Happy Reading ^_^
***
Yao Tian memasuki kediamannya dengan santai. Dia tertangkap basah sudah berkeliaran tanpa izin Raja, tapi anehnya dia tidak merasa menyesal sedikit pun. Satu-satunya penyesalannya adalah seluruh dayangnya berlutut dalam posisi serendah mungkin karena tindakannya. Dan entah kenapa Yao Tian merasa tidak asing dengan kondisi seperti ini. Dia merasa pernah mengalaminya, tapi tidak tahu kapan dan bagaimana tepatnya.
"Kenapa kau keluar istana tanpa seizinku, Yao Tian?" Raja Yue langsung menyemburkan amarahnya sesaat setelah Yao Tian memasuki kediaman dengan raut tanpa penyesalan. "Aku memberimu plakat itu bukan untuk kau gunakan seperti ini. Ini salah!" hardiknya.
Raja Yue bangkit. Dia berjalan ke arah selir kesayangannya berdiri. Tatapan keduanya beradu dengan intens. "Tapi kau tahu apa yang lebih fatal dari semua itu?" Raja Yue Yang Agung menjeda sebentar. "Kenapa kau mengelabui semua dayang-dayangmu? Kenapa kau tidak mau membawa satu pun prajurit yang ada? Bahkan kau malah mengelabui mereka semua seperti orang bodoh!"
"...."
"Ralat, mereka memang bodoh. Mereka sangat bodoh karena bisa kau bodohi. Orang-orang seperti mereka pantas untuk dihukum. Kalian semua pantas untuk dihukum!!"
Yao Tian tidak bisa diam mendengar hardikan yang diselimuti oleh ancaman itu. Dia menatap suaminya -Raja Yue Yang Agung- dengan sama emosinya.
"Yue Xiang Lin, lihat aku..." katanya. "Aku kembali dalam kondisi sempurna. Aku baik-baik saja. Tidakkah itu cukup untuk meredakan emosimu yang berlebihan ini?!"
Yue Xiang Lin memalingkan wajahnya. Rahangnya masih sekeras batu. Dia mengabaikan perkataan selir kesayangannya dan memilih hanya mempercayai penilaiannya sendiri.
Merasa diabaikan, Yao Tian langsung melangkah ke hadapan suaminya. Tatapan sebalnya masih sama. Dia tidak akan membiarkan siapa pun dihukum atas kesalahannya. Bahkan—kesalahan yang mana? Dia hanya mencari kewarasan dengan berjalan-jalan seorang diri. Dia menjaga diri dengan baik dan pulang dengan selamat. Lalu masalahnya di mana?
Tidak ada.
Satu-satunya masalah adalah sikap berlebihan sang suami.
"Aku merasa sesak berada di dalam istana sepanjang hari, jadi aku memutuskan untuk keluar istana. Aku memerlukannya untuk menjaga agar kewarasanku tetap utuh."
Perasaan Yao Tian campur aduk saat mengatakannya. Ini seperti mencurahkan isi hatinya yang selama ini hanya mampu dia pendam karena statusnya. Dia tidak boleh begini atau begitu. Sedikit saja pergerakannya salah, maka akan memicu kontroversi. Kalau sudah begitu maka para selir akan menggunjing dirinya secara habis-habisan.
Lelah, muak, marah—semuanya bercokol jadi satu. Tapi dia selalu dituntut untuk sabar dan mencoba mengabaikannya. Dan ketidakberdayaannya adalah bagian paling melelahkan. Ini seperti bukan hidupnya.
"Katakanlah kau memang ingin keluar istana, lalu kenapa kau tidak bilang kepada aku? Aku pasti akan menemanimu. Jadi kau tidak perlu keluar sendirian dan membahayakan dirimu seperti ini."
"Membahayakan yang seperti apa? Aku baik-baik saja. Lihatlah!" Yao Tian mengangkat kedua tangannya ke samping untuk menunjukkan betapa baik-baik sajanya dia saat ini. "Xiang Lin, aku hanya berjalan-jalan, bukannya berperang! Aku bukan kau yang di setiap sudut kota memiliki musuh."
"Tapi kau adalah selir kesayangan seorang pria yang di setiap sudut kota memiliki musuh. Kau istriku."
Sanggahan cepat itu membuat Yao Tian menghela napas.
"Pergi denganmu?" Yao Tian menjeda dengan gelengan pelan. "Aku ingat kau memang pernah menjanjikan hal ini. Tapi apa pada akhirnya kau menepati janjimu? Tidak. Kau selalu pergi sendiri dengan dalih ada hal yang mau kau selidiki. Dan itu akan berbahaya kalau kau membawa serta aku. Selalu seperti itu." balasnya. "Pada akhirnya kau tidak pernah menepati janjimu. Jadi, salahkah aku kalau aku memilih melakukannya sendiri daripada menunggu dirimu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Strongest Woman In The Palace
FantasiSEQUEL THE BRAVENESS PRINCESS IN THE BATTLEFIELD TBA LIZA FAIZA 2022