1.

104 7 0
                                    

Sedari kecil Woni tuh udah tau kalau Riki bocil kematian, tapi nggak tau gini-gini amat ternyata. bayangin aja di hari pertama Woni pindah sekolah, padahal jam tangannya udah menunjukan pukul 6.50 dan mereka masih main kucing-kucingan di jalan. Woni udah tau ide tantenya yang minta Woni untuk dibonceng Riki ke sekolah adalah ide sesat, tapi Woni tidak dapat berbuat banyak karena numpang di rumah Riki.

Padahal Riki masih underage, tapi karena usahanya menjadi reog dengan tantrum nendang pintu akhirnya Riki dibelikan motor XSR 155 dan diizinkan untuk membawa motor ke sekolah. Untung muka Riki menolak muda, padahal umurnya baru 15 tahun, tapi penampilan dan lagaknya seperti sudah kelas 12 jadi tidak terendus oleh polisi lalu lintas saat ada razia.

Pernah Woni nanya ke Riki saat Woni masih di kota lain dan belum pindah ke sekolah yang sama dengan Riki, kenapa sih Riki sampai segitunya? Tau apa jawabannya? Sangat mulia.

"Woni, gue pengen banget masuk geng GGS di sekolah gue, tapi ketuanya nggak mau masukin gue."

"Kenapa emangnya?"

"Dia ngatain muka gue mirip anak bebek dan dia trauma karena pernah dikejar induk bebek saat masih kecil."

Woni pikir ada alasan yang keren dibalik ditolaknya Riki masuk geng itu, ternyata sangat konyol. "Terus apa rencana lo?"

"Gue harus buktiin kalau gue sebenarnya adalah puma, enak aja bebek. Dengan bawa motor kece dan berani menentang aturan, artinya nyali gue gede, pantas jadi the future of GGS."

Woni hanya bisa menarik nafas lelah, memang hormon puber itu kadang diluar prediksi BMKG. "Apa sih bagusnya geng itu, pasti isinya jamet."

"Bukan tentang geng itu, Woni. Tapi, ini tentang pembuktian cinta."

Woni tertawa kencang, bayi bebeknya telah akil baligh. "Apa hubungannya?"

"Orang yang gue suka mau nerima gue jadi pacarnya kalau berhasil masuk GGS."

Saat itu Woni tertawa ngakak tapi sekarang setelah terjebak bersama Riki dan perjuangan cintanya—senyum Woni jadi pulsa.

"Rik, kita ngapain sih di sini?"

"Kita nunggu Pak Hobi, guru geografi lewat.."

"Masalahnya 10 menit lagi masuk, bego."

"Nah itu, Pak Hobi akan lewat sini jam 6.55 gue mau balapan sama dia siapa duluan sampai ke sekolah..."

"Gila lo, Rik." Woni bersumpah besok akan naik ojol saja ketimbang dibonceng Riki, bisa merusak mental health, sebagai gen Z Woni sangat memperhatikan kesehatan mentalnya.

"Emang kapan gue waras, Woni?" Woni berpikir sejenak, benar juga, Riki adalah anak spesial dari kecil dengan berjuta ide out of the boxnya yang tidak berguna untuk nusa dan bangsa.

Guru yang bernama Pak Hobi itu benar-benar lewat dengan motor vespa maticnya tepat jam 6.55, disitu Riki mulai menyalakan motornya dan meminta Woni naik.

"Pegangan yang erat kalau lo nggak mau botak pas sampai ke sekolah." Riki mewanti-wanti Woni, dan Woni mengikuti titahnya, benar saja saat sampai ke sekolah rambut Woni telah cocok cosplay Tarzan, bahkan matanya tidak bisa terbuka tadi saat dibonceng Riki saking lajunya.

"Babi lo, Rik. Lo ngerusak hari pertama gue di sekolah, nyet!" Woni mencubit perut Riki dengan kekuatan penuh hingga Riki mengaduh lebay.

"Tinggal nyisir, gitu aja ribet lo Woni.."

Woni memberi Riki tatapan bombastic side eyes, "Pengen gue comot mulut lo bebek! Enak banget ngomong gitu. Gue udah catokan dari jam 5 pagi dan semua percuma karena lo.."

Dark BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang