04 ;

19 5 0
                                    



Hari berganti dengan sangat cepat, Rin masih berusaha menghafal beberapa rumus yang ia pelajari sebelum ulangan harian kelas dimulai hari ini. Ia bahkan rela tidur jam 1 malam sekedar untuk menguji dan menjawab beberapa soal di buku latihan.

Pak Dandy guru fisika yang terkenal killer, guru yang paling sering melakukan UH dadakan dan gabungan dengan kelas kelas random yang sedang free, terlihat sedikit sadis tapi begitulah kenyataannya. Bahkan mungkin seluruh murid Guna Bangsa setuju dengan itu.

Lab komputer yang berada di samping gedung IPA menjadi tempat ulangan gabungan kali ini, ruangan ini cukup luas bahkan bisa menampung hingga 100 lebih murid.

Bel belum berbunyi namun beberapa orang sudah berada di dalam ruangan.

Kali ini kelasnya gabung dengan kelas IPA 2 yang mendapat mapel seni budaya, namun karena gurunya sakit maka kelas itu menjadi free, dan yaa ini kesempatan untuk pak Dandy melakukan ulangan gabungannya. Tidak perduli kelas sebelah sudah belajar atau belum, intinya ujian harus tetap berjalan.

Rin sendiri memilih bangku tengah, tipikal Rin orang-orang yang cari aman saja. Sementara Tere mengambil duduk jarak dua bangku ke sebelah kanan dari tempat Rin. Aturan berlaku yang pertama saat ulangan berlangsung tidak ada yang boleh duduk dengan teman sekelas, itu artinya mereka harus mengambil urutan duduk random dengan teman dari kelas lain.

Rin menggelengkan kepalanya berusaha fokus saat seseorang tiba-tiba berdiri di ambang pintu.

Coba tebak.

Cowok itu berjalan ke kursi paling ujung dengan santai, penampilannya tak kalah rapi dari saat pertama kali Rin melihatnya. Atributnya terpasang lengkap, Dia sempat memberikan senyuman singkat kepada Rin sebelum lanjut berjalan.

Lesung pipi yang berada di sebelah kanan sedikit terangkat, jelas siapapun akan goyah.

Ternyata Aga mendapat tempat di kelas IPA2. Rin sedikit kecewa tapi setidaknya kelasnya bersebelahan.

"Rin..Rin.."

Rin mengerjap beberapa kali. Ia menoleh ke arah kanan di bangku nomor dua. "Hah kenapa Re?"

"Lo mikirin apa sih? gue panggil-panggil dari tadi juga"

"Hah masa?"

"Iya, mikirin apa lo?" Omel Tere.

"Gak kok, tadi lo mau ngomong apaan?"

Tere mengecilkan volume suaranya, berbisik. "Kelas adiknya Kak Yudis barengan UH sama kelas kita hari ini, siapa sih namanya ah lupa gue"

"Aga?"

Tere kegirangan. "Nah itu" Tapi tiba-tiba raut mukanya meredup. "Gue kira dia bakal satu kelas sama kita"

Rin mengangguk. "Iya gue mikirnya gitu juga"

"Udah lupain itu, intinya Rin jangan sampai hilang hapalan rumus gue gara-gara ngeliat dia" Gerutu Tere. "Lo juga jangan liat-liat dia nanti lenyap hapalan rumus yang udah lo ingat dari tadi malam" Sarannya.

Rin tersenyum. "Ada-ada aja lo, mana bisa kaya gitu"

"Bisa, pesona cowok ganteng itu menggoyahkan, makanya lo jangan coba-coba"

Rin hanya bisa geleng geleng kepala. "Iyaa, gue gak liat kok, sana hapalin lagi rumusnya" Suruh Rin.

Rin kembali memusatkan perhatiannya pada buku latihan di atas meja, masih ada dua soal yang belum terjawab, dan masih ada beberapa menit sebelum bel masuk berbunyi.

Rin mencoba konsentrasi membaca dua soal terakhir, oke soal nomor 19 Rin baca pelan-pelan, mulai menghitung, dan ketemu jawabannya. Lumayan.

Next ke soal terakhir. Rin membacanya pelan-pelan mulai menggores di buku hitungan, menghitung dengan teliti, Wow entah kenapa soalnya lumayan susah, apa mungkin karena Rin lelah?

Zero Attention Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang