Aku melihat nenek, duduk diam sembari memandang foto mendiang ibu.Pandangan nya kosong, tidak menyiratkan apapun, hanya diam tanpa bergeming.
Aku menghampiri nenek, memanggil nya pelan, namun entah mengapa nenek tidak membalas ku, pandangan nya tetap jatuh pada wajah ibu dengan senyuman nya yang lebar.
Aku tidak lagi memanggil nya, ku putuskan untuk duduk di sebelah nenek, lagi-lagi nenek mengacuhkan ku, seakan tidak peduli sama sekali dengan kehadiran ku di samping nya, bahkan untuk menatap sosok diriku saja tidak dilakukan nya.
Aku tidak mengerti, mungkin saja nenek sedang tidak ingin diganggu, meskipun begitu, aku dibuat cemas dengan tingkah nenek yang sangat berbeda.
Seolah, nenek tidak melihat diriku.
Aku berdiri, berjalan meninggalkan nenek, meraih gagang pintu tua yang sedikit berkarat.
Nenek bangun, berjalan menghampiri ku, wajah nya datar, pandangan nya masih kosong, aku menatap nenek khawatir, ada apa dengan nya.
"Nenek, kau baik-".
Tuhan.
Tubuh ku membeku, jantung ku berdegup kencang disertai rasa sesak yang muncul menikam rongga dada ku.
Nenek berlalu, menembus diriku.
Nafas ku tidak beraturan, tubuh ku perlahan gemetar, bulu kuduk ku berdiri, ketakutan mulai membelenggu.
"Nenek!", tangan ku mencoba meraih lengan nenek, nafas ku berhenti sesaat, tubuh ku semakin bergetar melihat kenyataan yang ku dapati.
Tangan ku tidak dapat meraih nya, mereka menembus tubuh nenek, layaknya angin lalu yang tak dapat di rasa.
Nenek keluar dari kamar, diriku yang semula mematung kini berlari mengejar nenek, bagaimana mungkin hal ini dapat terjadi, nenek tidak dapat melihat ku, dan aku tidak dapat menyentuh nenek.
Aku menghilang?
Ku paksakan bagaimana tubuh ku berusaha meraih nenek, merasakan tubuh nenek yang nyata bila ku sentuh, memanggil nenek berkali-kali, hingga air mata ini lolos dari balik pelupuk.
Pikiran ku kacau, berharap semua ini adalah mimpi, tubuh ku jatuh terduduk, perlahan ku angkat kedua tangan ini, aku menggeleng, tidak mungkin.
Mengapa tangan ku memudar?
Wajah ku kembali terangkat, menatap nenek yang sibuk mencari sesuatu di dalam gudang, tubuh ku kembali bangkit, berjalan gontai menghampiri nenek.
"Nenek", suara ku parau, ini tidak mungkin, halusinasi pasti mengambil kesadaran ku.
Nenek tidak mendengar, tentu saja, bukan kah aku ini hilang?
Sesaat aku mengernyit, mendekati nenek yang sibuk dengan sebuah tali di dalam gudang.
Apa yang ingin nenek lakukan?
"Reyna, betapa tidak bahagia nya engkau di sana, sakit sekali bila ibu mu ini terus menyaksikan putri ku tersayang menangis dengan menyedihkan, kau datang melalui mimpi, mengabarkan bahwa kau begitu kesakitan di sana", nenek bersuara.
Nenek menggenggam tali, kemudian terdiam sejenak, "untuk putri ku tersayang, aku tidak akan membiarkan mu menanggung rasa sakit itu sendirian".
Sesaat setelah nenek mengatakan hal demikian, tubuh ku terperanjat, berharap pendengaran ku ini tidak salah menangkap apa yang nenek katakan.
"Jika kau pergi ke surga aku akan menemani mu, jika kau pergi ke neraka, aku juga akan di sana bersama mu", nenek berucap lagi, kali ini dengan senyum lebar dan kedua sorot mata yang kosong tak tentu arah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The legend of Mereleona
FantasyMereleona, legenda kuno yang berkisah tentang seorang dewi masa depan. Legenda mengatakan bahwa masa depan berada dalam genggaman sang dewi Mereleona. Masa depan tersebut di genggam nya erat melalui mimpi alam bawah sadar. Hingga kenyataan berubah m...