Seorang gadis menerobos masuk.Menggebrak pintu kamar Bas hingga terbanting sangat keras, persis saat laki-laki itu tengah menyebat sebatang rokok di meja kamarnya. Bas yakin tidak pernah melihat gadis itu dengan emosi terkekspresi sejelas sekarang.
Kamar Bas gelap, tidak perlu menebak seemosi apa gadis itu, lampu kamar Bas sengaja tidak di nyalakan, tapi gadis itu berhasil menghampirinya. Sementara asap rokok yang mengepul di plafon kamar untuk pertama kali tidak dihiraukannya lagi.
Gadis itu berjalan cepat ke arah Bas. Satu tangannya mengepal sementara tangan lainnya membawa selembar kertas berukuran 4A yang terayun.
Bas tidak suka gadis itu emosi. Sangat sangat tidak Novia Anindita.
"Dari mana lo dapat uang sebanyak ini?"
Gadis itu meratakan selembar kertas tepat di atas meja kayu, menatap Bas tajam.
Bas mengerutkan keningnya tidak mengerti. Jam 5 subuh. Ini masih terlalu pagi untuk main emosi-emosian.
Dibacanya lembaran itu sekilas dan Bas langsung mengerti maksud gadis ini.
Salinan pembayaran dari rumah sakit yang tadi malam Bas lunasi.
"Ada apa sih?" Balas Bas sabar, mungkin hanya gadis ini yang diperlakukannya baik. "Masih pagi gini, jangan serem-serem gitu mukanya. Jelek"
Gadis itu tidak menganggapi Bas santai. "Lo udah janji Bas, lo lupa?"
Bas perlu berpura-pura berpikir agar terlihat menyakinkan. "Janji?" Tanya Bas. "Oh.. makan nasi goreng di gang depan? Kan gue bilangnya sore nanti, bukan sekarang, lagian mana buka abangnya jam segini Nov"
"Nggak usah pura-pura lupa deh" Gertak gadis itu.
Bas melirik.
"Gue nggak bercanda Bas. Coba lo jawab jujur, dari mana lo dapat uang sebanyak itu?"
"Uang apasi Nov?"
"Lo maen lagi, Bass?"
Raut wajah Bas perlahan luntur, matanya bertemu dengan mata gadis yang tengah menatapnya tajam.
"Bas lo maen—"
"Kebetulan aja tiba-tiba ada transfer nyasar" Potong Bas berbohong. "Jadi gue langsung pakai bayar uang RS tante Dewi"
Gadis itu menggeleng tidak percaya. "Transferan nyasar?"
Bas mengangguk.
"Orang gila mana yang nggak ngecek ulang nama penerima transferannya Bas? dan—"
"Lo kenapa sih?" Sela Bas santai. "Bukannya bagus tante Dewi bisa pulang hari ini?"
Gadis itu terdiam, matanya menyipit curiga.
"Lo minta uang di ibu lo lagi?"
Bas mengangkat alis. "Dih kata siapa, Ibu baru aja Tf seminggu lalu"
"Kalau gitu tebakan gue berarti bener, lo maen lagi Bass"
Bas ngotot. "Gue bilang enggak Nov"
"Bas" Gadis itu mendesak. "Gue capek sumpah..Gue emang butuh uang tapi gue nggak minta lo buat maen judi"
Bas resmi terusiik.
"Gue nggak nyangka lo lebih milih cara begitu buat dapetin uang" Gadis itu menghambar. "Cara lo sampah"
"Udah?" Bas mengeras. "Udah marah-marahnya?"
Gadis itu tersentak.
"Cara gue emang sampah, tapi lo tau Nov? Kalau gue nggak ngelakuin ini, lo pikir tante Dewi bisa diizinin pulang hari ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Zero Attention
Teen FictionSetelah kejadian penculikan yang menimpa dirinya di Guna Bangsa, serta ingatan di hari kejadian yang tiba-tiba menghilang. Arinanda Ginantari semakin banyak mengalami masalah terutama dengan murid bergelar gifted seperti Baskara, Di bantu oleh Saty...