6.

38 7 2
                                    

"Oh my God, Help me God!" Rapal Woni dalam hati saat memasuki kelas dan menemukan sebuah pemandangan yang tidak biasa—seorang cowok dengan penampilan badai tsunami sedang nongkrong ganteng tepat di samping bangkunya.

"Shion itu siapa? Mirip Flynn Rider, njir."

"Itu Joenathan."

"Jadi dia teman sebangku gue dong yang lo ceritain?" mata Woni berbinar dan antusias. Shion mengangguk.

"Hidup gue beruntung banget asli, deh. Kalau kayak gini ceritanya sekolah 24 jam juga gue mau."

"Astaga, jangan sampai Nadiem Makarim dengar deh. Kalau mau 24 jam kenapa nggak lo nikahin aja si Joe?" Ujar Shion mencebik julid.

"Kalau nikah nggak dulu deh, gue masih mengharapkan jodoh gue Heeseung Enhypen." Shion hanya bisa menghela nafas lemah, delulu Woni memang sudah ditahap mengkhawatirkan.

"H-hai!" sapa Woni canggung, untung saja Joe adalah tipe easy going ia menyambut kedatangan Woni dengan senyum lebar yang hangat.

"Hai, Woni ya, Jay baru aja cerita tentang lo." Woni tersenyum sekaligus mengangguk kecil menebarkan peletnya—memasang tampang imut nan polos, namun dalam hati ia agak ketar-ketir, apa ya cerita Winter tentang dirinya pada Joe? Habis, tamat riwayatnya. Nggak lucu kan kalau Joe membullynya sementara mereka sebangku. "You're so pretty, warna lisptiknya lucu banget, cocok sama lo."

"Makasih, lipstik baru, hehe." Woni tertawa canggung, apalagi ia berusaha untuk tidak memberi kecupan manis di dahi Joe yang sangat menguji imannya.

"Rasanya pasti strawberry ya?" Woni agak terkejut dengan pernyataan Joe, RASA? RASA LIPSTIKNYA? Duh, siapa hamba Allah yang bisa berpikir jernih dengan pernyataan seperti itu, sayang.

"Lo suka strawberry?" Woni mulai melancarkan aksinya. Joe tersenyum lebar, asli cok, attractive banget nih cowok satu. Haruskah Woni berteriak di kupingnya memberitahu resiko yang terjadi kalau Joe terus tersenyum?

"It's my favorite." Jawab Joe.

NAURRRR Woni bisa gila. Untung saja kedatangan Hira mengalihkan fokus Woni dari pikiran-pikiran sesatnya . melihat Hira yang masuk kelas dengan wajah mendung, Woni segera berpandangan dengan Shion, mereka berusaha menahan tawa.

Woni telah bercerita pada Shion dan Riki tentang kelakuannya mengerjai sang Raja Terakhir, sangat menantang maut. tapi, sungguh memacu adrenalin menunggu apa yang akan dilakukan Hira selanjutnya.

"Pagi, Hira!" Sapa Woni dengan senyum seakan tidak terjadi apa-apa kemarin.

Hira menghentikan langkahnya tepat di depan Woni membuat nafasnya menyesak—menunggu gebrakan macam apa yang akan Hira lakukan untuk membalaskan dendam dan menunjukkan kuasanya.

Hira tersenyum lembut dan dihadapan semua orang ia mencium kening Woni. Tindakan yang sungguh brutal, memang rumor mengenai Hira yang penjahat kelamin bukan hal baru, tapi Hira tidak pernah menunjukkan sisi demikian di sekolah. Ia tidak merayu cewek-cewek dengan frontal dan murahan.

Woni bak terkena gendam. Saka yang baru datang dan melihat hal itu sampai menjatuhkan tasnya, begitu pula dengan Jay yang berakhir merepotkan Juan untuk memberi pertolongan pertama padanya karena tersedak boba sementara Joe tetap tenang mengamati situasi.

"Lo mau bermain sama gue?" Hira berbisik di telinga Woni, kedua tangannya mengungkung Woni di bangkunya. Woni menatap Hira benci, mata mereka saling berkomunikasi bernafsu untuk menakhlukkan satu sama lain. ini tentang perang psikologis dan pembuktian pesona masing-masing. "Lo pikir dengan tindakan lo kemarin gue bakal kapok sama lo? Justru itu bikin gue makin tertarik sama lo."

