PART 1 - SEBUAH PERTANYAAN TERPENDAM

208 31 7
                                    

Happy Reading ^_^

***

Raja Yue sedang marah, batin Yao Tian.

Dalam balutan pakaian berwarna merah muda, Yao Tian duduk di sebelah Raja Yue dengan anggun. Tangan terampilnya terus menyeduh teh sementara telinganya mencoba menulikan apa yang ditangkap indra pendengarannya. Ini tidaklah pantas, pikir Yao Tian.

Raja Yue sedang menghardik tangan kanannya –Liang Jin- yang gagal menyelidiki penyelundup yang membuat nilai mata uang Kerajaan Yue merosot. Misi ini adalah misi rahasia karena Raja Yue menduga penyelundupan itu didalangi oleh anggota kerajaan yang cukup berpengaruh di Kerajaan Yue. Karena itulah Yao Tian pikir keberadaannya di ruangan ini tidaklah pantas. Dia mendengar semuanya. Kemarahan, ucapan penuh permohonan maaf, sebuah rencana besar, dan hal-hal apa saja yang akan dilakukan selanjutnya –dia mendengar semuanya.

Hal sepenting ini seharusnya tidak didengar oleh orang lain. Tapi Raja Yue selalu menegaskan bahwa Yao Tian bukanlah orang lain. Dia adalah selirnya. Selir kesayangannya, lebih tepatnya. Tapi tidakkah ini terlalu berlebihan?

"Yao Tian, kau melamun. Tehmu meluap."

Yao Tian langsung tergagap. Matanya dengan cepat melihat air yang sudah meluap dengan pandangan terkejut. Matanya mengedar mencari sesuatu yang bisa dipakai untuk mengelap meja, tapi kemudian tangannya ditahan oleh Raja Yue. Mata mereka bertatapan lama.

"Pelayan!"

Ah, benar. Dia memiliki pelayan. Dan membersihkan sesuatu adalah tugas pelayan.

Sudah dua bulan sejak pengangkatannya sebagai selir dan dia masih melupakan status itu. Yao Tian masih terbayang-bayang dengan statusnya yang bukan siapa-siapa sebelum menjadi seorang selir. Ralat, tidak jelas adalah kalimat yang pas untuk mendeskripsikan statusnya. Statusnya benar-benar tidak jelas. Dia bahkan tidak tahu apa pun tentang hidupnya sampai dia berakhir di Kerajaan Yue dan menjadi salah satu selir kesayangan sang Raja.

"Katakan padaku apa yang kau pikirkan sampai melamun seperti itu, Yao Tian."

"Apa yang aku pikirkan tidaklah penting, Yang Mulia. Aku hanya—"

"Dan kau sudah sepakat untuk memanggil namaku di saat kita hanya berdua, Yao Tian." Sela Xiang Lin dengan gumaman muram.

Yao Tian mengedarkan matanya dan tertegun saat menyadari kalau mereka hanya berdua. Dia benar-benar larut dalam pikirannya sampai tidak menyadari kalau Liang Jin sudah keluar dari ruangan.

"Apa yang kau pikirkan sampai melupakan semua itu, Yao Tian?"

Xiang Lin mendesak dan Yao Tian tidak punya pilihan selain membalasnya.

"Aku hanya sedang memikirkan keberadaanku di sini yang kurasa sangat tidak pantas di saat kau dan Liang Jin sedang membahas tentang politik Kerajaan Yue. Bukan pilihan bijak membiarkan orang lain tahu rencana yang sedang kau susun."

"Kau bukan orang lain, Yao Tian. Kau adalah istriku."

Kalimat penuh penekanan itu membuat pipi Yao Tian sedikit menghangat. Untuk ukuran seorang Raja yang tersohor karena kekejamannya, kalimat yang baru saja diucapkannya terdengar sangat manis. Apakah pria ini memang selalu semanis ini dengan selir-selirnya?

"Xiang Lin, tapi ini tetap bukan pilihan yang bijak. Orang-orang mungkin akan memperdaya aku agar mengatakan semua yang kudengar darimu. Ini berbahaya. Akan lebih baik kalau aku tidak tahu apa pun."

Xiang Lin menarik tangan Yao Tian hingga perempuan itu terlempar ke dalam pelukannya dengan halus. Mata mereka bertemu dengan intens.

"Apa kau akan mengkhianatiku?" tanya Xiang Lin dengan suara dalam.

The Strongest Woman In The PalaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang