"Buku nya sudah ayah ku pindahkan pada bagian pusat pengelola buku, Leis".Sorot mata ku yang terbuka lebar kini sedikit turun berubah sendu, aku hanya mengangguk seraya melempar seulas senyum pada laki-laki yang memandang ku dengan perasaan bersalah ini.
"Tidak apa-apa Bright, tidak perlu dipaksakan, aku bisa membaca buku yang lain", kata ku lalu menepuk pelan bahu nya.
Andala dengan senyum pahit kemudian mengalihkan pandangan nya, "ayah bilang buku itu sudah lama sekali, beberapa bagian halaman nya pun sudah hilang, jadi ayah memindahkan buku-buku rusak seperti itu ke pusat pengelola buku".
Aku mengangguk mendengarkan nya, "itu lebih baik kan? buku-buku yang rusak akan kembali menjadi baru dengan bagian yang sempurna".
Andala menatap ku, "yah mau bagaimana lagi, kau mungkin ada benarnya, masih banyak buku lain yang bisa kau baca dibanding buku jadul seperti itu".
"Aku ada janji dengan klub basket istirahat nanti", Andala berkata lagi, kali ini menunggu jawaban ku.
"Aku akan pergi ke perpustakaan sebentar, ada salah satu buku yang ingin ku cari", kata ku sibuk merapikan beberapa buku catatan yang memenuhi permukaan meja.
"Oh ayolah, selalu saja perpustakaan, apa istimewa nya sih bangunan tua bodoh itu?", Andala membuang wajah, membuang nafas kasar.
"Aku hanya sebentar Bright, selepas itu aku akan pergi melihat mu bermain basket, bagaimana?", tawar ku hati-hati.
Andala memutar mata malas, lalu mengangguk menyetujui tawaran ku, "jangan bohong".
"Kapan aku berbohong?".
"Kau selalu berbohong tentang perasaan mu yang sebenarnya menyukai ku kan?", Andala dengan percaya diri nya tersenyum dengan ujung bibir sedikit terangkat.
"Apa? Sejak kapan-",
"Leis!".
Aku sontak menoleh mencari sumber suara, mendapati gadis dengan rambut tergerai panjang menghampiri ku buru-buru.
"Oh Leis, kau baik-baik saja?", Grey menghambur padaku, memelukku erat hingga rasanya sedikit sesak.
"Orang bodoh di samping mu itu mengabari ku, dia bilang minggu kemarin kau masuk, tapi sahabat mu ini malah tidak bisa menyambut hari pertama mu sekolah setelah kejadian itu, Leis sayang, maafkan aku", tutur Grey, pelukan nya sedikit melonggar, membiarkan ku untuk mengambil nafas.
"Hey, 'orang bodoh di samping' yang kau maksud itu siapa? Aku? Kurang ajar sekali kau manusia", Andala menatap sengit pada Grey, gadis itu kemudian membuang nafas panjang lalu melepas pelukan nya dengan ku.
"Iya, kenapa? Aku ini memang manusia, lalu kau? Bulu babi?", balas nya kesal.
Andala mengepalkan tangan nya, menahan diri sebelum satu pukulan melayang pada seorang gadis sengit di hadapan nya.
"Cih, kepala kau itu yang bulu babi", Andala mendecih pelan, berpura-pura tidak melihat Grey yang semakin dibuat murka dengan umpatan kecil nya.
"Tenanglah, Grey", aku menahan gadis di depan ku yang nampaknya sudah siap memulai pertarungan.
Grey membuang nafas panjang untuk kedua kali nya, pandangan nya beralih kembali padaku.
"Pagi hari begini sudah banyak sekali yang membuat ku kesal, di depan gerbang tadi si bocah tinggal kelas malah menabrak ku kasar", Grey merapikan seragam nya yang sedikit lusuh.
"Bocah tinggal kelas?", aku mengernyit.
Grey menatap ku, "Vincent".
"Ah, dia anak yang menjaga perpustakaan itu ya?", aku berusaha memastikan.

KAMU SEDANG MEMBACA
The legend of Mereleona
FantasyMereleona, legenda kuno yang berkisah tentang seorang dewi masa depan. Legenda mengatakan bahwa masa depan berada dalam genggaman sang dewi Mereleona. Masa depan tersebut di genggam nya erat melalui mimpi alam bawah sadar. Hingga kenyataan berubah m...