"Sepertinya hari ini akan turun hujan, kau membawa payung kan?", Andala mengaca sebentar pada kaca spion mobil, lalu menatap ku yang kemudian mengangguk.
"Sepertinya nasihat ku kemarin di dengarkan dengan baik", Andala berkata kembali.
"Aku melihat siaran TV tentang ramalan cuaca hari ini", aku menutup pintu mobil, lalu memperbaiki posisi duduk dengan rapih.
"Aku tidak yakin, aku tahu kau ini sangat mengandalkan ku dan gengsi mu itu tidak dapat menipu ku", Andala memasang wajah dengan smirk khas nya yang menyebalkan, lalu kembali berfokus pada kemudi mobil.
Aku diam, tidak menjawab Andala yang sekarang tengah menjalankan mobil, ku biarkan kedua mata ku ini teralihkan oleh rumah besar tua yang sedikit kumuh akibat lama nya tidak ditinggali, rumah itu berdiri masih dengan kokoh di samping rumah ku, sedikit demi sedikit tubuh ku ikut tergerak akibat mobil yang sudah berjalan perlahan meninggalkan rumah, semakin jauh dan kemudian tidak terlihat lagi oleh retina ku.
"Besok aku pasti berangkat, kau tidak perlu sedih seperti itu, membuat ku kasihan", Andala terkekeh.
"Aku bahkan tidak melihat mu".
Andala tertawa, kali ini dia menyalakan musik pada radio mobil, kemudian sedikit memutar tombol volume nya hingga terdengar semakin jelas.
Sebenarnya aku tidak perlu merepotkan Andala untuk mengantarkan ku ke sekolah di pagi hari ini, laki-laki itu bahkan belum mandi dan hanya memakai piyama, namun jika bukan karena tawaran nya yang lebih pantas disebut pemaksaan, akhirnya aku terjebak dalam keadaan ini.
Berjalan kaki akan terasa jauh lebih baik karena rumah ku dan sekolah pun tidak jauh, mungkin dihitung sepuluh menit pun tidak ada, aku hanya memakan waktu enam menit atau tujuh menit untuk sampai ke sekolah dengan berjalan kaki, Andala bodoh di samping ku ini membuat semuanya terlihat sangat konyol dengan mengantarkan ku bersama mobil mewah baru nya.
"Hei, jangan membocorkan nya pada guru ya, aku tahu ini sulit bagimu menjalankan aktivitas sekolah yang melelahkan tanpa kehadiran sosok ku yang sempurna ini, aku akan membelikan eskrim pulang sekolah nanti", Andala menatap ku, senyuman nya tidak turun sama sekali saat mengatakan hal itu.
Aku membuka pintu perlahan, mengeluarkan satu kaki ku lalu diam sebentar sebelum beranjak pergi, kemudian badan ku sedikit memutar ke arah Andala.
"Terima kasih, tidak perlu menjemput ku sepulang nanti, dan juga, terlalu sering bolos itu tidak baik, Bright", aku meloloskan diri ku dari mobil.
Andala menatap ku tanpa sepatah kata pun, lalu tersenyum dilanjut dengan kekehan nya.
"Perhatian sekali tuan putri".
•
Andala Bright, nama lelaki itu, dia bagian dari keluarga ku, mungkin lebih jelas menyebut nya sebagai sepupu. Hubungan kami dekat, seperti artian umum sebuah keluarga, tentu saja kedekatan itu terjadi.
Jika Bright mengatakan bahwa aku mengandalkan nya, mungkin karena separuh dari kehidupan ku ini tidak lepas dari nya, aku tidak begitu menyalahkan kata "mengandalkan" tersebut, karena memang pada kenyataan nya, keluarga ku banyak terbantu oleh orang tua nya.
Saat dia meminta ku untuk tidak membocorkan tingkah kekonyolan nya yang bolos hari ini, itu tidak aneh dan sama sekali bukan sesuatu yang perlu di pedulikan, Bright anak emas dan hidup nya sungguh bebas, dia memiliki mobil mewah pribadi di usia nya yang sekarang menginjak 17 tahun.
Keluarga Bright memang seperti itu, tidak perlu berkomentar lebih, aku dan Bright sendiri hanya terpaut 3 bulan, November nanti aku resmi menginjak usia 17 tahun, hanya butuh 2 bulan untuk menantikan hari spesial itu tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
The legend of Mereleona
FantasiaMereleona, legenda kuno yang berkisah tentang seorang dewi masa depan. Legenda mengatakan bahwa masa depan berada dalam genggaman sang dewi Mereleona. Masa depan tersebut di genggam nya erat melalui mimpi alam bawah sadar. Hingga kenyataan berubah m...