Woni dan Shion mulai melancarkan aksinya. Pertama-tama keduanya berusaha untuk menjadi orang pertama yang datang ke kelas, namun semua itu percuma karena entah bagaimana selama tiga hari berturut-turut tetap saja Juan menjadi orang pertama yang hadir di kelas.
"Shion, kayaknya Juan emang tidur di sekolah deh.." Bisik Woni pada Shion saat keduanya terengah-engah ketika mencapai pintu kelas karena berlari dari gerbang yang akhirnya percuma sebab Juan saat ini telah duduk tegak di bangkunya dengan earphones menyumpal telinga, mata kucingnya yang menggemaskan fokus pada buku pelajaran di atas meja.
Woni berjalan lurus menuju lokernya dengan perasaan deg-degan menduga kejutan apa yang menantinya di dalam sana. Woni membuka lokernya dengan hati-hati, jantungnya terasa mencelos saat matanya beradu pada sebuah surat bersampul merah jambu itu. lagi.
Shion menyadari raut wajah Woni yang memucat, maka ia merebut surat tersebut. Shion merobeknya dengan kasar, ada sebuah surat dan beberapa foto di sana—foto yang jauh dari kata pantas berisi gambar yang diambil saat Woni mandi dan tidak mengenakan busana apapun. Shion tertegun, melihat Shion yang membatu, Woni mengambil foto di tangan Shion hanya untuk berteriak shock—tangannya tremor hingga foto tersebut jatuh ke lantai. Untung saja kontrol diri Woni sangat baik sehingga dengan cepat ia bisa menenangkan diri dari keterkejutannya, namun tidak dengan amarah yang membuncah sekaligus kecurigaannya yang semakin kuat pada Juan.
Riki, meskipun masih dianggap Saka pimpinan GGS sebagai anak bawang berusaha untuk mendekati Juan ketika dirinya ikut kumpul bersama GGS dengan usahanya yang di luar nalar Seokarno-Hatta berhasil membuat Juan sang introvert akhirnya menyerah membiarkan Riki melakukan inginnya—salah satunya adalah datang ke rumah Juan, batas yang tidak pernah dilangkahi oleh anggota GGS lainnya, termasuk Jayendra yang tampak paling akrab dengan Juan. Namun, kata Riki, Juan melarangnya untuk masuk ke kamar pribadinya tanpa memberikan alasan apapun. Sangat mencurigakan. Satu lagi fakta yang membuat Woni makin sebal, kata Riki, kamar Juan adalah ruangan yang dekat dengan kamar Woni dengan dua jendela yang menghadap tepat ke arah kamar Woni!
Woni kemudian tidak bisa menahan diri lebih lama, ia pikir saat itu adalah waktu yang tepat untuk berbicara dengan Juan karena hanya mereka bertiga di kelas.
Woni menghampiri Juan tanpa berniat menjadi cewek yang lembut atau memiliki etika— Woni melepaskan begitu saja salah satu earphones yang menyumpal telinga Juan membuatnya sedikit terkejut dengan penyerangan tiba-tiba itu. alis Juan bertaut menemukan pelakunya adalah Woni.
Woni bersedekap dada dengan wajah galak menatap Juan picik. "Lo kan pelakunya?"
Juan dengan mata kucingnya membulat lucu, "Apa sih?" jawabnya membuat darah Woni mendidih.
Woni tersenyum miring, "Lo udah ketahuan, Juan."
Entah bagaimana meskipun hanya sepersekian detik, Woni bisa menangkap perubahan raut wajah Juan. "Maksud lo apa, Woni?" Juan melanjutkan aktingnya, luar biasa—tolong ingatkan Woni untuk menyeret Juan ikut casting sinetron azab Indosiar setelah ini.
Woni tidak menjawab Juan dengan kata-kata, ia melempar surat yang baru saja ia terima ke wajah Juan. "Jelasin apa maksud lo ngelakuin semua ini, kenapa lo neror gue pakai surat-surat menjijikan itu?"
"Gue nggak ngerti maksud lo apa.."
Woni menggebrak meja Juan emosi. "Bisa berhenti pura-pura? Setiap harinya lo adalah orang yang tiap hari duluan datang ke kelas, siapa lagi yang bisa menjadi pelaku teror surat kaleng itu selain lo? Bisa lo jelasin?"
Juan tetap tenang, wajahnya datar membuat emosinya susah dibaca. "Kalau hanya asumsi itu yang lo punya sehingga nuduh gue, logikanya orang yang pertama kali ke kelas tiap pagi bukan gue, tapi penjaga sekolah. Udah ya, gue nggak punya waktu buat ladenin semua omong kosong ini." Juan merebut salah satu earphones miliknya yang tadi ditarik Woni dengan kasar.
Woni bergeming, pikirannya saat ini kacau. Tapi, intuisinya mengatakan kalau pelakunya adalah Juan Sangkara. Tangan Woni mengepal penuh dendam.
"Gue mulai nerima teror surat itu bertepatan dengan lo pindah di samping rumah Riki." Woni masih terus membuat Juan ketrigger.
"Terus?" Juan bersikap acuh.
"Gue juga beberapa kali dikirimin foto pribadi gue yang diambil diam-diam. bahkan mungkin ada kamera tersembunyi di kamar gue."
Juan mengalihkan wajahnya dari buku dan menatap Woni tajam. Woni dapat melihat perubahan sikapnya.
"Lo tau, setelah gue cek foto-foto itu diambil dari satu kamera yang sama—Leica Sofort—kamera yang sama dengan yang Riki temukan di rumah lo, bahkan di memorinya banyak foto gue yang semuanya diambil diam-diam. bisa lo jelasin Pak Ketua OSIS yang terhormat?" Woni mengakhiri perkataannya dengan mengeluarkan kamera polaroid berwarna cokelat milik Juan yang dicuri Riki tempo hari dari tasnya dan meletakkannya di hadapan Juan.
Juan terperangah, kini wajah imut miliknya memucat, bahkan mata kucing yang biasanya berbinar itu tampak redup. Ia tidak bisa berkelit karena namanya terpampang nyata di kamera itu.
Juan bangkit dari duduknya, menjatuhkan diri ke lantai untuk berlutut dengan kepala tertunduk dihadapan Woni. "Gue salah. Gue minta maaf, Woni."
"Lo pikir maaf bisa menyelesaikan segalanya?" Woni sama sekali tidak tersentuh oleh permohonan maaf Juan. Karena tampaknya Juan tidak merasa bersalah sama sekali.
"Woni, yang gue lakukan salah. Gue orang mesum freak yang obsesi sama lo—ya, foto-foto itu emang gue yang ambil. gue juga sering nyelinap ke kamar lo bahkan masang beberapa kamera pengintai di sana, sangat wajar buat lo untuk melaporkan gue ke guru atau bahkan polisi atas semua ini, tapi gue nggak pernah neror lo dengan surat dan semua foto-foto itu. gue hanya nyimpan semuanya buat diri gue sendiri, Woni. Gue berani bersumpah." Woni mempertimbangkan perkataan Juan, ia terlihat jujur. Tapi, Woni tidak boleh gegabah karena cowok satu ini sangat tidak terduga.
"Gue nggak akan pernah maafin lo sampai mati, Juan. Gue juga nggak percaya sama orang lain, melaporkan ke guru? Polisi?" Woni tertawa jahat. "it's not my style." Woni menunduk, tangannya meraih dagu Juan dan mengarahkannya untuk menengadah menatap ke arahnya. "Kalau lo nggak mau hidup lo hancur dengan semua kelakuan lo sendiri, lo harus nurut sama gue, sama kayak lo jadi boneka Hira selama ini. Ngerti?"
Juan merasa tidak punya pilihan, "Oke." Katanya.
Walaupun dalam hati Juan tertawa.
Apakah Woni berpikir jika dirinya semudah ini? Cewek bodoh, semua ini makin memudahkan Juan melanjutkan obsesinya. Bahkan, seluruh anggota GGS sudah melihat foto-foto tidak senonoh itu, HAHAHAHA. Memasukkan Riki ke GGS adalah tindakan tolol karena si idiot itu bermulut besar dan gampang di manipulasi.
"Sekarang lo bebas manfaatin gue, Woni."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Blood
Mystery / ThrillerWoni sepupu Riki adalah anak pindahan yang masuk di kelas XI IPA 1, kelas yang diisi para pengendali sekolah yang membentuk paguyuban bernama geng GGS (Ganteng Ganteng Sekali), awalnya Woni dengan hobi flirtynya hanya ingin bermain-main saja. namun...