hebat mengapa dia lalai menjaga gadis itu? Semoga saja itu adalah kejadian terakhir Danu untuk di tinggal.

"Dan? Jangan melamun! Nanti kesambet!" ucap Wajendra yang menyadari jika Danu sedang melamun.

"Sorry, tadi sepintas pikiran lewat."

"Lain kali jangan gitu Dan, ini di hutan loh," peringat Wajendra yang di balas dengan senyuman Danu.

60 menit dalam pendakian lagi lagi mereka mengucap syukur karena pos 1 berada di depan matanya. Hasta yang sendari tadi ingin makan namun harus ia tahan, padahal Raden selalu memperingati nya untuk tidak telat makan.

Landengan Dowo.

Hasta menghela nafasnya kasar dan membuka Cariernya untuk mengambil makanan ringan, benar benar butuh asupan. Ternyata naik gunung tidak semudah itu ya? Padahal Hasta sudah meyakinkan dirinya bisa sampai pos akhir dan turun dengan mudah.

SEMERUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang