PART 14 - SEBUAH JANJI

60 12 2
                                    

Happy Reading ^_^

***

Dengan langkah yang lebih terlatih Wu Yao Tian mengunjungi penjara lagi. Dia bergegas menuju sel tempat Yi Tian dikurung dengan membawa panci bubur kayu yang sama seperti terakhir kali. Ya, dia masih menggunakan penyamaran yang sama. Sejauh ini semuanya berjalan dengan baik sehingga Yao Tian tidak terpikirkan cara selain ini.

Begitu sampai di sana, Wu Yao Tian langsung meletakkan panci bubur tersebut. Dia memanggil adik kembarnya dua kali dengan suara sepelan mungkin. Kelopak mata sang adik kembar yang tadi terpejam langsung terbuka. Keterkejutan nampak jelas di sana.

"Yao Tian... Yao Tian..."

Wu Yi Tian yang sebelumnya berada di sudut ruangan langsung merangkak mendekati jeruji sel. Matanya langsung dipenuhi oleh air mata karena tidak percaya dengan penglihatannya.

"K-Kau... masih hidup? Tian'er, kau masih hidup?" suara lirih Wu Yi Tian terdengar sangat menyedihkan. Tangannya menerobos jeruji besi untuk menangkup pipi Yao Tian. Sontak saja tangan Yi Tian langsung gemetar saat merasakan bahwa wajah itu nyata. Pipi yang halus bertemu dengan tangan kasarnya. Wu Yao Tian yang ada di depannya bukanlah ilusi. "Bagaimana mungkin? Aku melihatmu mati di depan mataku. Akulah yang membunuhmu waktu itu, Tian'er..."

Dengan mata yang sama berkacanya, Wu Yao Tian menggeleng. Ada jejak senyum pilu di sana. "Aku tidak mati. Aku belum mati." katanya.

"Tapi--"

"Yue Xiang Lin yang menyelamatkan aku. Dia berhasil menghidupkan aku dengan cara yang aku sendiri pun tidak tahu. Padahal sama seperti pikiranmu--aku pun berpikir kalau aku akan mati saat itu. Tapi aku selamat, seperti yang kau lihat saat ini." jawab Yao Tian. Tangannya terulur untuk mengelus punggung tangan Yi Tian, dan hatinya hancur saat merasakan betapa kasarnya punggung tangan tersebut. Yi Tian pasti sudah menderita sekali selama ini.

Keduanya menangis haru bersamaan. Setelah sekian lama akhirnya mereka berdua kembali merasakan ikatan batin yang kuat. Bahkan sepertinya lebih kuat daripada saat mereka berstatus Raja dan Sang Jenderal. Kehilangan membuat mereka berdua saling menyadari arti satu sama lain, bahwa tidak ada yang lebih menyedihkan selain kehilangan saudara kembar karena kebodohan masing-masing.

"Selama ini aku kehilangan ingatanku, jadi aku tidak tahu kalau kau berada di sini dan semenderita ini. Maafkan aku, Yi Tian..." cerita Yao Tian dengan penuh rasa bersalah. "Aku berbahagia dengan status Selir Kesayangan Raja tanpa tahu kalau kau semenderita sekarang di tempat gelap ini."

"Jangan menangis. Kumohon..." lirih Yi Tian. "Aku sudah membuat kau sangat menderita selama ini. Sekarang kau sudah bahagia dan hidup dengan baik, jadi jangan bersedih lagi."

"Bagaimana mungkin aku tidak menangis melihat keadaanmu yang seperti ini, Yi Tian? Tidak mungkin." tegas Yao Tian. "Raja Yue tidak punya masalah denganmu. Tapi, karena aku, dia jadi menyandera kau. Bahkan kau dinobatkan menjadi Penjahat Paling Berbahaya yang diwaspadai dan dibenci oleh semua orang. Dan semua itu karena aku!"

Yi Tian menggeleng sendu untuk menyadarkan sang kakak. "Semua memang karena kesalahanku. Aku serakah. Aku pun buta pada kebenaran sehingga aku pantas mendapatkan semua ini."

Yao Tian menggeleng tegas. Air matanya semakin berlinangan dengan tak terkendali. Saudara kembarnya tidak pernah sepesimis ini sebelumnya. Apa yang membuatnya begitu kehilangan harapan begini?

"Kau tidak bersalah, Yi Tian. Kenapa kau jadi begini?" lirih Yao Tian dengan pilu. Dia mengguncang Yi Tian yang masih berada di kedua pipinya.

Wu Yi Tian menurunkan tangannya dan berangsur mundur dengan sebuah gelengan lemah. Senyum penuh ketulusan terpatri diwajahnya.

"Kehilanganmu membuat aku sadar pada banyak hal. Dan aku tidak ingin kehilangan kau lagi, Tian'er." katanya. Yi Tian memberikan sebuah senyum yang menenangkan, terlepas sekacau apa wajahnya saat ini. "Bersalah atau tidak--itu tidak penting. Selama kau masih berada di dunia yang sama denganku, itulah yang paling penting."

Yao Tian menggeleng. Dia tidak suka dengan pendapat itu. "Tapi Yue Xiang Lin mungkin akan membunuhmu. Kau akan mati!"

Meski suaranya direndahkan, tapi Yao Tian tetap menekan setiap suku katanya. Yi Tian harus disadarkan kalau pendapatnya salah. Bebas dan membuktikan kalau dirinya tidak bersalah adalah hal yang harus dilakukan saat ini.

"Setidaknya aku akan mati dengan tenang karena tahu kalau kau masih hidup. Saudara kembar yang dulu menderita atas semua perintahku sudah berbahagia. Dan itu sudah lebih dari cukup."

"Yi Tian!!" protes Yao Tian.

"Yao Tian--" Yi Tian menyela dengan cepat. Dia harus menyadarkan sang kembaran bahwa memang inilah yang seharusnya terjadi. "Aku tidak apa-apa. Kau tidak perlu memikirkan aku. Ini adalah dosa yang harus kutanggung karena sudah menjadi Raja Boneka yang dikendalikan oleh klan Keluarga Tao. Aku gagal sebagai seorang Raja, bahkan aku pun gagal sebagai seorang saudara. Ini adalah karma dari Para Dewa untuk seorang sepertiku."

"..."

"Aku tidak apa-apa."

"Tapi aku tidak bisa. Aku tidak akan membiarkan kau menanggung semua ini sendirian." tukas Yao Tian dengan tak kalah cepat. Kedua tangannya meremas jeruji besi dengan penuh tekad. Mimik wajahnya pun terlihat lebih tegas terlepas wajahnya yang masih basah bersimbah air mata.

"Apa yang akan kau lakukan? Jangan melakukan kegilaan lain, Yao Tian. Kau sudah bahagia, jadi jangan mau menderita untuk orang seperti aku." larang Yi Tian dengan tegas. Dia tahu bagaimana watak sang saudara kembar kalau sudah bertekad akan sesuatu. Dan hal ini tidak boleh terjadi.

Yao Tian menggeleng. Dia tetap bersikeras--persis seperti dugaan Yi Tian. Beberapa waktu berlalu dan tidak ada yang berubah kala seorang Wu Yao Tian sudah bertekad akan sesuatu.

"Aku akan membebaskanmu."

Apa yang ditakutkan Yi Tian benar-benar terjadi. Wu Yao Tian masih sangat keras kepala. Persis seperti dulu.

"Yao Tian, tidak perlu. Jangan." tolaknya. "Kau mencari masalah untuk dirimu sendiri." imbuhnya dengan sebuah kalimat penuh nasihat.

"Kau saudara kembarku dan aku tidak bisa meninggalkanmu seperti ini sendirian. Terlebih lagi akulah yang menjadi penyebabnya. Tidak, tidak. Aku akan membebaskanmu, Yi Tian."

"Yao Tian."

"Yi Tian."

Keduanya saling mendengungkan nama lawan bicaranya dengan sendu. Mata mereka beradu menyerukan permohonan tak tersirat agar mereka saling mendukung satu sama lain.

"Aku mungkin tidak bisa mengembalikan Kerajaan Wu yang sudah diambil alih oleh Xiang Lin. Aku tidak bisa mengembalikan kekuasaanmu. Tapi setidaknya aku ingin kau dibebaskan dan bisa menikmati sisa hidupmu dengan bahagia. Sama seperti kau yang ingin aku bahagia, aku pun ingin kau bahagia, Yi Tian." ujarnya dengan ketulusan yang terpancar dari bola matanya.

Wu Yi Tian tersentuh.

"Tapi kau mungkin akan dibenci oleh Yue Xiang Lin karena dianggap melawan perintahnya. Apa kau siap?"

"Kau lupa kalau aku adalah Selir Kesayangannya?" jawab Yao Tian dengan nada setengah bercanda. Senyumnya pun tidak tulus. Ada keraguan besar di sana, namun dia coba sembunyikan dengan baik. "Katakanlah Yue Xiang Lin memang membenci aku setelah ini, maka aku akan menerimanya dengan lapang dada. Mungkin itu sudah menjadi karmaku karena sudah mengkhianati kerajaanku dan membantai hampir setengah dari dayang dan pejabat kerajaan kita." imbuh Yao Tian sambil mengenang pertempurannya yang terakhir di Kerajaan Wu. Dia membunuh hampir setiap orang yang membencinya--seperti keinginannya. Bahkan, dia pun membunuh calon penerus takhta Kerajaan Wu yang tengah dikandung oleh Tao Ru Hui. Bengis adalah kata yang pas untuk menjelaskan dirinya kala itu.

"Lalu bagaimana caramu untuk membebaskan aku? Semuanya terlalu ketat. Kau tidak akan punya celah."

"Akan ada caranya--kau tenang saja."

TBC

The Strongest Woman In The PalaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang