Page Ten

25 6 0
                                    

Di pinggir air terjun, Leona tergeletak lemah. Wajahnya mulai kaku. Kulitnya perlahan membiru. Napasnya juga pelan. Wajahnya pucat pasi.

Di samping Leona, seorang perempuan muda yang cantik berusaha membuat api untuk menghangatkan tubuh Leona. Tapi usahanya gagal karena setiap 10 menit ia harus bernapas di air agar tetap hidup. Kayu yang digesekkannya selalu basah ketika ia baru saja keluar dari air. Ia jadi panik ketika tubuh Leona semakin membiru. Perempuan itu memijat pelipisnya berulang kali, berharap mendapat dapat sebuah jawaban dari pertanyaannya.

"Apa yang harus kulakukan?" rintihnya.

Perempuan itu memegang dagunya dengan tangan kanannya. "Sepertinya aku bisa mencoba nyanyian penghipnotis."

Ia melompat ke sungai. Lalu ia sekarang bersembunyi di balik teratai yang tak jauh dari keberadaan Leona. Kini posisinya kepala di daratan dan leher ke bawah di dalam air. Ia mulai menyenandungkan suaranya yang indah.

Perlahan tubuh Leona bergerak mata Leona terbuka, tapi tatapannya kosong. Akan tetapi, berkat itu juga Leona dapat bernafas lebih normal. Setelah nyanyian selesai, Leona seketika terbangun dari lamunannya. Tapi karena tubuhnya yang lemas, tubuhnya ambruk ke tanah. "A ... apa yang terjadi padaku?" tanya Leona lirih.

Siren tadi sudah menjadi manusia dan mendekati Leona. "Um, aku baik, jangan takut," ucapnya.

"Aku Miranda." Kemudian ia mengambil ikan yang dibakarnya tadi saat menyalakan api.

"Makanlah, kau pasti lapar." Miranda menyodorkan ikannya.

"Terima kasih," ungkap Leona. Leona mencoba memakan ikan yang bentuknya aneh, seperti persatuan ikan buntal dan ikan koi. Tapi ia tetap memakannya karena benar-benar lapar.

Melihat Leona yang makan dengan lahap, Miranda tersenyum lebar. "Tunggu di sini."

Seperti biasa, Miranda menyelam ke air untuk bernapas. Setelah di rasa cukup, ia kembali menemui Leona. Miranda bertanya, "Apa kau takut dengan ikan berbentuk manusia?"

Leona menggeleng. "Untuk apa takut? Sekalipun dia berbuat jahat padaku, akan aku maafkan."

Miranda semakin senang. Ia tidak menyangka jika Leona tidak takut dengan hal semacam itu. Setelah dirasa cukup berani, ia terjun ke sungai yang dekat dengan keberadaan Leona. Leona menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri jika perempuan yang ditemuinya ini adalah seorang Siren.

"Apa kau benar-benar tidak takut?" tanya Miranda.

Leona berdiri dan berjalan menghampiri Miranda. "Sisikmu indah. Bisakah aku memegang tanganmu?"

Miranda terkejut dengan pernyataan Leona. Ia mengulurkan tangannya.

Leona menjabat tangan Miranda. "Aku Leona, putri dari kerajaan Oberon. Tapi sialnya aku tersesat di sini. Aku sangat berterima kasih karena sudah menyelamatkanku."

"Tentu saja. Tapi ini tidak gratis, aku mau kau membantuku melawan Svatya yang telah merusak negeri ini. Kau tahu kan?" tanya Miranda.

Leona mengangguk pelan. "Aku juga ingin bertemu dengannya, mungkin dia bisa membantuku menemukan jalan pulang."

Miranda melepas tangannya karena terkejut tak sengaja melihat ke sungai. Pantulan wajah Leona sangat cantik, berbeda dengan Leona yang di hadapannya. "Apa yang terjadi pada wajahmu?"

"Aku juga tidak tahu, Miranda. Aku benar-benar terpukul ketika mendapati wajahku yang buruk rupa ini. Tiba-tiba saja wajahku menjadi rusak, lalu orang tuaku juga membenciku karena itu. Dan saat aku tertidur, tiba-tiba aku terbangun di sini," jelas Leona.

Karena iba, tak sengaja setetes air mata Miranda jatuh dan menjadi sebuah mutiara emas. Miranda menganga karena air mutiara yang dipegangnya itu berwarna emas.

"Indah sekali," puji Leona.

"Ini langka! Siren yang air matanya berubah menjadi mutiara emas itu langka! Ini berarti sebuah keabadian yang kekal. Telan mutiara ini, Leona!" desak Miranda.

"Yang benar saja!"

Miranda menyodorkan mutiara emas itu. "Telan saja ini. Ini pasti untukmu!"

"Apa kau yakin ini baik-baik saja untukku?" tanya Leona.

"Sangat!"

"Baiklah, sekali lagi terima kasih." Leona menerima mutiara itu dan menelannya. Tiba-tiba tubuh Leona perlahan melayang dan cahaya emas keluar dari perut Leona.

"Apa ... apa yang terjadi padaku, Miranda!" pekik Leona yang resah. Seketika cahaya emas itu meledak dan menyilaukan mata.

Leona kembali terjatuh. "Jantungku seakan ingin meledak. Beruntung aku tidak apa-apa. Tapi entah mengapa tubuhku jadi ringan. Dan aku juga merasa tubuhku menjadi semakin halus," ungkap Leona.

Sedangkan Miranda ternganga karena terpukau oleh gadis di depannya itu.

"Apa ada yang salah denganku?" tanya Leona keheranan.

Miranda menggeleng. "Li ... lihatlah wajahmu di sungai."

Leona melihat ke arah pantulan wajahnya yang menjadi semakin cantik. "Sungai ini membuatku merasa lebih cantik."

Miranda menepuk jidatnya. "Bodohnya aku. Maksudku, wajahmu sekarang menjadi lebih cantik. Bahkan lebih cantik daripada yang sebelumnya kulihat di pantulan sungai kejujuran. Kau sangat cantik!"

Leona terpaku.

Secret Blue Garden |END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang