Page Seven

27 7 0
                                    

Leona mengucek matanya. Tapi ia tetap melihat wajahnya yang cantik.

"Hei kalian, kemarilah!"

Ketiga kurcaci pun berlari dan melihat ke arah sungai. Pantulan dari sungai itu memperlihatkan seorang wanita cantik bermata coklat.

"Ini adalah sungai kejujuran. Ternyata kau lebih cantik daripada Svatya," ucap Tuppy dengan polosnya.

Di tempat lain, Svatya yang sedang menaiki keledai yang berwarna biru tiba-tiba bersin. Bersinnya membuat Toto terkejut hingga tak sadar jika menghembuskan napas api di pundak Svatya. "Sialan," umpat Svatya.

Kembali pada Leona, ia masih memandangi wajahnya di pantulan sungai. "Sayangnya wajahmu tetap sama saja," celetuk Tippy.

"Apa maksudmu?" tanya Leona.

"Wajahmu belum sembuh," timpal Tappy.

Leona kembali murung. Dan menatap ke tanah.

"Oh iya, perkenalkan, kamu adalah kurcaci yang terakhir. Semua bangsa kurcaci sudah menjadi korban Svatya. Kami adalah saudara kembar. Mulai dari yang paling tua, dia adalah Tappy si kurcaci yang pernah mendapat julukan sebagai kurcaci tertampan. Lalu aku Tippy, kurcaci paling imut pada masanya. Dan dia adalah Tuppy di adik kami yang sangat bodoh. Di sini, aku yang paling cantik," terang Tippy.

"Tentu saja, karena yang perempuan hanya kau saja," sindir Tappy.

Leona tertawa kecil melihat tingkah menggemaskan para kurcaci kecil di depannya.

"Namamu siapa?" tanya Tuppy sambil mengupil.

Leona berdiri dan memperkenalkan diri. Para kurcaci itu mengelilingi Leona sebanyak 9 kali.

"Baiklah, dengan ini kau bukan musuh kami," ucap Tappy.

Leona mengernyitkan dahi, "Apakah semudah itu kau percaya pada orang asing?"

"Itu adalah sungai kejujuran. Jika kau memiliki niat buruk, pastilah pantulan wajahmu tidak akan terlihat. Karena itu kami percaya," jelas Tappy.

"Syukurlah jika kalian mempercayaiku."

Leona tersenyum bahagia. Ia sedikit lega ketika bertemu dengan orang yang bisa dipercaya. "Kalian tinggal di mana?"

"Dulunya kami tinggal di pondok kecil yang berada di bukit sana," Tippy menunjuk ke arah bukit. "Tapi karena Svatya, kami membuat tempat tinggal baru di bawah tanah.

"Sepertinya Leona tidak muat," ucap Tuppy dengan polosnya.

"Kau tidak boleh berkata seperti itu, Tuppy," tegur Tappy.

"Tapikan Leona itu besar sedangkan lubang untuk kita masuk itu kecil," sanggah Tuppy.

"Apa kau keberatan jika tinggal di pondok lama kami? Ukurannya cukup besar dan sepertinya muat untukmu. Tapi sepertinya sedikit berantakan karena kami jarang ke sana," tawar Tippy.

"Dengan senang hati, aku menerimanya."

"Ayo ikut denganku, biarkan saja mereka bertengkar," ajak Tippy.

Leona mengangguk dan mengikuti Tippy. Bukit yang dimaksud Tippy tidak terlalu jauh, hanya mengikuti alur sungai. Tak jauh dari bibir sungai, pondok kurcaci sudah terlihat. Mengikuti arah hulu sungai yang berada di puncak, salah satu bukit terlihat sangat cantik karena sebuah pondok mini milik para kurcaci.

"Di dalam sini ada tempat tidur, dapur, dan tempat untuk bersantai disertai dengan perapian. Terkadang cuaca di sini sangat dingin meskipun langitnya tetap biru cerah.  Semoga kau suka," terang Tippy.

"Apakah Svatya bisa menemukanku?" tanya Leona.

"Entahlah, aku juga tidak bisa memastikannya. Sudah lama Svatya tidak datang kemari, kurasa masih aman. Tapi aku tidak bisa tinggal di sini, aku harus kembali ke bawah tanah karena tempatnya tidak muat. Selain itu, aku juga harus menjaga kakak dan adikku yang kurang akur," jelas Tippy.

"Baiklah, terima kasih atas bantuannya, Tippy." Leona tersenyum lalu masuk ke dalam.

Pintu kecil itu membuat Leona harus sedikit membungkuk. Di dalamnya, ruang untuk tidur tidak muat untuknya merebahkan tubuh. Apabila tidak ada kasur dan lemari mungkin masih muat. Untuk dapurnya, benar-benar sempit untuk Leona. Hanya ruang bersantai saja yang muat untuknya merebahkan tubuh.

Leona merasa kedinginan. Ia memutuskan untuk membakar kayu agar dapat menghangatkan tubuhnya. Mulanya ia bingung bagaimana caranya menghidupkan api. Lalu ia teringat jika menggosokkan kayu juga dapat menimbulkan api. Dewi keberuntungan sedang berpihak padanya. Api biru menyala dan kini Leona benar-benar bisa memejamkan matanya.

Sudah lama sekali Leona belum bangun dan kembali menemui para kurcaci.

"Tippy, kau pernah mengunjungi Leona?" tanya Tappy.

"Tidak."

"Aku takut jika dia pergi meninggalkan pondok hanya untuk menemui kita, tapi bagian terburuknya adalah ia sedang tersesat di hutan," duga Tappy.

Tippy berpikir sejenak. "Ayo kita lihat ke sana!"

"Aku akan membawakan makanan. Ah, tunggu, apa dia bisa makan makanan kita?" tanya Tuppy.

"Bawakan saja, Tuppy!" geram Tappy.

Tuppy langsung mengambil keranjang dan memasukkan stok makanan mereka.

"Apa kau sudah siap Tuppy?" tanya Tippy.

"Sudah, ayo berangkat!" seru Tuppy.

Ketiga kurcaci itu berjalan menuju pondok dengan perasaan was-was.

"Lihat!"

\\//
\/
.

\ Thanks for reading /
***************************************

~~~~~~~~~~~~~~~~

Secret Blue Garden |END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang