Page Twelve

20 5 0
                                    

Toto terbang dengan cepat menggunakan kedua sayap di punggungnya. Secepat kilat ia telah berada di depan wajah Leona dan mencakar dengan kuku tajamnya. Lalubia terbang menjauh ke atas. Mulanya waJah Leona berdarah, tapi lama-lama bekas lukanya menghilang. Kekuatan mutiara menjadikan Leona cantik abadi.

Leona masih belum ada pembalasan. Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Toto. Toto terbang ke segala arah dan berhenti membakar tangan kanan Leona. Mulanya terdapat luka bakar yang cukup parah, tapi regenerasi kulitnya sangat cepat karena mutiara emas. Meskipun dapat tahan dengan serangan Toto, tapi Leona tetap tidak bisa melawan balik.

"Leona! Aku bisa membantumu dengan nyanyianku!" teriak Marinda.

Leona segera menjawab, "Jangan bercanda!"

"Nyanyianku dapat menghipnotis siapapun yang mendengarnya," terang Marinda.

"Tidak perlu, terima kasih!"

Marinda sangat mencemaskan Leona. Tapi ia sendiri tidak bisa membantu.

"Kalau terus begini, aku hanya bisa menghindar dari serangannya. Aku harus melakukan sesuatu agar dapat mengalahkan Toto tanpa melukainya," batin Leona.

"Maaf, tapi aku harus pergi dulu, Miranda," ucap Leona sesaat sebelum ia pergi ke hutan.

Miranda kebingungan lalu berkata, "Kutunggu kau di sini!"

Leona berencana berlari dengan cepat melewati pohon dan semak agar ia terpisah dari Toto. Leona terus berlari tanpa arah, hingga kini ia berada di atas bukit yang curam. Di sisi kanannya adalah jurang yang terlihat menakutkan. Tiba-tiba Toto berada sebelah kiri Leona dan mengejutkannya. "Mau lari kemana?"

Leona yang kaget jadi tidak fokus untuk berlari dan akhirnya tersandung akar pohon yang lumayan besar. Toto sudah mengeluarkan api di mul
utnya dan bersiap membakar Leona. Leona perlahan mundur. Tiba-tiba Leona merasa tangannya sudah sampai di bibir bukit.

"Toto, aku tidak takut jika kau membakar diriku. Tapi, Aku tidak ingin melukaimu. Bagaimana jika siapa yang lebih dulu sampai di tempat tadi menjadi pemenangnya?" tanya Leona.

"Di saat aku sudah menemukanmu, mengapa kau malah meminta hal seperti itu, Leona?!" tanya Toto dengan nada tinggi.  Toto semakin mendekati Leona. "Akui saja kekalahanmu, Leona," sambung Toto.

Leona bergeming. Ia berusaha berpikir keras. "Ini yang terakhir Toto. Kalau aku kalah, aku akan mengakui kekalahanku."

"Baiklah, pasti kau kalah karena kakimu sedang terkilir bukan? Percuma jika kau tidak mengakuinya. Baiklah, ayo kita mulai." Toto mengambil posisi di sebelah Leona yang mengambil ancang-ancang. "Satu ... dua ... tiga!"

Toto lebih dulu mengepakkan sayapnya terbang cepat mendahului Leona yang masih terdiam. Setelah Toto tak lagi terlihat lagi, Leona menangis. Kaki kanannya terkilir karena tersandung akar tadi. "Aku mohon, siapapun!"

Tapi percuma saja Leona menangis dan berteriak, tidak ada siapa yang mendengar. Di hutan itu sangat sepi, hening, biru, dan sekilas sangat menyayat hati. Tidak ada pilihan lain selain merangkak dengan menggunakan tangan dan dengkul.

Leona menghapus air matanya dengan lengannya. Ia berusaha sekuat tenaga untuk merangkak. Ada beberapa duri yang menusuk tangannya. Beruntungnya ia tak merasakan sakit yang lama berkat bantuan mutiara emas. Tiba-tiba ia mendengar suara langkah kaki yang tidak asing.

Gedebug gedebug gedebug

"Butuh tumpangan, Nona?" tanya seorang yang tak asing.

"Alban!" teriak Leona kegirangan.

Alban menunduk. "Aku mencarimu di segala tempat. Hingga aku menemukan tiga kurcaci di atas bukit. Lalu aku mencoba turun mencari di bukit sini. Aku sangat," belum selesai ia berbicara, Leona memotongnya.

"Alban tolong bantu aku sampai ke sungai besar yang ada di sana." Leona menunjuk ke arah Toto pergi. "Aku mohon, sudah tidak ada waktu lagi!"

Alban kebingungan tapi ia memilih untuk membantu Leona naik ke tubuhnya. Setelah naik di atas tubuh Alban, Leona menunjuk kembali ke arah Toto terbang tadi. Alban mengangguk. Karena Alban adalah Hustle yang pintar berlari, tak butuh waktu lama mata Leona mendapati keberadaan Toto yang terbang pelan.

Toto sengaja terbang pelan agar Leona dapat menyusul, karena dalam lubuk hati paling dalamnya masih berharap dapat menjadi teman Leona. Tapi Toto tidak bisa melawan Svatya. Toto hanya bisa patuh pada Svatya yang telah menciptakannya. Di tengah lamunannya, ia mendengar suara langkah kaki yang cukup keras. "Tidak mungkin Leona."

Selang beberapa detik, Leona dan Alban mendahului Toto. Melihat itu Toto terbelalak kaget. "Dari mana datangnya Hustle sialan itu!" pekik Toto.

Toto pun terbang lebih cepat untuk menyusul Leona dan Alban yang sudah jauh di depan. "Aku tidak akan kalah dari kalian!" teriak Toto.

Leona melihat ke arah Toto yang terbang sambil meneteskan air mata. Leona memalingkan wajahnya ke depan. Tak jauh dari mereka adalah sungai. Miranda menjadi saksi siapa yang paling cepat datang.

Secret Blue Garden |END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang