5.

21 7 0
                                    

"Lo pulang naik apa?" Woni baru saja menemani Hira menyerahkan daftar nama untuk lomba debat nanti. Tentu saja tidak ada yang berani mengubah titah Hira yang diibaratkan ketok palu di sekolah mereka.

"Gue biasanya naik ojol."

"Pulang sama gue aja gimana?"

"Boleh." Jawab Woni santai, memang itu tujuannya. Woni ingin mengenal Hira sedikit lebih jauh karena kharismanya yang tidak biasa.

"Tapi, gue mau ketemu teman gue dulu karena ada urusan dikit, bentar banget gapapa?" Ujar Hira lembut sambil mengelus puncak kepala Woni yang jauh lebih rendah darinya. Woni mengangguk imut.

"Good girl."

Woni cukup terpana saat melihat tempat dimana 'teman' Hira berada ternyata di sebuah klub malam. Tadi, sepulang dari sekolah keduanya sempat makan dulu di restoran dan mengobrol lama hingga malam tiba.

"Ini gapapa kita masuk pakai seragam? Terus umur gue belum 17 tahun, jadi nggak ada KTP." Woni sedikit ragu, Hira tanpa sungkan merengkuh pinggangnya dan berbisik di telinga Woni dengan suara rendah, "Lo aman kalau sama gue. Ini salah satu tempat tongkrongan gue. Jangan tegang gitu mukanya, tambah imut, takutnya gue gigit pipinya."

Woni tidak menggubris Hira, meski terhitung fuckgirl karena hobi flirting ke semua cowok kemudian ghosting, Woni tidak main ke tempat seperti ini karena ia gampang sesak nafas melihat orang-orang berdesakkan.

Hira tidak membual saat mengatakan klub ini salah satu tongkrongannya, karena penjaga keamanan klub mempersilakan saja mereka masuk tanpa melihat identitas bahkan mengabaikan seragam yang masih melekat sempurna di tubuh masing-masing.

Woni langsung pusing dengan sorot lampu, Hira menggenggam tangannya erat berjalan membelah kerumunan orang, mereka masuk jauh ke dalam dan kemudian sampai di depan sebuah ruangan, Hira mengetuk pintunya yang kemudian di buka oleh seorang cowok dengan tato memenuhi lengannya dan rambut gondrong dikuncir.

"Woni, tunggu gue sekitar 30 menit ya?" Woni merasa tidak masalah, karena ruangan ini hanya diisi oleh mereka bertiga. "Aman."

Cowok seksi tadi seorang tattooist dari Korea Selatan bernama Jeon Jungkook dan Hira akan membuat tato kupu-kupu di tengkuknya.

Setelah Hira selesai, Woni bersuara, "Gue mau bikin tato juga dong.." ujar Woni membuat kedua orang cowok dihadapannya sedikit kaget karena ia tampak seperti cewek lugu yang polos dan menggemaskan. Pesona gadis imut.

"Ini tatonya cuma ada pilihan pakai jarum." Jungkook yang fasih berbahasa Indonesia itu masih menganggap Woni adalah gadis konyol yang tidak menegrti apa-apa dan ingin coba-coba saja karena penasaran.

"Silet aja nggak takut gue buat ngiris-ngiris lengan. Tenang, Oppa, I'm not a baby girl, I can be bad girl sometimes." Woni mengubah ekspresinya, ia memindai Jungkook dengan mata nakal membuat respirasi Jungkook agak terganggu, sementara Hira mengamati Woni seperti Harimau mengintai gerak-gerik buruannya.

"Lo mau bikin tato dimana?"

"Di pusar."

"What?" Jungkook tuh nggak pernah gini sebelumnya, dia profesional kok. Jungkook cuma nggak nyangka sekaligus nggak tega harus menyakiti cewek yang super kiyowo macam Woni.

"On my belly button." Ulang Woni.

"Gue bukannya nggak paham lo ngomong apa, tapi lo serius?"

"Menurut lo muka gue kayak Komeng, nggak pernah serius?" Jungkook yang tidak kenal siapa itu Komeng hanya menangkap dari intonasi Woni kalau dia sedang sarkas, Hira yang mendengar perkataan Woni tertawa renyah.

Dark BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang