"Rooftop, sekarang!" Saka berbisik pada Woni saat keduanya berpapasan di tangga menuju kantin.
Woni memberi isyarat pada Shion untuk duluan ke kantin tapi Shion menahan lengannya dengan raut khawatir. "lo yakin?"
Woni mengangguk lalu terkekeh, "Gue Woni Ajeng Diratama, lo ingat?"
Mendengar intonasi Woni yang kepedean seperti biasa rasa khawatir Shion berkurang, jadi ia membiarkan Woni mengikuti langkah Saka menuju rooftop.
Saka yang telah duluan tiba menyandar pada dinding rooftop dengan pose sok ganteng seolah bintang top model Vogue.
"Gue ganteng nggak?"
Woni memutar bola mata malas, "Nyesal gue ke sini." Ujar Woni sembari memutar langkah untuk berbalik.
Dengan bantuan kaki sepanjang tiang listriknya tentu mudah bagi Saka menahan pergelangan tangan Woni yang sekurus ranting dan membuatnya berbalik membentur dada Saka lalu ia menahan pinggang Woni bak seribu adegan yang selalu diulang hampir di semua drakor.
"Gue belum selesai ngomong." katanya.
Sayangnya cewek yang Saka goda demikian adalah Woni, adegan ala drakor tersebut tentu saja jadi nyeleneh.
Woni malah memegang rahang tegas Saka dan mengelus bibirnya dengan ibu jari.
Diteror tampaknya tidak membuat Woni tobat dari kesintingannya yang hakiki.
"Kalau lo mau nembak gue, mending diem."
Saka salting sendiri sampai ia menjauh dari Woni dengan jarak satu meter.
Harap maklum, fuckboy jadi-jadian.
"Nggak, nggak, belum. Tapi, gue mau nunjukkin sesuatu sama lo."
Suara bariton Saka terdengar serius, mode Saka serius tuh ibarat komet 1000 tahun, jadi Woni mendengarkan dengan seksama dan memperhatikan ponsel yang Saka tunjukkan padanya.
Pupil mata Woni membesar, di layar Hp Saka termpampang Riki yang babak belur dengan tangan terikat di atas bangku tidak sadarkan diri.
Saka kembali menarik Hpnya setelah beberapa detik.
Woni berdecak sebal. "Lo apain sepupu gue?"
"Dia begini karena lo. Lo yang manfaatin dia masuk GGS hanya untuk memata-matai kami." Saka mengeluarkan mode antagonisnya.
"Astaga, otak lo drama banget. Emang lo pikir gue punya waktu buat urusin geng gak mutu lo itu."
Padahal emang iya. Batin Woni.
"Lo apain Juan?"
Nggak Jay, nggak Saka semua menuduh Woni dalang dibalik kejadian yang menimpa Juan.
"Kenapa lo yakin kalau gue yang bikin Juan jadi koma? Hanya karena gue sempat ngelabrak dia? Gue kasi tau ya, nyet, segala sesuatu itu mudah kalo kita berpikir pendek."
Meski otaknya setara Patrick Star, Saka berpikir sejenak, ada benarnya apa yang dikatakan Woni.
Melihat Saka diam, Woni melanjutkan manipulasinya, "Justru gue curiga deh sama lo dan Jay, kalian berdua yang paling kelihatan gelisah atas kejadian yang menimpa Juan. dan kalian berdua juga yang ngotot nuduh gue dalang di balik semuanya?"
"Jay?" Alis Saka bertaut.
Woni mengangguk. "Sebagai temannya Juan, lo ingat nggak ada kejadian janggal di hari itu selain gue labrak Juan?"
Saka tidak ingin menjawab pertanyaan Woni. Tapi, ia menemukan variabel baru. Saka baru ingat, kejadian hari itu bukan cuma drama Woni melabrak Juan, terakhir ia berkomunikasi dengan Juan adalah perbincangan mereka di grup yang cukup panas dan tegang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Blood
Mystery / ThrillerWoni sepupu Riki adalah anak pindahan yang masuk di kelas XI IPA 1, kelas yang diisi para pengendali sekolah yang membentuk paguyuban bernama geng GGS (Ganteng Ganteng Sekali), awalnya Woni dengan hobi flirtynya hanya ingin bermain-main saja. namun...