Page Six

29 10 0
                                    

Tiba-tiba Toto berada tepat di depan Leona dan Alban. Sontak mereka mundur beberapa langkah.

"Aku tidak bisa membiarkan pergi. Dan kau, Leona, pasti kau sudah mendengar banyak dari Hustle ini. Sekarang kau memihak pada siapa?" tanya Toto.

"Maaf, Toto. Aku tidak ingin menjadi musuhmu, tapi aku juga tak ingin melawan Alban." Leona memegangi lengannya karena merasakan hawa dingin.

Tiba-tiba seorang wanita cantik muncul di belakang Toto. "Dia yang kau maksud, Toto?"

Wanita itu menggunakan gaun berwarna biru. Ia juga mengenakan mahkota berwarna biru. Tapi kulitnya sangat pucat. Rambutnya berwarna coklat tua. Ia tak menggunakan alas kaki.

"Mendekati sempurna," batin Leona.

Leona baru sadar jika wanita yang ada di depannya kini adalah Svatya.

"Sepertinya mau tersesat, Manis," ucap Svatya.

"Benar, apa kau bisa menunjukkan jalan pulang untukku?" tanya Leona.

Alban nampak gelisah. Ia berpikir bukan saatnya dia ikut berbicara.

"Tentu, aku bisa mengantarmu ke sana." Svatya menunjuk ke arah Alban.

Leona mencoba untuk tenang.

"Apa yang kau inginkan sebagai imbalannya?" tanya Leona lagi.

Svatya tertawa kecil, "Aku ingin temanmu itu."

"Kecuali yang itu," tolak halus Leona.

"Kau tidak cocok bila menjadi pelayan wanitaku, wajahmu kurang menarik. Bagaimana jika kau berikan saja rambutmu?" tawar Svatya.

Di negeri Ophelon, rambut wanita adalah sebuah kehormatan. Ditambah dengan rambut perak Leona yang panjang, tak mungkin ia memberikan mahkotanya pada Svatya.

"Maaf, tapi aku menolak."

"Arghhh...," Svatya menjerit. Ia memegangi kepalanya. Tangannya mulai mengeluarkan cahaya biru yang terang.

Melihat itu Alban tidak tinggal diam. Saat Svatya mengarahkan cahaya biru ke arah Leona, dengan cepat Alban mendorong Leona. Leona terdorong cukup jauh. Sedangkan Alban juga menghindari serangan Svatya. Meskipun mereka berhasil menghindari serangan Svatya, sayangnya mereka seperti menghilang. Svatya telah memindah dan memisahkan mereka.

"Tenanglah yang mulia Svatya." Toto mencoba menenangkan Svatya.

"Aku benci penolakan, Toto. Ayo pergi. Akan aku pastikan jika gadis itu akan menjadi salah satu patungku. Meskipun bukan sekarang." Svatya berbalik dan pergi diikuti dengan Toto.

Kini Leona berada di sebuah tempat indah yang luas dan ditumbuhi banyak sekali pohon, semak, dan bunga yang berwarna biru. Ada sungai indah yang dipenuhi oleh bunga teratai berwarna biru. Meskipun tidak ada tanda-tanda kehidupan manusia maupun hewan, Leona merasa sedikit tenang sekaligus khawatir karena jauh dari Alban.

Leona mendekati sungai. Ia menyingkirkan beberapa teratai dan melihat wajahnya yang sekarang. Tetap saja wajahnya buruk rupa. Ia menangis. Ia teringat pada masa dimana ia sering dipanggil sebagai wanita cantik.

Di sisi lain, beberapa mahluk kerdil yang biasa disebut dengan kurcaci mendengar tangisan Leona. Tiga kurcaci itu memutuskan untuk membawa tongkat dan mencoba mendekati Leona. Kurcaci yang membawa tongkat dan berada di tengah itu mencoba menyodok punggung Leona.

Leona yang merasa punggungnya disodok oleh benda berkali-kali memutuskan untuk berbalik badan.

"Aaaaa!!" teriak para kurcaci.

Para kurcaci itu terkejut dan berteriak keras serta berlari ketakutan. Mereka mencoba bersembunyi di semak, di balik pohon, dan yang satunya menutup mata berharap Leona tidak melihatnya.

Kurcaci yang bersembunyi di balik semak mengintip sambil menepuk jidatnya. "Hei dasar bodoh, cepat bersembunyi, Tuppy!"

Kurcaci yang bernama Tuppy itu tetap menutup mata dengan kedua tangan mungilnya. "Diamlah Tappy, aku sedang bersembunyi!" balas Tuppy tak mau kalah.

"Kalian berdua berhenti bertengkar!" lerai kurcaci yang bersembunyi di balik pohon.

Sementara itu, Leona syok. Ia tertawa kecil meskipun air matanya mengalir deras. "Ternyata aku seburuk itu ya," desisnya.

Para kurcaci itu memiliki telinga yang sangat peka. Mereka menjadi merasa bersalah. Perlahan mereka keluar dari persembunyiannya dan berjalan mendekati Leona. "Maaf, kami terkejut," ucap Tappy.

"Aku kira kau adalah Svatya. Iya kan, Tippy?" timpal Tuppy.

Kurcaci yang baru saja bersembunyi di balik pohon itu mengangguk.

"Tidak apa. Aku memang buruk rupa," ucap Leona yang berusaha mengusap air matanya.

"Tidak, tidak, itu tidak benar," sanggah Tippy.

"Di negeri ini yang sepertimu hanyalah Svatya, wajar jika kami mengira kau Svatya," timpal Tappy.

"Aku ingin pulang," rintih Leona.

"Memangnya di mana tempat tinggalmu?" tanya Tippy.

Leona menjawab, "Negri Ophelon."

Sontak ketiga kurcaci itu menganga. Mata mereka terbelalak. "Kau pasti tersesat, tapi maaf kami tidak bisa membantu. Karena kami tidak tahu jalan keluarnya," ucap Tuppy.

"Kurasa karena sebuah buku yang berada di bawah ranjangku." Leona berbalik menatap sungai.

Dengan kedua tangannya, Leona membasuh wajah dengan air sungai. Saat melihat ke sungai, betapa terkejutnya ia mendapati wajah cantik yang tak asing baginya.

\\//
\/
.

\ Thanks for reading /
***************************************

~~~~~~~~~~~~~~~~

Xixixixixii
Yang penasaran sama wajahnya Svatya kurang lebih gambaran author begini yah:

Sumber: pinterest

Secret Blue Garden |END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang