03. Janji.

1.1K 185 0
                                    

"Janji hanyalah obat sementara untuk
Rindu dan kepulangan."

***

"Mah, Janu janji bakal pulang cepet, ayah sama mamah jangan khawatir ada mas Erja sama yang lain, Janu nggak naik sendirian. Tunggu Janu pulang."

Kini Janu duduk di bus dan sangat ramai di dalamnya. Hari ini adalah hari yang mereka tunggu untuk pergi mendaki di gunung Semeru.

Ini baru pertama kalinya Janu mendaki, karena ayahnya yang tidak pernah mengizinkan anaknya mendaki sendirian. Alasannya pun beragam, Janu juga tahu dan paham kenapa ayah seperti itu terhadapnya.

Semakin dewasa, Janu semakin tahu seberapa kerasnya dunia dengan waktunya yang kini mulai ilegal, tinggal memantapkan diri ke keluarga Kirana lagi pula keluarga Kirana tidak pernah sungkan dengan kedatangan Janu.

Semoga semesta memberinya petunjuk.

"Jan? Nih minum sama makanan, gue baru beli."

Ucapan Nadi membuyarkan lamunannya. Januari melihat tangan Nadi yang dudah terisi penuh. Nadi sudah duduk di samping nya. Sekarang ini bus nya sedang istirahat untungnya mereka menyewa walaupun harus membayar mahal.

"Makasih, tau aja gue lagi laper."

Nadi hanya meneguk air mineralnya sampai habis. "Kita masih lama nggak ke malang?" tanya Janu tiba tiba.

"Nggak tau gue, kayaknya masih lama, kita baru aja berangkat jam 7 pagi."

Janu mengangguk paham. Kini matanya menelisik ke luar, banyak sekali bus yang berdatangan dan teman temannya yang kini sedang makan di luar dengan canda dan tawa.

"Nad, kira kira bisa nggak ya gue pulang lagi?"

Pertanyaan Janu membuat Nadi berhenti makan nasi goreng nya. Mata Nadi dan Janu saling beradu, ternyata perasaan khawatir mereka sama.

"Bismillah aja bisa sampai pos akhir terus pulang."

"Tapi kenapa ada yang ganjal? Apa perasaan gue doang ya?"

Nadi tertawa. Sebelum Janu menatap nya sengit. "Lo kangen rumah ya? Makannya jangan jadi anak rumahan, susah kan kemana mana?" kata Nadi. Tangan Janu pun akhirnya mendarat di lengan Nadi.

Satu tonjokan milik Janu tidak membuat Nadi kesakitan sedikit pun. "Bukan gitu, gue ngerasa ada yang ganjal aja," ungkapnya.

Nadi langsung makan kembali dengan kaki yang di silangkan. "Kan udah gue bilang bismillah aja, semuanya udah ada Allah yang ngatur kita mah berdoa aja terus," jawab Nadi yang sibuk makan.

Janu menatap kotak miliknya dengan rasa nafsu makan yang menurun. Janu akhir akhir ini di buat ragu oleh semua nya, ingin
batal namun sudah terlanjur layaknya nasi sudah menjadi bubur.

"Jangan lama lama, nanti ada yang kangen."

"Jangan lupa pulang loh!"

Perkataan Kirana terus terputar di dalam benaknya, perempuan itu yang membuat Janu uring uringan seperti ini namun dia baru ingat hanya 3 hari di sana jadi tidak sampai setahun atau lebih.

Seseorang masuk bus dan ternyata Wajendra. laki laki itu datang dengan semangkuk bakso. "Makan Nad, Jan," tawarnya dengan senyuman.

"Iya bang sok aja."

Janu mengangguk dengan senyuman, tangannya lalu merogoh kantung celananya dan menemukan airpods yang Kirana berikan untuk perjalanan lama ini. Janu mulai memakainya dan mendengarkan musik yang mengalun di telinganya.

SEMERUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang