•
"Sedan gila itu menabrak nya keras sekali, seperti suara bom, aku terkejut, ku kira teroris muncul, mereka bilang tubuh nya terpental jauh lalu wajah nya terantuk badan depan motor tua".
"Motor? Gila sekali, bagaimana bisa terantuk motor?".
"Saat itu lampu merah, tentu saja banyak kendaraan berhenti disini kan, sedan itu juga sempat menabrak bagian sisi mobil lain, kacau sekali".
"Wajah nya hancur, bukan kah terantuk badan depan motor tidak akan membuat nya se menyedihkan itu? Argh aku hampir gila, sepertinya aku akan mimpi buruk".
"Kubilang motor tua!, tentu saja hancur, kau lihat motor nya saja langsung, orang-orang kampung suka sekali menambahkan aksesoris berbahaya di depan badan motor mereka".
•
"Kau beruntung bocah".
Aku mengangkat kepala, mendapati seorang pria tua tengah menyalakan korek api gas pada puntung rokok yang di sangkutkan pada mulut nya.
Kata 'bocah' yang di lontarkan nya membuat ku ingat pada teriakan pria tua ini saat sedan hampir menghantam ku.
"Dia tidak terluka?", pria tua tersebut bertanya pada wanita yang setia berada di samping ku.
"Tidak, gadis ini baik-baik saja, dia hanya ketakutan", jawab si wanita.
"Aku kira kau akan bernasib sama seperti wanita itu, sepertinya Tuhan sangat menyayangi mu", pria tua itu berkata lagi.
"Terima kasih, terima kasih sudah membantuku", aku melempar senyum tipis pada wanita di samping ku, lalu beralih pada pria tua di hadapan ku.
"Tidak apa-apa sayang, benar-benar keajaiban kau masih hidup, padahal jelas sekali ku lihat sedan tadi mengarah pada mu", ujar nya lalu menepuk bahu ku beberapa kali.
"Dimana rumah mu, bocah? sebaiknya kau harus cepat pulang", pria tua tersebut menatap ku tajam, beberapa kali menghembuskan asap rokok yang tengah di hisap nya.
"Sebentar lagi sampai, hanya lurus menuju kompleks di sebrang sana".
"Kau yakin bisa pulang sendiri?", tatapan pria itu berubah sedikit sendu.
Aku mengangguk yakin, tubuh ku sudah cukup terkendali, beberapa tepukan hangat dari si wanita membuat ku sedikit tenang.
"Bagaimana jika kami mengantarmu pulang? aku dan suami ku juga ingin kesana menjenguk saudara kami", tawar wanita itu.
"Ah, kurasa itu tidak perlu, saya sangat berterima kasih atas tawaran nya, saya tidak ingin membuat anda repot", aku merapikan seragam ku yang sedikit lusuh.
"Cepat masuk mobil bocah, kami bukan penculik, badai akan segera datang dan aku tidak mau dituntut keluargamu karena membiarkan gadis muda mereka pulang sendirian setelah nyawa nya hampir melayang", tukas pria tersebut lalu menginjak bekas puntung rokok nya.
"Suami ku memang seperti kakek tua yang mudah marah, sayang, percayalah dia sebenarnya sangat baik", bisik si wanita.
•
Aku melambai pada mobil putih yang kemudian menyusur pergi, klakson dari mobil itu berbunyi dua kali membalas lambaian ku.
Angin kembali bertiup, kencang dan dingin, keadaan ini semakin membuat ku takut.
Aku enggan menceritakan kejadian tadi pada ibu, sepertinya akan membuat wanita paru-baya itu kembali menangis akibat cemas.
"Aku pulang".
Apa-apaan ini, ibu?
"Ibu?!".
Aku berlari, menghampiri tubuh ibu yang tergeletak di lantai, mengguncang badan wanita tersebut, panas, tubuh nya panas sekali, ku lihat wajah nya, pucat, bibir nya memutih.

KAMU SEDANG MEMBACA
The legend of Mereleona
FantasyMereleona, legenda kuno yang berkisah tentang seorang dewi masa depan. Legenda mengatakan bahwa masa depan berada dalam genggaman sang dewi Mereleona. Masa depan tersebut di genggam nya erat melalui mimpi alam bawah sadar. Hingga kenyataan berubah m...