SIGMA (6)
Juan mengeluarkan Riki dari grup.
Juan : gue ketahuan.
Joe : mampuuus
Saka : butuh bantuan? Ngeong dulu!
Jay : lo gapapa kan?
Juan :aman kok, dia gak mau main ngadu ke guru atau bawa-bawa polisi, HAHAHA
Saka : pede gila si Woni
Joe : kayaknya dia emang nekat pengen nantang Hira
Jay : biarin aja deh dia gila sendiri, gak tau dia GGS itu sebenarnya apaJuan : gue sampai berlutut dong, tapi guys gue mau nanya, emang ada dari kalian yang neror dia pakai surat kaleng?
Hira : surat apa, Juan?
Juan : foto-foto yang gue ambil pakai kamera polaroid gue ada yang bocorin ke dia, terus ada yang neror dia pakai surat kaleng. Karena foto-foto yang dikirim sama surat kaleng itu gue ketahuan, apalagi Riki idiot itu ternyata punya akal juga pakai nyolong kamera gue segala
Hira : ngaku sekarang, siapa yang bertindak sendiri.
Saka : gue jadi panas dingin kalau typing Hira udah pakai titik. Itu artinya galak. Ju, tulisannya kayak ceker nggak? Kalo iya fix itu Jay
Jay : kok jadi gue? Nulis nama gue sendiri di buku catatan aja gue joki, pak. Apalagi ngirim-ngirim surat gitu
Hira : ngaku sekarang lebih baik daripada gue tau sendiri
Saka : Impostor ngaku lo!
Jay : jangan sampai gue cek CCTV sekolah ya
Juan : Joe, kok hilang? Oh ya, satu lagi clue dari anonim itu, kata Woni surat itu ada tiap pagi di lokernya. Makanya dia nuduh gue, tapi gue kan selalu paling pertama datang ke sekolah. Kok bisa? Kalau gue orang paling awal datang ke sekolah artinya Joe juga orang terakhir yang pulang dari sekolah karena bimbingan fisika buat olimpiade kan?
Joe : gue baru selesai kasi Layla makan. Lo curiga sama gue Juan? Hira, lo percaya gue ambil tindakan di belakang lo?
Hira : bukan Joe. Juan, lo yakin bukan lo sendiri pelakunya?
Juan : lucu. Hira gue tau Joe always be your favorite, tapi lo juga harus objektif. Pelakunya pasti salah satu dari kita. Karena cuma GGS yang tau foto-foto itu.
Jay : sent a file. Gue udah cek CCTV, diretas.
Juan : kan. Yang bisa retas di sini Joe.
Saka : bisa jadi Jay yang hapus sendiri. Apa sih yang nggak bisa tuan muda lakukan
Jay : gila lo Saka, ada dendam lo sama gue, nyet?
Joe : Juan, lo keliatan banget defensifnya. Setelah lo ketahuan sama Woni, lo juga takutkan kalau ternyata lo ngelakuin sesuatu di belakang Hira? Ternyata lo neror Woni? Jadi sekarang lo berusaha cari kambing hitam. Juan, GGS selama ini selalu bersih karena kita semua ngambil keputusan sama-sama, kalau ada penghianat di sini, semua bisa kacau. Paham?
Juan : gue ngomong di sini biar kalian semua tau kalau ada yang gak jujur antara kita. Kalau gue pelakunya ngapain gue koar-koar? Justru gue kasi tau kalian demi keutuhan GGS. Kalau sekadar ngatasin Woni, itu gampang.
Hira : karena gak ada yang mau ngaku, gue cari sendiri ya pelakunya.
Read by 4
Juan melempar ponselnya ke ranjang lalu mengusap wajahnya sendiri. Ia bertanya-tanya siapa pelaku teror itu sebenarnya, pastinya anggota GGS, Juan 100% yakin. Tapi, siapa? Hira kah? tapi kenapa diam-diam? apalagi melibatkan foto yang ia ambil secara illegal, apa Hira sengaja ingin menghancurkannya? Apa mereka semua bekerja sama di belakang Juan? Juan jadi overthinking sendiri. Kadang Hira tidak butuh alasan untuk menghancurkan hidup seseorang.
Di tengah pikirannya yang berkecamuk Juan mendengar pintu kamarnya diketuk. Dengan langkah malas Juan mendekati pintu kamarnya, ketika jemarinya menyentuh kenop pintu berniat membukanya sebuah kesadaran menghantamnya—Juan sedang sendirian di rumah karena kedua orang tuanya sedang melakukan perjalanan bisnis.
"Juan, buka pintunya.."
Sebuah suara yang familiar bagi Juan.
Ketakutan perlahan menyusup ke dalam hatinya. Dengan tangan sedikit tremor dan jantung yang berdetak kencang, Juan memutar kenop pintu. Seraut wajah yang Juan kenali tersenyum lebar, senyum yang biasanya lucu dan cerah di wajah orang itu mendadak tampak mengerikan bagi Juan.
"Kenapa lo bisa masuk?" tanya Juan galak dan waspada. Sebuah insting alami bahwa dirinya dalam bahaya menguasai pikirannya.——
"Kok lo galak gitu sama teman sendiri?" orang itu mengeluarkan smirk berbahaya.
"Gue nggak pernah anggap lo teman, bangsat! Mau apa lo nerobos rumah gue?"
Bukan jawaban yang Juan dapatkan melainkan sebuah bogem mentah yang menyerang wajahnya tiba-tiba hingga membuat pandangannya menghitam, hidung Juan mungkin patah terus mengeluarkan darah segar. Belum sempat ia meromantisasi sakitnya, pukulan demi pukulan terus datang hingga Juan akhirnya bertemu kegelapan .
***
"Ngapain lo?" Woni dan Shion tetap datang ke sekolah awal sekali untuk mengintai siapa pelaku pengiriman surat kaleng yang berisi teror di lokernya walaupun sebelumnya mereka curiga pada Juan— cowok manipulatif yang berlindung dibalik wajah imut menggemaskannya itu semalam mengalami perampokan di rumahnya saat ia sendirian dan saat ini telah terbaring koma di rumah sakit.
Apa yang mereka temukan pagi ini? Jayendra telah tiba di kelas duluan, berniat membuka loker Woni.
Jay terkesiap melihat kedatangan Shion dan Woni.
"Lo mau naruh surat anjing itu di loker gue?" Woni langsung menuding Jay.
Rahangnya mengeras. "Justru gue curiga lo dalang dibalik insiden yang menimpa Juan, itu lo kan?" Jay balik menuduh Woni. Tidak ada lagi raut ramah yang biasa ia tampilkan saat melihat Woni.
"Gak usah playing victim. Lo mau apa di loker gue, kenapa lo punya kunci loker gue?" Woni terus menatap Jay curiga.
Jay menarik nafas lelah. "Juan semalam celaka setelah cerita kalau lo pagi kemarin abis ngelabrak dia, dia juga cerita kalau lo dapat surat-surat aneh, gue pengen liat surat-surat itu, makanya gue minta kunci duplikat ke penjaga sekolah."
Woni tidak mempercayai Jayendra. "Kenapa harus diam-diam?"
Jay tersenyum miring, "Kenapa diam-diam? karena menurut gue lo tersangka dibalik insiden perampokan rumah Juan, pelakunya nggak ambil barang apapun hanya merusak isi rumahnya seolah tindakannya perampokan, padahal tujuan utamanya emang pengen nyakitin Juan."
"Lo udah gila, kayaknya perlu masuk RSJ bisa halu sampai segitunya nuduh gue langsung tersangka." Jawab Woni tenang. "Mau mengalihkan gue dari fakta lo bisa mengakses loker gue dengan bebas, apalagi tertangkap basah begini, apa alibi lo selain obrolan sampah itu?"
Alis Jayendra menanjak sebelah, "Hm, mau cek CCTV sebagai bukti gue nggak ngapa-ngapain dan baru berdiri di depan loker lo? Sebagai gantinya tunjukkan semua surat-surat itu."
Woni menimbang, cek CCTV merupakan keuntungan baginya, selama ini Woni, Shion, dan Riki telah berusaha membujuk pertugas CCTV sekolah untuk menunjukkan rekaman, namun petugas itu terus menolak karena merasa alasan mereka tidak cukup genting hingga membocorkan rekaman CCTV sekolah. Jika Jayendra sang konglomerat penguasa sekolah yang meminta pasti langsung dituruti.
Woni menatap Shion sejenak, cowok yang sedari tadi diam itu mengangguk pada Woni, tanda menyetujui usul Jay. "Oke, coba kita buktikan sekarang." Putus Woni.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Blood
Mystery / ThrillerWoni sepupu Riki adalah anak pindahan yang masuk di kelas XI IPA 1, kelas yang diisi para pengendali sekolah yang membentuk paguyuban bernama geng GGS (Ganteng Ganteng Sekali), awalnya Woni dengan hobi flirtynya hanya ingin bermain-main saja. namun...