Rin mengecek jam di handphonenya, sudah 10 menit berlalu sejak ia selesai mengerjakan ulangan fisika tadi, tapi Tere belum juga muncul. Entah kenapa anak itu menjadi dongol setelah melihat Aga, biasanya Tere selalu cepat dan tepat dalam mengerjakan apapun.Cuaca hari ini sangat terik, untung saja Rin membawa sebotol minum dari rumah.
Sepertinya bangku taman di samping kelasnya cukup rindang, Rin baru saja ingin duduk disana, tapi sebelumnya, tangannya meletakan botol air yang sisa setengah itu sembarang tanpa melihat ke bawah. Tutupnya belum terlalu rapat, selah bangku mengganjalnya saat Rin meletakan botol itu dan membuatnya tumpah tepat di atas sebuah handphone entah milik siapa.
Rin buru-buru mengambilnya dan segera membersihkan hanphone itu di balik seragamnya. Semoga saja hp itu tidak rusak karena kemasukan air, lagi pula siapa yang menaruh benda sepenting itu di tempat umum dan meninggalkannya begitu saja.
"Ngapain lo sama hp gue?"
Rin menoleh ke arah suara, tepat di belakangnya.
"Mau maling?"
Mau maling?
Kali ini Rin menelan mentah-mentah emosinya saat ia tahu siapa lawan bicaranya.
"Jangan sembarangan kalau ngomong"
Laki-laki itu berjalan mendekat. Matanya menatap Rin, sepenuhnya heran.
"Terus kenapa hp gue ada di lo?"
Mata Rin membelalak sempurna. Emosinya serasa ingin meledak. "siapa juga orang normal yang bakalan ninggalin hpnya di tempat umum? di atas kursi yang bisa diduduki siapa aja!"
"Jadi menurut lo gue nggak normal?"
"Gue nggak bilang gitu"
"Barusan lo bilang gitu"
"Enggak"
Dia tidak merespon lagi, raut mukanya datar.
"Balikin"
Tapi sedetik itu Rin merasa panik.
"Tapi—"
"Kenapa?" Laki-laki itu memiringkan kepalanya satu sisi.
Rin berusaha mengatur kalimatnya agar tidak menimbulkan konflik. "Gu- gue minta maaf, hp lo nggak sengaja ketumpahan air minum gue"
"Balikin" Tandasnya sekali lagi.
Rin tidak tahu kenapa. Apa ini cuma perasaannya saja atau bagaimana. Beberapa menit lalu jelas-jelas cowok ini dalam mode menjengkelkan, bahkan meledek Rin saat tidak bisa menjawab soal dan sangat kurang ajar pada Pak Dandy. Tapi sekarang, dia malah sedingin es di kutub utara.
Rin sepenuhnya yakin kalau dia memiliki gangguan kepribadian.
"Sekali lagi gue minta maaf, kalau nanti ada kendala sama hp lo gue bakal ganti rugi"
Kata orang meminta maaf adalah cara tepat untuk menghindari konflik.
"Oke, sekarang balikin"
Rin mengangguk sebelum menyerahkan handphone itu, tapi pandangannya terhenti di layar yang sepenuhnya masih menyala. Layarnya bergerak sekali saat Rin tidak sengaja menekan tombol seperti tanda Recycle. Kemudian gambar raja berwarna emas berderet tiga kesamping, sisi kanannya ada perkalian dan di bawahnya ada tulisan terhenti.
Menang 10.700.000,00 Rp
"Lo—"
Dia memotong ucapan Rin cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zero Attention
Ficção AdolescenteSetelah kejadian penculikan yang menimpa dirinya di Guna Bangsa, serta ingatan di hari kejadian yang tiba-tiba menghilang. Arinanda Ginantari semakin banyak mengalami masalah terutama dengan murid bergelar gifted seperti Baskara, Di bantu oleh Saty...