Last D

41 6 0
                                    

"Arahkan aku jauh dari Medan pertempuran tapi jangan terlalu jauh," perintah Leona lagi.

Desa yang dibangun oleh raja Edelion dan ratu Athaya sudah rusak. Pasukan Kerajaan Oberon mulai terpojokkan.

"Aku sudah tidak memiliki waktu lagi," batin Leona.

Leona meniup terompet sekuat tenaga untuk mengalihkan perhatian. Sayangnya tidak semua orang mendengar suara kecil Leona. Leona berteriak di bawah sinar matahari yang menyengat.

Sedangkan di Medan pertempuran, tidak ada yang dapat mendengar suara terompet Leona karena para prajurit yang saling berteriak.

Leona tiba-tiba teringat pada Miranda. Lalu menyuruh para pengawalnya untuk mengambil segala alat musik kerajaan. Setelah semua tersedia, Leona mulai memainkan lagu. Awalnya memang tidak ada yang mendengar. Tapi perlahan semua orang pandangannya jadi teralihkan pada suara Leona.

"Berhenti ... berhenti ... tuk apa saling ... menyakiti. Mari kita gapai ... damai ... Demi ... negeri."

Pangeran Carme yang penasaran pun menaiki kuda dan mendekati area Leona. Begitu juga dengan Raja Edelion. Keduanya nampak terkejut ketika mendapati seorang gadis yang amat teramat cantik sedang bernyanyi menggunakan banyak sekali alat musik.

"Putri Leona?" tanya pangeran Carme.

Mendengar pertanyaan itu Leona langsung berdiri dan memeluk pangeran Carme. Leona berbisik, "Maafkan aku. Tolong jangan sakiti kerajaanku. Aku bersedia menikah denganmu."

Leona menatap ayahnya dan mengulurkan tangannya. Ayahnya menerima uluran tangan Leona dan mereka bertiga berpelukan.

"Ini tidak masuk akal!" umpat Raja.

"Tipu daya wanita memang kejam," cetus Leona.


Tidak semudah itu, kepala raja ditebas wusssssssss. Trus mati.

Secret Blue Garden |END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang