Setelah kejadian penculikan yang menimpa dirinya di Guna Bangsa, serta ingatan di hari kejadian yang tiba-tiba menghilang. Arinanda Ginantari semakin banyak mengalami masalah terutama dengan murid bergelar gifted seperti Baskara,
Di bantu oleh Saty...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rin mengerutkan kening ketika melihat Ken tengah duduk bersidekap dada di kursi teras rumahnya.
"Ngapain lo disini?"
Alih-alih menjawab ia justru balik bertanya.
"Siapa dia?" Laki-laki itu mengedikan dagunya ke rumah no.20. Matanya menatap lurus-lurus Rin di ujung pagar.
Rin baru tersadar kalau laki-laki itu tidak mengenakan seragam sekolahnya, dan tentu saja Rin tau alasannya, karena sempat menguping pembicaraan mereka.
Rin mengambil kunci cadangan di dalam saku roknya tidak ingin menanggapi serius laki-laki itu, dan Rin yakin Ken pasti memanjat pagar untuk bisa masuk ke pekarangan rumahnya. Rumahnya tak pernah ditinggal tanpa dikunci sejauh ia hidup. Ibu selalu antisipasi soal keamanan rumah.
"Rin.." Panggil Ken meminta kejelasan. Rin membuka gerbang rumahnya santai, tidak menganggapi laki-laki itu buru-buru. "Tetangga baru" Ucap Rin malas. "Kenapa?"
"Tetangga baru tapi udah seakrab itu?" Tanya Ken tidak suka. "Mana senyum-senyum lagi waktu masuk ke rumahnya"
Rin memutar mata mulai jengkel, Ken selalu saja begitu, terlalu overprotective. Melarang Rin berteman dengan laki-laki lain selain dirinya, menyuruh Rin selalu mengikuti kemauannya, dan Rin tidak suka itu, apalagi ingatannya kembali lagi saat Bas bercerita tentangnya tadi siang. Rin jadi sangat kesal sekarang.
Awalnya Rin tidak mengira jika Ken menjadi seposesif ini. Dulu Ken selalu baik pada Rin, menganggapnya adik, memperlakukannya manis seperti saudara.
Laki-laki itu bangkit dari duduknya mendekati Rin di depan gerbang, gadis itu baru saja memasuki pekarangan rumah. "Kan gue udah bilang, kalau ada orang baru, lo bilang dulu sama gue. Lo nggak bisa jamin sendiri kalau itu orang baik atau enggak" Dia mendesak jaraknya dengan Rin yang baru saja menutup kembali gerbang rumahnya. "Dan lo nggak cerita soal dia sama gue"
Rin mengerutkan kening, beberapa kali menyadari perubahan sikap Ken Rin tidak sepenuhnya yakin kalau Ken baik-baik saja, tapi Rin sempat berpikir itu karena Ken mengalami culture shock karena keluarga mereka baberapa bulan lalu memutuskan pindah rumah.
Rin mengeryit. "Kenapa gue harus cerita hal sepele gini sama lo?"
Ken menghembuskan napasnya kasar. Jemarinya meraih pergelangan tangan Rin, kemudian tersenyum sangat manis. "Karena lo pacar gue!"
Tak tanggung-tanggung menurut Rin Ken sudah kehilangan akal sehat, Rin mundur selangkah karena tidak nyaman. Di pikiran Rin mereka berdua tidak lebih dari tetangga sejak kecil, dan Rin tidak pernah membuat hubungan yang dikatakan itu pada Ken.
Rin menggeleng. "Enggak.. kita nggak punya hubungan apa-apa. Lo tau itu Ken" Ucap Rin menepis paksa genggaman tangan Ken. "Jangan ngaco deh lo"
Senyum laki-laki itu perlahan luntur, sebelah alisnya dinaikan. "Jadi kenapa selama ini kita sama-sama?"