Woni diam seribu bahasa, hanya matanya yang bermain memindai Hira, lalu senyum tipis terbit di wajahnya. Hira kemudian menyingkir dari bangku Woni menuju bangkunya dengan cuek karena Guru Bahasa Inggris—Pak Rapmon telah tiba di kelas dengan kaca mata tebalnya.

"Hati-hati sama Hira, dia gila." Ujar Joe di sela-sela mengeluarkan buku paket bahasa Inggrisnya, bahkan matanya tidak menatap Woni saat bebricara, Woni hanya dapat melihat side profile Joe yang menawan dari samping.

"Lo juga harus hati-hati sama gue." Lirih Woni namun masih dapat didengar Joe.

"Kenap hm?"

"Gue bisa aja ngerebut lo dari Winter." Joe hanya tersenyum simpul. Apa maksud? Duh, tampaknya pelet Woni tidak mempan pada Joe, sedari awal ia hanya bersikap sopan pada Woni, bare minimum. Tidak ada pemujaan di matanya. Woni jadi suka, cowok yang tidak menyukainya lebih berdamage.

Pelajaran Pak Rapmon selalu menyenangkan hingga tak terasa bel telah berbunyi menandakan waktu istirahat.

"Ke kantin bareng yuk?" Shion langsung menodong Woni saat Pak Rapmon baru keluar dari pintu, maklum temannya ini populer, pasti ada saja yang mengajaknya makan bersama. Kali ini Shion nggak akan membiarkan itu, jiwa ghibahnya telah menggelora ingin tau apa yang Hira bisikkan pada Woni tadi.

"Bentar, gue mau nyimpan barang-barang gue di loker dulu, pusing sendiri gue liatnya, lo tau gue pelupa.."

Shion mengangguk kecil. Saat Woni memasukkan beberapa barang-barangnya,  isi loker Woni di luar nalar BMKG.  Banyak barang-barang random seperti penangkap mimpi, bendera PDIP, puluhan tato permen karet yosan, dan yang paling mendominasi koleksi struk belanja Woni, beberapa struk belanja yang ia tumpuk dengan rapi itu terjatuh ke lantai berikut sebuah amplop surat bersampul pink. Woni nggak ingat pernah nyimpan surat gemoy itu di sana, jadi ia membukanya.

Suratnya berbunyi; "Strawberry is my favorite, you put it on your lips, you want me taste it?"

Saat membaca surat itu pikiran Woni mengarah ke satu orang, Joe.

Bukankah Joe tadi pagi memuji lipstik barunya dan mengatakan dia suka strawberry. Jadi, Joe bukannya tak tertarik padanya tapi ingin mendekatinya secara rahasia?

"Woni, lo nggak kesurupan kan?" Melihat Woni yang mendadak diam dan tersenyum lebar sendiri Shion segera mendekatinya dan mengecek suhu badan Woni dengan menempelkan punggung tangannya ke dahi Woni.

"Gemes banget sih.."

"Gue tau gue gemes."

"Bukan lo!" Shion menatap Woni tidak percaya, bagaimana mungkin sosoknya bisa dianggap tidak identik dengan kata gemes? Shion memajukan bibirnya merajuk.

"Iya-iya, Shion paling gemes sedunia.." Woni mencubit pipi Shion, kemudian merangkulnya keluar kelas. "Lo baca surat ini, menurut lo siapa pengirimnya?"

Shion membaca surat yang disodorkan Woni. Alisnya bertaut, "Jay, mungkin. Dia kan puitis selain itu dia juga lancar bahasa Inggris."

"Kenapa lo nggak berpikir ini dari Joe? Dia kan juga bisa bahasa Inggris dengan fasih?"

"Lo pikir aja Joe baru hari ini masuk sekolah dan ketemu lo, masa udah ngirimin lo surat kayak gitu, masuk akal?"

Perkataan Shion masuk akal, Woni memang delulu terkadang, merasa seolah semua orang obsesi padanya. Tapi, kenapa isi surat itu mirip percakapannya dengan Joe? Apakah ada kebetulan yang begitu tepat?

Duh, surat itu lumayan menganggu pikiran Woni. Siapa sih pengirimnya dan apa tujuannya?

Dark BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang