02 ;

36 11 1
                                    


Waktu tidak pernah melambat walau sedetikpun, dan Aga benci itu. Dia sudah bangun bahkan sebelum matahari muncul.

Imsomnia, isi pikiran yang berkutat. Tidur kurang dari satu jam Rasanya Aga ingin mempunyai kekuatan super seperti di film-film.Beberapa barang kecil masih menunggu di lantai bawah untuk di bereskan, hari ini jadwalnya mungkin akan padat sekali.

Sekarang Aga berada di lingkungan perumahan di salah satu pusat kota. Ia hanya berharap dirinya tetap bisa menjadi Aga yang biasa-biasa saja seperti sebelumnya, yang dimana dunia tidak begitu tertarik kepadanya, dimana ia tidak sepopuler Satya Yudistira. Tapi itu dia alasannya pindah ke kota ini. Untuk bisa menjadi Yudis. Lelaki yang tengah menempuh semester awalnya di salah satu universitas swasta, dan sekaligus kakak kandungnya sendiri.

Begitu tubuhnya mulai beranjak dari tempat tidur, berniat untuk membersihkan diri. Tiba-tiba saja fokusnya teralihkan pada bagunan di seberang sana, di ruang lantai dua ada jendala bertirai putih yang sudah terbuka, kamarnya persis saling berhadapan dengan kamar Aga.  Bayangan tubuh seseorang beberapa kali terlihat mondar mandir disana, namun gadis itu terlihat nampak tidak asing, sepertinya Aga pernah melihatnya beberapa kali.

Aga coba menghiraukannya, nanti juga pasti ada momen untuk saling berkenalan, dengan langkah gontai Aga berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Hanya butuh tiga puluh menit bagi Aga untuk keluar dari kamar mandi. Setelan kaos hitam dan celana pendek menjadi balutan Aga hari ini, kemudian tanpa membuang waktu lagi ia segera bergegas ke lantai bawah untuk menemui mamanya yang pasti sudah sibuk dengan urusan dapurnya.








"'Pagi Ma" Sapa Aga setelah langkah terakhirnya di anak tangga.

"Pagi"

"Gimana tidurnya, nyenyak nggak?"

Seharusnya Mama yang bertanya seperti itu.

Wanita itu mengangguk singkat. "Lumayan"

Khas Aga nyengir di setiap cerita, tidak pernah absen. "Bisa sama gitu ya" Ucapnya. "Aga juga sempat kebangun beberapa kali, Mama juga sama?" Bohong itu semua basa-basi saja.

Wanita berusia tiga puluh tahunan itu mengangguk singkat, tidak menjawab lagi.

Begitu memperhatikan Kirana yang sedang mempersiapkan makanan, Aga baru sadar dengan penampilan Mamanya yang cukup rapi di depan meja makan. Wanita itu masih sibuk menyiapkan sepiring nasi dengan telur omelet di atasnya untuk bekal makan siangnya.

"Kenapa dengan penampilan mama?"

Kirana terhenti, memperhatikan setelan celananya gusar. "kenapa? apa pakaiannya terlihat aneh?"

Aga menggeleng. "Bukannya ini hari jadwal mama libur ?"

Seingatnya  tadi malam saat Aga mencuri diam-diam jadwal kerja mamanya di atas meja, tanggal 25 bertuliskan off. Bahkan Aga sengaja mengambil gambar lembaran jadwal itu untuk jaga-jaga kedepannya. Hanya agar dia dapat tau jadwal libur mamanya. Kirana tidak pernah mau bercerita apa-apa, sampai Aga merasakan sendiri susahnya mencari perhatian seorang ibu.

Kirana nampak berdecak sebelum menjawab. "Iya jadwal libur di undur besok, tante Nada yang piket hari ini sakit, jadi sekarang harus masuk pagi"

Aga nampak sedikit kecewa tapi dengan cepat ia tersenyum seperti yang biasa ia lakukan. (lagi)

Ia tidak ingin membebani mamanya dengan banyak permintaan, wanita itu sudah cukup lelah untuk mengurus anak dan bekerja seharian.

Zero Attention Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang