"Pastinya mahluk tadi ingin membawamu ke tempat Svatya. Apa kau tau apa yang terjadi jika kau bertemu Svatya?" tanya Aldan si Hustle.
"Apa hal buruknya?" tanya balik Leona.
"Svatya akan menjadikanmu tanaman biru seperti mereka yang di atas. Tempat ini dulunya tidak hanya berwarna biru, tapi karena Svatya ...," Aldan tidak meneruskan kata-katanya.
Leona paham. Leona membayangkan jika negerinya diserang oleh iblis seperti Svatya, ia lebih memilih untuk mati. Leona paham betul apa yang dirasakan Aldan.
"Apa ada hal yang bisa kubantu? Aku rasa aku bisa pulang jika aku bertemu dengan Svatya. Dan saat aku menemukan caraku kembali, kau bisa membunuhnya."
"Ide bagus. Hanya saja, Svatya itu memiliki sebuah kekuatan yang sangat kuat. Dia mampu merubah kita menjadi apa yang dia mau. Yang kita butuhkan adalah kekuatan untuk melawan kehendak itu."
Leona mengerutkan keningnya dan berpikir sejenak. "Bukankah setiap kehidupan memiliki kekurangan?"
"Itu masalahnya, aku tidak tahu karena selama ini aku tidak pernah bertanya padanya. Bertemu saja adalah kesialan, apalagi bertanya hal semacam itu. Kalaupun diamati, aku tak punya banyak keberanian untuk melihat secara detail caranya menggunakan kekuatan," jelas Alban panjang lebar.
"Apakah hanya kau mahluk yang tersisa di sini, Alban?" tanya Leona.
"Aku tidak yakin. Aku sangat jarang meninggalkan tempat ini. Hanya tempat inilah Svatya tidak bisa menjamah. Mungkin karena tempat ini memiliki sebuah kekuatan yang dahsyat dan mampu menandingi kekuatan Svatya."
"Menurutku tempat ini tidak menarik," ungkap Leona dengan entengnya.
"Tentu saja. Apa kau ingin masuk ke dalamnya? Di sana ada tempat yang indah."
"Apa bisa dipercaya?"
Alban menghembuskan napas kasar. "Tentu!" seru Alban.
Tiba-tiba perut Leona berbunyi. Leona menelan salivanya. Tidak hanya sekali, perutnya sudah berbunyi 3 kali. Wajahnya yang awalnya pucat kini semakin memelas. Ditambahi dengan wajahnya yang masih rusak.
"Nona, tunggulah di sini. Akan aku carikan dirimu makanan," tutur Alban.
"Tapi ... aku takut berada sendirian di sini," keluh Leona.
"Aku tidak akan lama. Aku masih punya persediaan makanan di sini," bujuk Alban.
Leona mengangguk, lalu Alban pergi. Leona memperhatikan punggung Alban yang perlahan menghilang. Saat Leona mengalihkan pandangannya sejenak, Alban sudah tidak terlihat lagi. Leona melihat tempat yang sangat asing baginya itu. Saat melihat kebawah, Leona terkejut saat mendapati ada ikan aneh yang sepertinya membeku. Ikan itu tidak bernapas, tapi mulutnya menganga. Pemandangan itu berhasil membuat Leona bergidik ngeri dan berjalan sedikit menjauh dari ikan itu.
Karena sudah lemas, Leona terduduk. Tiba-tiba Alban sudah berada di belakang Leona dan menepuk pelan pundaknya.
"Aaaa!!!" Leona terkejut setengah mati.
"Jangan takut, ini aku, Alban," terang Alban sambil menaruh makanan di depan Leona.
Makanan itu seperti buah-buahan, tetapi warnanya tidak biru. "Apakah buah ini beracun?" tanya Leona.
"Ayolah, bukan biru bukan berarti beracun. Justru yang terkena sihir Svatya yang beracun," cibir Alban.
Leona tertawa kecil. Lalu ia memakan buah-buahan yang dibawakan oleh Alban. Buah-buahan itu layaknya buah-buahan di dunia manusia.
"Maafkan aku, Leona. Aku tidak bisa membawamu ke tempat lain untuk makan. Karena tempat tujuan kita nanti adalah tempat suci. Dari dulu kami tidak pernah makan di tempat yang dianggap suci," ucap Alban dengan nada bicara yang pelan dan dalam.
Leona membersihkan mulutnya. "Tidak apa, Alban. Terimakasih sudah memberikanku makanan. Ini sangat enak. Tapi mengapa kau tidak ikut makan?"
"Tidak, aku sudah makan sebelum menjemputmu tadi."
"Apa ini semacam takdir?" duga Leona.
"Mungkin. Tadinya aku hanya mencari makan, tapi tak sengaja aku melihatmu saat sedang mencari sesuatu. Tiba-tiba naga kecil milik Svatya menemukanku dan menyuruhku pergi dari sana. Sejujurnya aku ingin pergi. Tapi mendengarnya menjelekkanku, aku serasa memiliki kekuatan lebih untuk membawamu pergi," papar Alban.
"Lalu akan kau apakan diriku?" tanya Leona.
"Tentu menolongmu dan membantumu keluar dari sini."
"Kenapa?"
"Mungkin semacam takdir."
Leona tersenyum tipis. Leona masih mencoba percaya. "Alban, di mana kita bisa mendapatkan kekuatan untuk melawan Svatya?" tanya Leona.
"Aku juga tidak tahu. Mungkin Freyja tahu."
Leona mengerutkan keningnya, "Siapa itu Freyja?"
"Dia adalah dewi yang menjaga tempat suci itu," Alban menunjuk ke sebuah bangunan tua yang tak jauh dari mereka berada. "Dan karena Freyja jugalah tempat ini tidak bisa dijamah oleh Svatya," sambungnya.
"Apakah masih ada kehidupan di sana?" tanya Leona.
"Bagi mahluk seperti kami, mungkin aku yang terakhir berada di sini. Sedangkan Freyja adalah mahluk abadi, mereka bertugas untuk membawa jiwa para pejuang yang gugur saat perang. Di sana adalah tempat tidur Freyja. Ayo ke sana," ajak Alban.
"Baiklah."
"Baiklah ke tubuhku," perintah Alban.
Leona mengangguk dan menuruti Alban.
\\//
\/
.\ Thanks for reading /
***************************************~~~~~~~~~~~~~~~~
Ini adalah gambaran tentang tempat yang dimaksud authorSumber: pinterest
Kurleb kayak gitu lah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Blue Garden |END|
FantasyDi Negeri Ophelon tidak ada satupun gadis yang cantiknya melebihi Princess Leona. Si Gadis Perak, julukan putri dari kerajaan Oberon itu. Tiba-tiba saja putri Leona menghilang dan tidak ada satupun yang tahu dimana ia berada. Di sisi lain putri Leon...