Happy Reading ^_^
***
Yao Tian menghela napas. Saat bersama suaminya, Yao Tian gelisah setengah mati. Dia marah sekaligus jengkel. Tapi ketika mereka sedang bermusuhan seperti sekarang pun Yao Tian tetap tidak merasa bahagia. Dan yang lebih miris adalah, baru dua hari dia bertengkar dengan Xiang Lin dan sekarang dia sudah merasa hampa.
Ada apa sebenarnya dengan dirinya yang begitu aneh belakangan ini? Dia marah karena selir-selir Raja yang lain mengganggunya, tapi dia melampiaskannya pada sang suami. Dan ketika dia berhasil melampiaskannya pun rasanya tidak begitu melegakan. Dia malah dihantui rasa bersalah karena sudah melampiaskannya pada orang yang tidak bersalah.
Lalu bagaimana caranya meminta maaf? Batin Yao Tian bertanya-tanya. Dia terlalu malu karena sikapnya yang kekanakan dan cukup bingung untuk meminta maaf. Apalagi mengingat ekspresi Xiang Lin saat meninggalkan kediamannya kemarin. Dia sadar kalau dirinya sudah sangat keterlaluan.
"Nyonya..."
"Ya..." Yao Tian langsung membenarkan posisi duduknya menjadi tegak. Ditatapnya sang dayang yang tadi dia perintahkan untuk mencari tahu keberadaan suaminya malam ini. "Apa Raja ada di kediamannya?" tanyanya dengan cepat dan mengabaikan fakta kalau mereka sedang bermusuhan.
"Yang Mulia Raja sedang tidak ada di kediamannya, Nyonya. Dayang yang bertugas di sana mengatakan beliau sedang menyaksikan prajurit berlatih panahan intensif."
"Malam-malam begini? Tidak biasanya Raja mengawasi latihan malam-malam begini. Apa Liang Jin sudah pensiun sampai dia turun tangan langsung?"
Yao Tian menggerutu karena sebal rencananya untuk meminta maaf langsung hancur seketika. Tapi beberapa detik kemudian dia akhirnya tertawa kecut karena menyadari alasan kenapa Raja melakukan hal yang tidak biasa. Tentu saja ini karena dirinya yang kekanakan.
"Bagaimana caranya meminta maaf pada Raja, Kepala Dayang? Aku... aku kehabisan ide." akunya dengan putus asa. Yao Tian menopang dagunya dengan ekspresi cemberut.
Kepala dayang yang selalu menemani Yao Tian sejak dia masuk istana itu terkekeh pelan. "Nyonya, hanya anda yang tahu bagaimana caranya meminta maaf pada Raja. Dayang rendahan seperti hamba akan langsung memilih mati ketika sadar melakukan kesalahan pada Rajanya." Kepala dayang itu menjeda dengan ringan. "Lagipula, hamba yakin Yang Mulia tidak benar-benar marah pada anda. Beliau pergi karena ingin anda tenang dan kembali berfikir jernih."
Dan sekarang Yao Tian sudah berhasil tenang dan berfikir jernih... lalu bagaimana caranya memulai pertemuan dalam rangka meminta maaf ini? Benak Yao Tian masih bertanya-tanya. Rasanya canggung sekali kalau dia langsung muncul begitu saja.
"Di mana Raja mengawasi prajurit yang melakukan latihan panahan?"
"Para prajurit berlatih di ruang terbuka khusus untuk militer, Nyonya."
Yao Tian langsung tertegun mendengar jawaban penuh kesopanan itu. Ruang terbuka khusus militer? Apakah itu tempat yang sama dengan yang tak sengaja dia kunjungi beberapa malam lalu? Tempat itu... Yao Tian langsung teringat kilasan memori yang menyeruak kala dia melihat tempat itu.
Yao Tian menatap kepala dayangnya lekat-lekat. Kalau dia ke sana hari ini, apakah akan ada kilasan memori lagi? Apakah dia akan mengingat sesuatu yang bisa jadi masa lalunya?
"Nyonya, anda baik-baik saja?" tanya kepala dayang saat menyadari ekspresi antusias Nyonya yang dilayaninya berubah menjadi tegang. Dalam benaknya dia bertanya-tanya apakah sudah melakukan kesalahan atau tidak. "Nyonya—"
"Ayo pergi."
Sela Yao Tian dengan cepat. Dia bangkit dari duduknya dengan cepat yang membuat kepala dayangnya gelagapan. Kepala dayang tersebut menatap Yao Tian dengan bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Strongest Woman In The Palace
FantasySEQUEL THE BRAVENESS PRINCESS IN THE BATTLEFIELD TBA LIZA FAIZA 2022