11.

13 3 0
                                    

Woni tau kadang kepedeannya memang berlebihan. Seperti saat ini, kalau saja ia mengindahkan perkataan Shion tadi pagi.

Apa yang menimpanya sudah bukan masalah biasa sebagaimana seharusnya dihadapi remaja usia SMA yang biasanya hanya mengeluhkan soal crush, guru killer, popularitas hingga berburu liptint nomor wahid yang sedang viral di Tiktok.

Apalagi Woni terlanjur terlalu meremehkan geng GGS.

Woni benar-benar melakukan aksi nekat dengan menerima ajakan Saka. Semula tidak ada yang aneh, mereka hanya menghabiskan waktu di amazone setelah menonton sebuah film freak yang random dipilih Saka.

Namun, saat mereka makan di sebuah  restoran sepulang dari mall, Saka sempat ke toilet sebentar, karena hampir kecepirit Saka bergegas hingga menyenggol tas selempang prada yang ia bawa.

Tas malang itu terbuka, isinya keluar dan Woni menemukan sebuah benda familiar yang akhir-akhir ini mengganggunya.

Amplop surat kaleng itu. Woni segera mengambilnya.

Memang, salah satu tujuannya hari ini nekat menerima ajakan Saka adalah untuk menggali informasi darinya, berhubung IQ Saka tinggian dikit dari otak kera pasti gampang dimanipulasi, itu rencana Woni yang ia anggap brilian.

Woni membuka surat itu dan membaca isinya.

"Ups, ketahuan."

Woni melempar kertas dan amplop tersebut ke lantai. Terkejut bukan main, bahkan tangannya mendadak tremor dan jantungnya berpacu cepat seakan mau meledak. Woni mematung.

Saka kembali dari toilet. Wajah Woni memucat.

"Kenapa muka lo pucat gitu?" Tanya Saka.

Woni menelan ludah sejenak, "Gue barusan dapat telpon dari rumah, ada urusan mendesak. Gue cabut duluan ya?"

Alis Saka menanjak sebelah, "Bukannya hp lo lowbat ya sejak di mall tadi?"

Shibal.

Dibalik meja Woni mengepalkan tangannya, berusaha memutar otak.

"Oh iya, gue paksa hidupin masih ada baterai 2 persen." Woni terkekeh canggung.

Saka tersenyum tipis, mirip smirk licik. "Dapat telpon gaib atau karena udah tau?" Tanya Saka terdengar seram bagi Woni.

"Hah? Maksudnya?" Woni berusaha mengeluarkan skill aktingnya walaupun ia paham betul apa maksud Saka.

Saka hanya tersenyum lebar. Ingin rasanya Woni merobek mulut Saka. Namun, lebih baik ia pura-pura sampai akhir saja di situasi ini.

"Gue mau ke toilet bentar ya, ka. Lo bisa antar gue pulang kan nanti?"

Saka mengangguk, "Ya, lo pucat gitu. Kayak habis liat setan."

Lo setannya. Batin Woni.

Woni segera mengambil langkah seribu menuju toilet lalu kemudian belok ke arah pintu belakang restoran menuju parkiran sambil sesekali menatap ke belakang berjaga kalau Saka mengejarnya. Tapi, Saka diam saja. Mungkin tujuan Saka hari ini hanya sebatas menunjukkan kalau dia adalah pengirim surat kaleng itu?

Entahlah. Woni tidak bisa berpikir lebih jauh, tugasnya sekarang adalah melarikan diri secepat mungkin.

Woni kini telah berada di parkiran. Tanpa pikir panjang, ia mencegat dua orang cowok pengendara motor beat karbu yang sepertinya tukang parkir selesai shift untuk memesankannya grab car segera.

Untunglah kedua cowok itu menolongnya dengan suka rela tanpa banyak bacot.

Woni menunggu sekitar tujuh menit dengan jantung seolah memberontak ingin lepas dari rongga dadanya.

Dark BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang