Happy Reading ^_^
***
"Di mana tabib? Cepat suruh Tabib Istana datang secepat mungkin!"
Yue Xiang Lin berkata –atau lebih tepatnya berteriak- dengan tidak sabaran. Dayang-dayangnya yang ketakutan hanya memberitahu dalam posisi menyembah. Melihat itu, Yao Tian hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saja.
"Tidak bisakah kau duduk tenang? Ini hanya luka kecil. Berikan saja kain pembersih luka dan air, dan aku bisa mengobatinya sendiri." Yao Tian memberitahu karena sudah lelah dengan sikap suaminya yang berlebihan.
"Kecil atau besar, itu tetap luka, Yao Tian. Dan kau tidak boleh menyepelekannya!" Pria itu masih bersikeras. Yao Tian memutar bola matanya saat kembali mendengar kericuhan yang dibuat oleh Sang Raja karena ingin Tabib Istana segera tiba. Di saat seperti ini memang sebaiknya dia menurut saja atau masalah akan semakin runyam.
Jangan lupakan juga masalah pertamanya yang belum termaafkan. Dan sekarang dia menambah masalah lagi. Yao Tian benar-benar harus diam agar Yue Xiang Lin tidak semakin marah dan dia bisa dimaafkan secepatnya.
Tabib Istana datang tergopoh-gopoh dengan asistennya yang menenteng sebuah kotak berisi perlengkapan medis. Yao Tian langsung ditangani secepat yang mereka bisa sebelum Raja kembali mengeluh. Yao Tian memilih duduk pasrah dengan semua pelayanan yang didapatkannya.
Setelah selesai membalut tangannya yang terluka dan memeriksa nadinya untuk memastikan, Tabib Istana langsung undur diri. Dayang-dayang yang sebelumnya ketakutan dalam posisi menyembah pun ikut keluar bersamaan dengan Tabib Istana. Semua orang tahu kalau saat ini Sang Raja hanya ingin berdua saja dengan selir kesayangannya yang baru saja terluka.
Dalam keadaan ini, Yue Xiang Lin meraih tangan Yao Tian yang terluka dengan lembut. Dia melihat tangan istrinya yang dibalut kain putih untuk menghentikan perdarahannya. Dan tanpa sadar dia duduk di lantai yang sama saja merendahkan posisinya yang merupakan seorang Raja.
Yue Xiang Lin memang tidak menyadarinya, tapi Yao Tian menyadarinya. Dan dia tidak kaget sedikitpun. Ini bukan kali pertama Yue Xiang Lin memilih duduk lebih rendah dari tempatnya duduk hanya agar bisa menyandarkan kepalanya di paha istrinya. Semua ini normal, selayaknya suami istri pada umumnya yang sedang bermesraan.
"Kenapa kau menepis panah itu dengan tangan? Apa kau gila?" Ujar Xiang Lin setelah puas memerhatikan tangan istrinya yang terluka. Pertanyaannya terkesan menghakimi, tapi intonasinya bisa dibilang sangat lembut. Sungguh perbedaan yang mencolok sekali.
"Lalu apa aku harus membiarkan ujung panah tersebut menembus bola mataku, Yang Mulia Raja?" jawab Yao Tian sekenanya. Yue Xiang Lin menghela napas lemah antara marah sekaligus ketakutan.
"Kau seharusnya tidak datang ke sana, Yao Tian. Tempat itu terlarang untukmu."
"Kenapa? Apa karena aku seorang perempuan?"
Sang Raja mengabaikan pertanyaan sarkastik itu. Matanya berbinar dengan kejam. "Prajurit yang berjaga benar-benar tidak becus. Dia mengizinkan kau masuk dan kau terluka." Xiang Lin menjeda dengan emosi yang masih sama. "Dan yang memanah pun bodoh. Mereka akan mendapatkan balasannya yang setimpal." imbuhnya dengan tekad yang tampak nyata di wajahnya.
Yao Tian langsung dilanda kepanikan. Dia menyentuh kepala Xiang Lin dan membelainya dengan lembut. Di mata orang lain, tindakannya ini sangat kurang ajar, tapi di antara mereka ini benar-benar cara yang ampuh agar Rajanya itu kembali tenang dan mau mendengarkannya.
"Xiang Lin, mereka tidak bersalah. Penjaga di depan hanya mengikuti gertakanku. Ini sepenuhnya salahku." Yao Tian berusaha meyakinkan. "Dan untuk yang memanah, dia hanya berlatih. Hanya saja dia terlalu sial karena aku muncul dan menghalangi targetnya. Semuanya benar-benar terjadi karena aku. Mereka tidak bersalah." Tambah Yao Tian sambil terus mengusap-usap kepala suaminya dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Strongest Woman In The Palace
FantasySEQUEL THE BRAVENESS PRINCESS IN THE BATTLEFIELD TBA LIZA FAIZA 2022